Cara Benar Mencintai Nabi ﷺ – Khutbah Jum’at

إِنَّ الْـحَمْدَ الِلَّهِ، نَحْمَدُهُ، وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاٱللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ ٱاللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱاللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُيَا أَيُّهَا ٱالَّذِينَ آمَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ اٱلـحَدِيثِ كِتَابُ ٱللَّهِ، وَخَيْرَ ٱالهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي ٱالنَّارِ

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

Bagi seorang muslim mencintai Nabi ﷺ tidak hanya sekedar anjuran akan tetapi adalah sebuah kewajiban. Nabi ﷺ harus dicintai melebihi orang tua, anak, suami atau istri, bahkan melebihi kecintaan kepada diri kita sendiri. Umar pernah berkata kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Maka Nabi ﷺ bersabda:

لَا، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ

“Tidak, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sampai engkau menjadikanku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.” Umar berkata: “Sungguh sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri.” Lalu Nabi ﷺ bersabda: “Sekarang wahai Umar (sempurna imanmu).” (HR. Bukhari: 6632)

Bahkan Allah mengabarkan akan menimpakan azab kepada mereka yang mendahulukan kecintaan kepada selain Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, kerabat kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah yang kalian sukai lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

Dan tidak kalah wajibnya adalah cara mengungkapkan cinta tersebut. Kita harus menempatkan Nabi ﷺ pada tempat yang semestinya yaitu mencintai tanpa sikap ghuluw (berlebihan). Mencintai sesuai dengan aturan syariat, berdasarkan dalil.  Tidak boleh kita mengungkapkan kecintaan hanya berlandaskan akal dan perasaan. Karena belum tentu apa yang kita anggap pantas sebagai ungkapan cinta kepada Nabi sesuai dengan aturan syariat. Mari kita lihat contoh yang terjadi di zaman Nabi ﷺ dahulu.

Ketika Mu‘adz datang dari Syam, ia bersujud kepada Nabi. Nabi ﷺ bertanya: ‘Apa ini wahai Mu‘ādz?’ Ia menjawab: ‘Aku mendatangi negeri Syam, dan aku dapati mereka bersujud kepada uskup-uskup dan para penguasa mereka. Maka terbesit dalam diriku untuk melakukan itu kepadamu.’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

فَلَا تَفْعَلُوا، فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللهِ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا.

‘Jangan kalian lakukannya! Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada selain Allah, niscaya aku akan perintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya.’” (HR. Ibnu Majah: 1853)

Dalam kejadian yang lain, dari Anas bin Malik mengatakan:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا سَيِّدَنَا، وَابْنَ سَيِّدِنَا، وَيَا خَيْرَنَا، وَابْنَ خَيْرِنَا. فَقَالَ النَّبِيُّ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ، قُولُوا بِقَوْلِكُمْ، وَلَا يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، وَرَسُولُ اللهِ، وَاللهِ مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُونِي فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِي أَنْزَلَنِي اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.

“Seorang laki-laki berkata kepada Nabi ﷺ: ‘Wahai tuan kami, putra tuan kami, wahai sebaik-baik kami, putra sebaik-baik kami.’ Maka Nabi ﷺ bersabda: ‘Wahai manusia, ucapkanlah dengan perkataan kalian (yang biasa), jangan sampai kalian diseret oleh setan. Aku adalah Muhammad bin ‘Abdullah, hamba Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, aku tidak suka kalian mengangkatku melebihi derajat yang Allah berikan kepadaku.’” (HR. An-Nasa’i: 10077, Ahmad: 13529)

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

Dari pembahasannya ini, serta hadits yang telah disebutkan, kita bisa menyimpulkan bahwa apa yang diucapkan oleh Bushiri dalam kasidah Burdah-nya adalah sebuah hal yang dilarang oleh syariat, ia membuat bai-bait syair memuji dan mengenang Nabi mengungkapkan kecintaannya kepada bleiau tetapi dengan cara yang ghuluw. Sehingga tidak boleh bagi setiap muslim dan muslimah untuk turut mengucapkan bait-bait itu dalam rangka menghormati dan mencintai Nabi ﷺ. Di antara bait syair yang disebutkan dalam kasidah ini yaitu ia mengatakan:

يَا أَكْرَمَ الخَلْقِ مَا لِيْ مَنْ أَلُوْذُ بِهِ – سِوَاكَ عِنْدَ حُلُوْلِ الْحَادِثِ الْعَمِمِ

Wahai makhluk termulia, aku tidak memiliki pelindung. Selain dirimu dikala datangnya petaka besar.

فَإِنَّ مِنْ جُوْدِكَ الدُّنْيَا وَضَرَّتَهَا – وَمِنْ عُلُوْمِكَ عِلْمُ اللَّوْحِ وَالْقَلَمِ

Diantara kedermawananmu adalah dunia dan akhiratnya. Dan termasuk ilmumu adalah ilmu tentang lauh (mahfudh) dan pena.

Para ulama sudah memperingatkan umat agar tidak mengucapkan bait-bait syair ini karena bisa mengantarkan kepada kesyirikan disebabkan ghuluw yang ada di dalamnya.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

Salah satu bentuk/cara yang benar dalam mencintai Nabi ﷺ adalah dengan mengikuti ajaran beliau yang mencakup: membenarkan setiap khabar dari Nabi, menaati perintah dan meninggalkan larangannya, beribadah sesuai dengan tata cara yang beliau ajarkan serta mengikuti tuntutan beliau dalam segala aspek kehidupan kita. Nabi ﷺ bersabda:

وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa menghidupkan ajaranku (agama), berarti dia mencintaiku dan barangsiapa mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga.” (HR.Tirmidzi: 2678)

Jika lisan kita mengatakan: “Aku cinta Nabi ﷺ” akan tetapi perbuatan kita menyelisihi perintah Nabi ﷺ maka cinta kita adalah cinta yang palsu dan cinta yang dusta. Mari kita lihat contohnya:

  1. Dalam masalah shalat, Allah dan Nabi ﷺ memerintahkan kita shalat wajib lima waktu. Bahkan menjadi rukun Islam. Jika tidak ada air untuk berwudhu maka tayammum. Tidak mampu berdiri maka duduk, tidak mampu maka berbaring, tidak mampu juga dengan isyarat. Tidak ada alasan untuk meninggalkan shalat dengan sengaja. Maka jika ada yang mengatakan cinta Nabi tapi meninggalkan shalat maka ia telah dusta dalam ucapannya, cintanya palsu
  2. Allah dan Nabi ﷺ mengharamkan riba. Bahkan Jabir berkata:

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ

“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya.” Beliau berkata, “Mereka semua dosanya sama.” (HR. Muslim: 1598)

Maka jika ada seorang mengatakan cinta Nabi ﷺ tapi masih bertransaksi ribawi maka cintanya palsu.

3. Nabi ﷺ memerintahkan kita kalau berhutang, harus dibayar. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ

 “Menunda pembayaran hutang bagi orang yang mampu adalah kezaliman.” (HR. Bukhari: 2400, Muslim: 1564)

Jika ada orang yang mengaku cinta Nabi ﷺ tapi kalau berhutang tidak mau bayar, susah ditagih, selalu menghindar, pura-pura lupa, maka orang ini tidak jujur dalam mencintai Nabi ﷺ.

4. Bahkan dalam masalah yang kecil sekali pun, misal dalam adab makan dan minum. Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ.

Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim no. 2020)

Nabi ﷺ juga bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا, فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ, حَتَّى يَلْعَقَهَا

“Jika salah seorang dari kalian makan makanan jangan dia usap tangannya sampai dia menjilati tangannya tersebut.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Jika ada diantara kita yang mengaku cinta Nabi tapi makan/minum dengan tangan kiri. Makan dengan bersisa (tidak dihabiskan), piring masih banyak nasi dan lauknya lalu kita tinggalkan begitu saja tanpa perasaan bersalah, maka cinta kita palsu.

 Penutup

Marilah kita mencintai Nabi dengan jujur agar kita mendapatkan keutamaan yang besar. Karena salah satu ganjaran bagi mereka yang jujur dalam mencintai Nabi adalah masuk surga dan bersanding bersama beliau di surga. Dalilnya, dari Anas bin Malik, dia bercerita: Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi tentang kapan akan terjadinya hari kiamat. Maka Nabi ﷺ bersabda: Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari kiamat itu?. Laki-laki itu menjawab: Tidak ada selain bahwasanya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah bersabda:

أنْتَ مَعَ مَن أحْبَبْتَ

Engkau akan bersama dengan siapa yang engkau cintai.

Anas kemudian berkata: Kami tidak pernah merasa begitu gembira melebihi kegembiraan kami dengan sabda Nabi: Engkau akan bersama dengan siapa yang engkau cintai. Anas berkata: Aku mencintai Nabi, Abu Bakar dan Umar. Aku berharap dapat berkumpul bersama mereka karena sebab kecintaabku kepada mereka meskipun aku tidak sanggup beramal seperti amalan mereka. (HR. Bukhari: 3688)

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْوبنا عَلَى دِينِكَ

ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ حُسْنَ الخَاتِمَةِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سُوْءِهَا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

 

Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

 

 

 

 

 

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !