PERISTIRAHATAN TERAKHIR?!

Banyak di antara kalimat itu yang singkat, seolah sepele tapi maknanya besar dan berpotensi merusak aqidah seseorang. Dalam suatu prosesi shalat jenazah di sebuah masjid komplek. Salah seorang dari DKM-nya memberikan sepatah dua kata kepada jamaah. Kalimat pak takmir itu kira-kira begini:

“Terima kasih kami ucapkan kepada jamaah sekalian, baik itu keluarga, tetangga atau rekan-rekan kantor yang berkenan untuk menshalati jenazah, dan jika ada waktu selanjutnya kita antarkan jenazah ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Pondok Ranggon.” 

Tidak ada yang salah dari ucapan itu kecuali bagian akhirnya. Benarkah kuburan itu “Tempat peristirahatan terakhir??” Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الآخِرَةِ ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

“Sesungguhnya kuburan adalah awal perjalanan akhirat. Barang siapa yang berhasil di alam kubur maka yang setelahnya akan lebih mudah dan barang siapa yang tidak berhasil maka yang setelahnya lebih berat.” (HR. Tirmidzi: 2308, dihasankan oleh Syaikh al-Albani Shahih al-Jami’)

Kuburan itu bahkan adalah awal dari perjalanan panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tempat ujian pertama dalam fase kehidupan akhirat. Siapa yang menjamin bahwa kita akan dapat beristirahat di tempat itu?

Jika seandainya kuburan memang tempat peristirahatan terakhir tentu manusia akan berbondong-bondong bunuh diri agar bisa beristirahat dari letihnya kehidupan dunia, namun ternyata kenyataannya tidak begitu. Allah berfirman mengabarkan nasib Fira’un dan pengikutnya:

 النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

Kepada mereka (Fir’aun dan pengikutnya) dinampakkan neraka pada pagi dan petang,  dan pada hari kiamat (dikatakan kepada malaikat): “Masukkan Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang pedih.” (QS. Ghafir: 46)

Ternyata, sampai saat ini pun bahkan sampai hari kiamat datang, Fir’aun dan kaumnya tidak mendapatkan istirahat di alam kuburnya. Oleh sebab itu, jangan pernah mengatakan lagi kuburan itu sebagai tempat peristirahatan terakhir. Justru ia adalah tempat persinggahan pertama serta penentu kehidupan kita selanjutnya di alam akhirat nan kekal. Persiapkanlah, karena kita semua pasti akan melaluinya.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !