BENAR-BENAR PANAS (Art.RefleksiHikmah)

Di negeri ini kita dilahirkan, tumbuh dan besar. Bahkan ,sebuah kebanggaan karena menjadi anak bangsa dari negeri Islam terbesar di dunia. Namun, heran bercampur prihatin perasaan kita saat ini, mendengar dan menyaksikan peristiwa yang terjadi. Ada apa denganmu wahai negeriku?

Peraturan tentang larangan mahasiswi bercadar yang dikeluarkan oleh sebuah Universitas membuat kita tak habis pikir. Pasalnya, yang menerbitkan peraturan ini bukan universitas umum tapi universitas Islam. Dengan dalih, bahwa mahasiswi yang becadar itu biasanya terinveksi virus kelompok-kelompok radikal. Dan pihak kampus ingin menyelamatkan mereka dari kesesatannya itu.

Saya langsung teringat dengan peristiwa delapan tahun silam saat masih duduk di tingkat sekolah menengah atas. Waktu itu saya melihat dengan mata kepala bagaimana beberapa kakak kelas saya dipanggil ke kantor kemudian setelah diceramahi disuruh menganti celana dengan kain sarung. Bukan karena celananya itu disobek-sobekkan seperti preman pasar, tapi karena celana mereka itu “tergantung” di atas mata kaki.

Beberapa waktu setelah itu, saya mendengar “nasehat” dari kepala sekolahnya saat itu, “Beragama Islam ini yang biasa-biasa sajalah.” Tahukah Anda bahwa sekolah saya itu bukan SMA atau SMK tapi MAN (Madrasah Aliyah Negeri).

INILAH ZAMANNYA

Memperhatikan apa yang terjadi dan mengaitkannya dengan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bisa kita katakan bahwa, “Inilah zamannya!!” Telah datang apa yang dahulu beliau kabarkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam bermula dalam keadaan asing, dan kelak akan kembali asing seperti semula, maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim: 386)

Islam kembali asing bahkan di tengah-tengah masyarakat yang mengatakan dengan lantang, “Kami muslim.” Bahkan, itu terjadi di negeriku, dinegeri yang digelari “Negeri Islam Terbesar” dengan jumlah penduduk muslim terbanyak.

Bukankah cadar dan celana di atas mata kaki itu bagian dari Islam?? Jika Anda mengatakan “Tidak” maka segeralah bertaubat dan kembalilah belajar. Sepertinya Anda terlalu sibuk hingga tak sempat duduk lagi untuk belajar mengaji.

Mengaji itu tidak hanya alif, ba’, ta’. Bukan hanya pandai membaca al-Qur’an dengan irama qori’-qori’ besar dunia, tapi paham dengan kandungannya, hukum-hukum dari ayat yang dibaca.

BENAR-BENAR PANAS

“Panas, benar-benar panas.” Mengenggam ajaran agama pada zaman ini, memang terasa amat sulit. Butuh perjuangan dan kesabaran besar. Inilah yang juga dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu jauh-jauh hari:

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ

“Kelak akan datang suatu masa kepada manusia, seorang yang sabar berpegang teguh dengan agamanya seperti seorang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi: 2260 dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 2/682)

Kita hanya mengamalkan ajaran Islam, tapi kenapa justru dilarang?? Dan yang melarang saudara sesama muslim, di negeri Islam terbesar lagi. Kita mau sampaikan malah dijawab duluan, “Copot atau keluar.” Allahu musta’an.

Maka tidak ada yang dapat kita perbuat. kita hanya bisa bersabar, mengurut dada dan mengadukan duka kepada Allah. Kita ucapkan sebagaimana ucapan orang-orang beriman terdahulu:

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali Imran: 173)

MENGHIBUR DIRI

Baiklah, dari pada kita larut dalam kesedihan dan kegundahan itu lebih baik kita menghibur diri. Bukankah semakin tinggi sebatang pohon semakin berat dia menghadapi badai?? Besarnya pahala berbanding lurus dengan besarnya cobaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ

“Sesungguhnya besarnya pahala bersama besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan ujian kepada mereka.” (HR. Tirmidzi: 2396, ash-Shahihah: 1220)

Sebenarnya, jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikannya sebagai penghibur bagi mereka yang berpegang teguh dengan agama pada saat Islam itu kembali asing. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira bahwa mereka akan memperoleh ganjaran yang sangat besar. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya:

“إِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ، الْمُتَمَسِّكُ فِيهِنَّ يَوْمَئِذٍ بِمِثْلِ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ لَهُ كَأَجْرِ خَمْسِينَ مِنْكُمْ”قَالُوا: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَوْ مِنْهُمْ؟ قَالَ:”بَلْ مِنْكُمْ”قَالُوا: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَوْ مِنْهُمْ؟ قَالَ:”لا، بَلْ مِنْكُمْ”ثَلاثَ مَرَّاتٍ أَوْ أَرْبَعًا

“Sesungguhnya nanti di belakang kalian akan ada hari-hari kesabaran, seorang yang berpegang teguh dengan agamanya pada hari itu seperti kalian hari ini akan memperoleh ganjaran lima puluh dari kalian.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Nabi Allah ataukah dari mereka?” Nabi menjawab: “Bahkan dari kalian.” Mereka kembali bertanya: “Wahai Nabi Allah, ataukah dari mereka?” Nabi menjawab: “Tidak, bahkan dari kalian.” Nabi mengulangi tiga atau empat kali. (HR. Ath-Thabrani dalam al-Kabir, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 1/812)

Cukuplah berita baik itu, tidak usah telalu bersedih dengan kenyataan yang ada. Ini sudah zamannya, Islam kembali terasing. Jangan terlalu heran, ini Indonesia, apa yang tidak ada?

Katanya penduduk Indonesia ini suka yang KW bukan yang Ori, coba lihat saja produk KW di pasar Indonesia berlimpah ruah dan digemari. Oleh sebab itu, tidak perlu heran dengan orang Indonesia yang inginnya Islam KW bukan Islam Ori. Mungkin menurut mereka cadar dan celana cingkrang itu Islam Ori jadi tidak layak. “Yang biasa-biasa sajalah beragama Islam ini,” artinya Islam yang KW sajalah tak perlu yang Ori-orian.

JADILAH ORANG ASING

Memang Islam telah kembali asing di mata manusia. Tapi, ingatlah pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar menjadi orang asing ketika itu, karena merekalah orang-orang yang akan beruntung. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاء . قِيْلَ : مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ الله ؟ قَالَ : الَّذِيْنَ يَصْلَحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاِس 

“Sesungguhnya Islam berawal dalam keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana ia berawal maka beruntunglah orang-orang yang asing.” Ada yang bertanya: “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Orang-orang yang tetap dalam keshalihan tatkala manusia rusak.” (HR. Abu ‘Ammar ad-Dani dalam as-Sunanu al-Waridah fi al-Fitan, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 3/267)

Menjadi orang asing; orang yang selalu dalam kesahihan ketika manusia rusak. Tidak peduli dengan ocehan mereka, tetap tegar sampai kita menutup mata.(zhr) Sukabumi 070318

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !