MUDA FOYA-FOYA, TUA KAYA RAYA, MATI MASUK SURGA?!

Berangan-angan, mendambakan sesuatu yang sangat ingin digapai, untuk kebaikan diri di hari nanti. Mungkin banyak angan-angan kita pada hari ini. Akan tetapi, manusia-manusia celaka hanya punya dua angan-angan saja.

Allah telah menjelaskannya di dalam al-Qur’an, tinggal tugas kita membaca dan mengambil pelajaran. Sebagai peringatan agar hal itu tidak terjadi pada diri kita sendiri. Allah subhanahu wata’ala berfirman menghikayatkan angan-angan mereka itu:

وَلَئِن رُّجِعْتُ إِلَىٰ رَبِّي إِنَّ لِي عِندَهُ لَلْحُسْنَىٰ

“Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.” (QS. Fushshilat: 50)

Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib rahimahullah, cucu dari sahabat mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu pernah mengatakan:

 لِلْكَافِرِ أَمَنِيَّتَانِ; أَمَّا فِي دُنْيَاهُ فَهَذِهِ: إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى وَأَمَّا فِي آخِرَتِهِ: فَـ يَالَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا

“Seorang kafir memiliki dua angan-angan. Adapun angan-angan di dunia adalah ayat ini (Sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya) QS. Fushshilat: 50, sedangkan di akhirat adalah ayat (Aduhai, sekiranya aku dahulu menjadi tanah) QS. An-Naba’: 40.” (Al-Muharrarul Wajiz fi Tafsiril Kitabil Aziz: 5/40)

Sekarang mari berbenah, andaikata kita mendampakan kebaikan tatkala berjumpa dengan Allah nanti, akan tetapi jalannya enggan untuk kita tempuh. Kita ingin masuk surga tapi tidak mau berusaha. Maka itu persis angan-angan mereka yang pertama.

“Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.” Itu murni mimpi dan angan-angan belaka. Surga hanya untuk hamba Allah yang mau tunduk dan patuh serta beramal shalih. Bukan untuk mereka yang hanya berangan dan berandai-andai. Jika ingin selamat, tempuhlah jalannya. Jika mau sukses di akhirat maka berusaha keraslah di dunia. Abul ‘Atahiyyah rahimahullah pernah mengatakan:

تَرْجُوْ النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا، إِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِي عَلَى اليَبَسِ

“Engkau mengharapkan keselamatan namun tak menempuh jalan-jalannya. Sungguh kapal itu tak berlayar di tempat kering.” (Al-Balaghah al-Wadhihah: 49)

Oleh sebab itu, perbaikilah keadaan kita. Barengi harapan dengan usaha. Jika ingin masuk surga, tempuh jalannya; hadir di majelis taklim, khususkan waktu untuk belajar agama, sungguh-sungguh beramal shalih, agar tidak menjadi angan-angan saja.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !