Bagaimana cara bershalawat? Bolehkah shalawat diiringi musik?

Tanya: Shalawat yg benar itu seperti apa? Apa dengan lagu atau hanya shalawat dalam sholat aja? Di dalam al-Qur’an dijelaskan kalau kita harus bershalawat pada Nabi. Shalawat yg gimana seharusnya? Karena katanya musik itu haram. Trus, shalawat kepada Nabi seperti apa?

Jawab :

Alhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah amma ba’du.

Bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56)

Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

  مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim: 408)

Apakah hanya di dalam shalat saja?

Jawabannya tidak, bershalawat kepada Nabi diperintahkan baik di dalam shalat maupun diluar shalat. Dimanapun kita berada disyaratkan bershalawat, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ

Bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di manapun kalian berada. (HR. Abu Dawud: 2042)

Bahkan shalawat itu disyari’atkan setiap kali disebutkan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Orang yang tidak mau bershalawat ketika disebutkan Nabi maka dia adalah orang yang bakhil. Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

الْبخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ، فَلَم يُصَلِّ علَيَّ

“Orang yang bakhil adalah orang yang apabila aku disebutkan di hadapannya maka ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi: 3546)

Bagaimana cara kita bershalawat?

Caranya adalah dengan mengucapkan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam. Para sahabat dahulu juga pernah menyatakan hal yang sama, bagaimana cara bershalawat, lalu diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dari Abu Mas’ud al-Anshari radhiyallahu anhu, dia berkata

أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِي مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فَقَالَ لَهُ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ أَمَرَنَا اللَّهُ تَعَالَى أَنَّ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi kami sedangkan kami berada dalam majlis Sa’d bin Ubadah, maka Basyir bin Sa’ad berkata kepada beliau: ‘Allah memerintahkan kami untuk mengucapkan shalawat atasmu wahai Rasulullah, lalu bagaimana cara bershalawat atasmu? ‘ Perawi berkata, “Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam hingga kami berangan-angan seandainya dia tidak menanyakannya kepada beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Katakanlah: ‘ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALI IBRAAHIIMA WABAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA ‘ALAA AALI IBRAAHIIMA FIL’AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIID.” Ya Allah, berilah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi shalawat atas keluarga Ibrahim, dan berilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada keluarga Ibrahim di dunia. Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.’ Dan salam sebagaimana yang telah kamu ketahui.” (HR. Muslim: 405)

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah telah mengumpulkan riwayat-riwayat dari Nabi yang berkaitan dengan lafazh shalawat. Dalam kitab Sifatu Shalattin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau rahimahullah menyebutkan sebanyak 7 redaksi.

Baca artikelnya :

Atau shalawat secara umum yaitu mengucapkan:

صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Semoga shalawat dan salam Allah tercurah kepadanya (Nabi)

Shalawat tidak boleh dicampurkan dengan sesuatu yang haram

Apabila shalawat diiringi dengan musik maka ini jelas keliru. Allah melarang kita mencampur antara haq dengan bathil. Allah berfirman:

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil. (QS. Al-Baqarah: 42)

Sebab shalawat itu haq ia merupakan ibadah sedangkan musik dan nyanyian itu adalah maksiat. Allah telah berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman: 6)

Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah menyebutkan sebuah riwayat dari Abush Shuhba’ bahwa ia pernah mendengar Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu ditanya tentang ayat ini, maka beliau menjawab:

الغِنَاءُ، وَ اللّٰهِ الَّذِي لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ

“Nyayian, demi Allah yang tidak ada Ilah yang haq selain-Nya.” Beliau radhiyallahu anhu mengulang-ulang ucapan itu sebanyak tiga kali. (Tafsir al-Qur’anil Azhim: 6/348)

Bahkan Imam Ibnu Katsir menjelaskan dengan lebih gamblang dengan mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang berpaling dari kalamullah dan malah dengan seksama mendengarkan lagu, nyayian serta lantunan alat-alat musik.” (Tafsir al-Qur’anil Azhim: 6/347)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

لَيَكونَنَّ مِن أُمَّتي أقْوامٌ، يَسْتَحِلُّونَ الحِرَ والحَرِيرَ، والخَمْرَ والمَعازِفَ

”Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik.” (HR. Bukhari: 5590)

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat #bantu jawab. Ditulis di Aula Ma’had Asy-Syathiby Cileungsi, Sabtu 21 Shafar 1441H / 20 Okt 2019

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

cara bershalawat yang benar
Ayo belanja kitab arab di maribaraja store
Belanja sambil beramal. Dengan belanja di maribaraja store maka anda akan ikut andil dalam kegiatan dakwah dan pendidikan islam. Karena keuntungan dari penjualan 100% akan digunakan untuk operasional dakwah dan pendidikan di Maribaraja.com

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !