AL-AHNAF – Diam Adalah Senjata Ampuh Hadapi Celaan
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah, seorang tabi’in mulia yang karena sifat sabarnya ia dijadikan permisalan. Sifat sabarnya terukir di saat Amr bin Al-Ahtam mendorong dan mengompori seorang lelaki untuk menghinanya dengan hinaan yang begitu pedas dan menyakitkan perasaan. Akan tetapi al-Ahnaf mengambil sikap diam seribu bahasa. Dia hanya bergeming dengan celaan tersebut, bagai karang yang tegar kala dihempas ombak lautan.
Ketika lelaki itu mengetahui bahwa al-Ahnaf tidak berkenan membalas hinaannya tersebut dan bahkan tidak mempedulikannya sedikit pun, dia pun meletakkan ibu jarinya di mulutnya dan mulai menggigitnya seraya berkata:
وَاسَوْأَتَاهُ ، وَاللَّهِ مَا مَنَعَهُ مِنْ جَوَابِي إِلَّا هَوَانِيْ عَلَيْهِ
“Aduhai kasihannya diriku! Demi Allah, tidak ada yang menghalanginya untuk membalas cacianku kecuali kehinaaku di matanya.” (Suwar min Hayatit Tabi’in: 466)
Dari kisah tersebut, sebuah pelajaran penting yang dapat kita petik bahwa terkadang diam seribu bahasa ketika menghadapi cacian dan hinaan orang pada diri kita adalah sebuah senjata ampuh nan mematikan.
Orang yang mencaci maki itu hanyalah orang yang hina, karena mulutnya kotor, ia akan tetap hina selama ia mencela. Sedangkan kita akan tetap mulia selama kita mampu bersabar dan tidak membalas. Oleh sebab itu, hadapilah celaan dan hinaan orang dengan diam. Jadilah karang atau gunung yang menjulang. Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.
One Comment