Mencintai Nabi ﷺ – Khutbah Jum’at

KHUTBAH PERTAMA

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ

ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﻬَﺪﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻭَﺷَﺮَّ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻣُﺤَﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟﺔٍ ﻭَﻛُﻞَّ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Mari kita tingkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan mengerjakan perintah-perintah Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Sebuah kisah tentang sebatang pohon kurma yang patut kita renungkan. Dalam sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhu ia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلَى شَجَرَةٍ أَوْ نَخْلَةٍ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ أَوْ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا نَجْعَلُ لَكَ مِنْبَرًا قَالَ إِنْ شِئْتُمْ فَجَعَلُوا لَهُ مِنْبَرًا فَلَمَّا كَانَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ دُفِعَ إِلَى الْمِنْبَرِ فَصَاحَتْ النَّخْلَةُ صِيَاحَ الصَّبِيِّ ثُمَّ نَزَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ تَئِنُّ أَنِينَ الصَّبِيِّ الَّذِي يُسَكَّنُ

Bahwa Nabi ﷺ pernah di suatu hari Jumat berdiri di atas sebatang pohon atau pohon kurma lalu ada seorang wanita atau seorang laki-laki Anshar berkata, Wahai Rasulullah, “Bagaimana kalau kami buatkan mimbar untuk baginda?.’ Beliau menjawab, “Silakan, bila kalian kehendaki.” Maka mereka membuatkan untuk beliau sebuah mimbar. Ketika hari Jumat beliau naik ke atas mimbar lalu batang pohon kurma tadi berteriak bagaikan teriakan bayi. Maka kemudian Nabi ﷺ turun menghampiri batang pohon tersebut lalu memeluknya sehingga teriakannya melemah hingga bagaikan rintihan bayi yang sedang didiamkan. (HR. Bukhari: 3584)

Dalam riwayat lain terdapat tambahan, Nabi bersabda: Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya kalaulah aku tidak memeluknya maka pasti dia akan senantiasa begini hingga hari kiamat karena sedih berpisah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kemudian Rasulullah memerintahkan agar batang kayu tersebut dikuburkan.(HR. Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwah: 2/558)

Pohon kurma itu menangis karena merasa kehilangan Rasulullah. Seorang yang sangat ia cintai. Pohon kurma itu rindu kepada Rasulullah, yang biasanya berkhutbah diatasnya sekarang telah berpindah ke sebuah mimbar yang baru.

Rasulullah adalah sosok yang dicintai, dirindukan, tidak hanya oleh orang-orang beriman akan tetapi juga makhluk-makhluk Allah yang lain seperti pepohonan, bebatuan, gunung dan hewan-hewan. Bagi seorang Muslim mencintai Nabi tidak hanya sekedar anjuran akan tetapi adalah sebuah kewajiban. Rasulullah harus dicintai melebihi orang tua, anak, suami atau istri, bahkan di atas kecintaan kepada diri sendiri.

Dari Abdullah bin Hisyam radhiyallahu anhu, ia menuturkan: Kami sedang bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan beliau tengah memegang tangan Umar bin al-Khaththab. Lalu Umar berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ

“Tidak, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sampai engkau menjadikanku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.” Umar berkata: “Sungguh sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri.” Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sekarang wahai Umar.” (HR. Bukhari: 6632)

Faidah dan manfaat mencintai Nabi sebenarnya kembali kepada setiap orang yang melakukannya. Dan yang terbesar dari faidah-faidah itu adalah masuk surga dan dikumpulkan bersama Nabi di hari kiamat nanti.

Dari Anas bin Malik, dia bercerita: Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi tentang kapan akan terjadinya hari kiamat. Maka Nabi bersabda: Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari kiamat itu?. Laki-laki itu menjawab: Tidak ada selain bahwasanya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah bersabda:

أنْتَ مع مَن أحْبَبْتَ

Engkau akan bersama dengan siapa yang engkau cintai. Anas kemudian berkata: Kami tidak pernah merasa begitu gembira melebihi kegembiraan kami dengan sabda Nabi: Engkau akan bersama dengan siapa yang engkau cintai. Anas berkata:

فَما فَرِحْنَا بشيءٍ، فَرَحَنَا بقَوْلِ النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أنْتَ مع مَن أحْبَبْتَ قَالَ أنَسٌ: فأنَا أُحِبُّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وأَبَا بَكْرٍ، وعُمَرَ، وأَرْجُو أنْ أكُونَ معهُمْ بحُبِّي إيَّاهُمْ، وإنْ لَمْ أعْمَلْ بمِثْلِ أعْمَالِهِمْ

Aku mencintai Nabi, Abu Bakar dan Umar. Aku berharap dapat berkumpul bersama mereka karena sebab kecintaabku kepada mereka meskipun aku tidak sanggup beramal seperti amalan mereka. (HR. Bukhari: 3688)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan mengikuti sunnahnya. Mengikuti sunnah (tuntutan) beliau dalam segala aspek kehidupan, begitulah cara sesungguhnya untuk mencintai beliau shallallahu alaihi wasallam. Menghidupkan sunnah-sunnah beliau meski tidak banyak yang melakukannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa menghidupkan sunnahku, berarti dia mencintaiku dan barangsiapa mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga.” (HR.Tirmidzi: 2678)

Imam Ath-Thabrani meriwayat dari Aisyah, ia berkata:

Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi kemudian berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri, dan sesungguhnya engkau lebih aku cintai daripada anakku. Sungguh aku berada di rumahku lalu aku teringat denganmu maka aku tidak dapat bersabar sampai aku mendatangi dan melihatmu. Ketika aku teringat kematianku dan kematianmu, maka aku tahu bahwa engkau ketika masuk surga engkau akan diangkat (dikumpulkan) bersama para Nabi. Adapun aku, jika aku dimasukkan ke dalam surga maka aku takut tidak bisa melihatmu. Nabi tidak menjawab sedikit pun sampai kemudian Jibril turun dengan membawa ayat:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقاً

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’: 69) (HR. Thabarani)

Oleh sebab itu, jangan salah, pahami betul-betul bahwa mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah kewajiban. Namun, cara mengungkapkan kecintaan tersebut harus sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Jangan sampai karena niat baik saja, lantas kemudian kita melakukan hal-hal yang dilarang oleh beliau kemudian kita beranggapan bahwa itu adalah bukti cinta kita. Mengikuti dan mngamalkan apa yang beliau ajarkan itulah bukti kecintaan yang sesungguhnya.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !