Kitabut Tauhid – Bab 23 : Keterangan Bahwa Ada Di Kalangan Umat Ini Yang Menyembah Berhala (3/5)

Ayat Ketiga

قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَىٰ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًا

 Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.” (QS. Al-Kahfi: 21)

Makna Ayat

Allah mengabarkan tentang ucapan para penguasa setelah sepeninggal Ashabul Kahfi bahwa mereka akan mendirikan tempat peribadahan yaitu untuk beribadah kepada Allah ditempat itu serta agar dapat mengingat keadaan orang-orang shalih (Ashabul Kahfi). Dan berita ini adalah bentuk penghinaan kepada mereka sekaligus peringatan untuk kita.

Munasabah Ayat

Sebagaimana keterangan hadits bahwa akan ada dari umat ini akan mengikuti jalan umat-umat terdahulu, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

 لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ ، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ

“Sesungguhnya kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sampai pun nanti mereka masuk kedalam lubang dhab kalian akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) bertanya: “Apakah mereka adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari: 7320)

Sehingga sebagaimana umat terdahulu menjadikan kuburan orang-orang shalih menjadi masjid maka akan ada pula dari umat Islam ini yang akan menjadikan kuburan atau tempat keramat sebagai tempat peribadahan.

Faidah Ayat

1. Peringatan dari sifat ghuluw terhadap orang-orang shalih
2. Sifat ghuluw terhadap kuburan meski terlihat kecil dan sepele tapi ia akan mengantarkan kepada kerusakan yang lebih besar, oleh karena itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu ketika mengutusnya:

أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ

Hendaklah kamu jangan meninggalkan patug-patung kecuali kamu hancurkan, dan jangan pula kamu meninggalkan kuburan kecuali kamu ratakan. (HR. Muslim: 969)

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !