Fikih Ringkas Nadzar Dan Perincian Hukumnya – Khutbah Jum’at

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ.

ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﻬَﺪﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ صَلَّى ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻭَﺷَﺮَّ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻣُﺤَﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟﺔٍ ﻭَﻛُﻞَّ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

Salah satu hal yang sering kita lihat dalam kedihupan seorang muslim adalah Bernadzar.  Apakah itu nadzar dan bagaimana hukumnya dalam syariat Islam? Inilah yang akan kita jelaska secara ringakas.

Yang dimaksud dengan nadzar adalah seseorang mewajibkan atas dirinya suatu yang tidak diwajibkan syari’at atasnya.

Nadzar ada dua macam yaitu:

  1. Nadzar Muthlaq,

yaitu seorang bernadzar tanpa mengaitkannya dengan manfaat apapaun. Semisal dia mengatakan: Aku bernadzar bulan depan bersedekah 100 ribu.

Maka ini hukumnya boleh selama yang dinazdzarkan tersebut adalah ketataan dan mubah bukan sesuatu yang haram. Jenis ini termasuk ibadah, orang yang menunaikannya dipuji oleh Allah. Sebagaimana firman Allah ketika menyifati Al-Abrar:

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ

“Mereka menunaikan nadzar mereka.” (QS. Al-Insan: 7)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ

“Barang siapa yang bernadzar untuk melakukan ketaatan kepada Allah maka hendaknya melakaukannya. (HR. Bukhari: 6696)

Nadzar seperti ini wajib dilakukan, apabila tidak maka harus membayar kaffarah

  1. Nadzar Muqayyad

yaitu seorang bernadzar dengan mengaitkannya pada manfaat tertentu. Semisal ia mengatakan:

  • “Jika aku lulus tes dan diterima di perusahaan ini maka aku akan puasa 3 hari.”

Ia mengaitkan puasanya itu dengan kelulusan, jika tidak lulus maka ia tidak berpusa.

  • “Jika aku sembuh maka aku akan memberikan makanan serta pakaian kepada 10 anak yatim.”

Ia mengaitkan sedekahnya kepada anak yatim dengan kesembuhannya, jika tidak sembuh maka ia tidak melakukannya.

Nadzar Muqayyad inilah yang sering dilakukan oleh kaum muslimin, karenya perlu kita mengetahui hukum-hukumnya.

Hukum Nadzar muqayyad ada perinciannya yaitu:

  • Hukum sebelum diucapkan

Nadzar muqayyad ini tidak dianjurkan untuk dilakukan. Hukumnya haram, nadzar inilah yang dilarang oleh Nabi. Beliau bersabda:

لَا تَنْذِرُوا، فَإِنَّ النَّذْرَ لَا يُغْنِي مِنَ الْقَدَرِ شَيْئًا، وَإِنَّمَا يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنَ الْبَخِيلِ

“Janganlah kalian bernadzar, karena sesungguhnya nadzar tidaklah mempengaruhi (mengubah) takdir sama sekali, dan hanya dikeluarkan dari orang yang bakhil.” (HR Muslim No. 1640)

  • Setelah diucapkan

Jika nadzar Muqayyad telah terlanjur diucapkan, maka berlakulah konsekuensi-konsekuensinya dan dilihat dari isi nadzarnya:

  1. Jika isinya ketaatan seperti ia mengatakan: Jika aku lulus aku akan puasa tiga hari. Maka ia wajib melakukan nadzarnya tersebut. Namun apabila ia tidak melakukannya maka ia harus membayar kaffarat.
  2. Jika isinya perkara mubah, seperti ia mengatakan: Jika aku lulus aku akan traktir makan sate kawan-kawanku. Maka ia diberi pilihan untuk menunaikannya (lebih utama) atau tidak menunaikannya namun wajib membayar Kaffarat
  3. Jika isinya maksiat, seperti ia mengatakan: Jika aku lulus maka aku akan belikan setiap kawanku satu botol Wiskey (khamar). Maka ini haram menunaikan nadzarnya tersebut tetapi ia harus membayar kaffarat

وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ

Barangsiapa yang bernadzar untuk bermaksiat kepadaNya maka janganlah ia bermaksiat kepadaNya” (HR. Bukhari: 6696)

Semua Nadzar yang kita sebutkan diatas adalah nadzar yang ditujukan kepada Allah. Adapun jika seorang bernadzar kepada selain Allah, semisal seorang mengatakan: Jika panen padi berhasil aku akan berikan sebagiannya ke kawah gunung berapi sebagai ucapan terima kasih untuk arwah-arwah leluhur.” Maka ini nadzar ini tidak boleh ditunaikan, tidak ada kaffaratnya, yang wajib adalah segera bertaubat kepada Allah karena ia merupakan kesyirikan.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

  الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه اَللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّم عَلَى نبينا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وهحبه أجمعين، أما بعد

Kaffarah nadzar adalah kaffarah sumpah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Nadzar itu adalah sumpah. kaffarah nadzar adalah kaffarah sumpah.” (HR. Ahmad: 28/575, As-Shahihah: 2860)

Mengenai kaffarah sumpah, Allah telah menjelaskannya secara gamblang di dalam al-Qur’an. Allah berfirman:

لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al-Maidah: 89)

Di dalam ayat ini Allah memberikan tiga pilihan, berupa:

  1. Memberi makan sepuluh orang miskin berupa makanan yang biasa dimakan.
  2. Memberi pakaian kepada sepuluh orang miskin dengan pakaian yang jika dipakai untuk shalat sah shalatnya.
  3. Memerdekakan seorang budak mukmin/mukminah.

Jika tidak mampu dengan salah satu dari yang tiga diatas maka berpuasa tiga hari berturut-turut.

Semoga yang sedikit ini menambah keilmuan kita. Nadzar yang sifatnya Muqayyad dilarang oleh Nabi. Mudah-mudahan bermanfaat.

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

اللهم انصر إخواننا المسلمين المستضعفين في فلسطين وثبت أقدامهم واجعلهم من الصابرين وانصرهم على القوم الكافرين

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ وسلَّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !