Ketika Imam Ahmad Menasehati Muridnya di Tengah Malam

Agama adalah nasehat, begitulah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada kita. Saling menasehati adalah kewajiban. Namun perlu diingat, bahwa nasehat itu adalah obat bagi luka. Selembut apa pun, ia tetap memberikan sakit. Karenanya, perlu memperhatikan cara menyampaikan nasehat tersebut. 

Hukum asal, nasehat hendaknya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Selama tidak ada maslahat yang lebih besar untuk menampakkannya. Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah pernah mengatakan:

“Dahulu generasi salaf jika mereka ingin menasehati seseorang, mereka menyampaikannya dengan sembunyi-sembunyi, sampai-sampai sebagian mereka berkata: ‘Barangsiapa yang menasehati saudaranya antara dia dan saudaranya saja maka itulah nasehat, dan Barangsiapa yang menasehatinya di hadapan halayak, maka ia telah menjatuhkannya.’” (Jami Al-Ulum wal Hikam: 1/236)

Mari kita lihat prakteknya dari Imam Ahmad bin Hanbal. Dari Harun bin Abdillah Al-Hammal, ia menuturkan:

جاءني أحمَدُ بنُ حَنبَلٍ باللَّيل ِفدقَّ عليَّ البابَ، فقلْتُ: مَن هذا؟ فقال: أنا أحمَدُ، فبادَرْتُ أن خرَجْتُ إليه، فمسَّاني ومسَّيتُه، قلْتُ: حاجةً يا أبا عبدِ اللهِ؟ قال: نعَم، شغَلْتَ اليومَ قلبي، قلْتُ: بماذا يا أبا عبدِ اللهِ؟ قال: جُزْتُ عليك اليومَ وأنت قاعِدٌ تُحدِّثُ النَّاسَ في الفَيءِ، والنَّاسُ في الشَّمسِ بأيديهم الأقلامُ والدَّفاتِرُ، لا تفعَلْ مرَّةً أخرى، إذا قعَدْتَ فاقعُدْ معَ النَّاسِ!

Imam Ahmad bin Hanbal mendatangiku pada malam hari lalu mengetuk pintu rumahku. Aku bertanya: Siapakah ini? Beliau menjawab: “Aku Ahmad.” Aku pun segera keluar menemuinya, beliau mengucapkan selamat malam kepadaku dan aku membalasnya. Lalu aku berkata: Apakah ada keperluan wahai Abu Abdillah? Beliau menjawab: “Ya, hari ini engkau telah membuat pikiran sibuk.” Aku bertanya: “Karena apakah kiranya wahai Abu Abdillah?” Beliau berkata: “Siang tadi aku melewatimu, engkau tengah duduk di bawah naungan menyampaikan hadits kepada orang-orang, sementara mereka duduk di bawah terik matahari, padahal di tangan mereka terdapat pena dan buku catatan. Lain kali, janganlah engkau melakukan hal ini. Duduklah dalam keadaan yang sama dengan orang-orang.” (Tarikh Baghdad, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi: 14/22, dinukil dari Dorar.net)

Oleh sebab itu, sebelum menasehati. Perhatikanlah banyak hal, salah satunya yaitu cara kita menyampaikan nasehat tersebut. Nasehat itu penting, tapi lebih penting lagi cara menyampaikannya. Nasehat untuk memperbaiki bukan membuat orang lari dan benci.

Legenda Wisata Cibubur, Rabu 14 Shafar 1445 H/ 30 Agustus 2023 M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !