ANTARA ORANG BAWAH DAN ORANG ATAS (RMD Art.009)
Mendekati penghujung bulan Sya’ban, selalu saja membuat kita berdebar-debar. Bukan karena apa-apa, tapi karena penetapan awal Ramadhan di negeri kita masih saja belum ada titik temunya.
Tidak jarang, awal Ramadhan jadi berbeda. Yang ini hari ini, yang itu esok hari. Siapa yang jadi korban? Siapa lagi kalau bukan orang-orang bawah. “Ikut yang mana ya? Yang ini apa yang itu?” Orang bawah jadi bingung sendiri.
Tapi, Alhamdulillah agama kita telah memberikan solusi kepada kita sebagai rakyat biasa; “orang-orang bawah” ini. Penetuan awal Ramadhan itu urusannya orang-orang atas, dan tentunya orang atas yang sah, yaitu ulil amri. Sedangkan, tugas kita hanya mengikuti sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Hari puasa adalah ketika kalian semua berpuasa. Hari raya Idul Fitri adalah ketika kalian semua berhari raya Idul Fitri. Hari raya Idul Adha adalah ketika kalian semua berhari raya Idul Adha.” (HR. Tirmidzi: 697, ash-Shahihah: 224)
Artinya, tugas kita hanya mengikuti keputusan orang-orang atas tadi. Sebagai bentuk pengamalan dari firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’: 59)
Oleh sebab itu, jika Anda “orang atas” maka berusahalah untuk memberikan yang terbaik bagi umat, mewujudkan Maqashidush Syari’ah dari puasa, yaitu salah satunya sebagai syi’ar kebersamaan umat Islam. Dan jika Anda “orang bawah,” jangan naik ke atas nanti “jatuh” bisa membahayakan orang lain. Kalau yang jatuh Anda sendiri, ya ndak terlalu masalah. Tapi kenyataannya Anda juga menyeret orang banyak, ini yang masalah.
Singkatnya, tempatkan diri pada posisi masing-masing. Kalau kita orang bawah tidak perlu bingung ikut yang mana. Ikuti saja tuntunan Nabi kita shallallahu alaihi wasallam. Semoga bermanfaat. Zahir al-Minangkabawi