Siapkanlah Bekal Karena Perjalanan Kita Sangat Panjang

Betapa sibuknya kita ketika hendak mudik lebaran. Berbagai kebutuhan kita siapkan bahkan jauh sebelum hari keberangkatan datang. Semua, karena kita tak ingin mendapat halangan baik sebelum atau di tengah perjalanan sehingga mengakibatkan kita tak bisa sampai ke tempat tujuan.

Akhirnya tidak sedikit di antara kita yang kemudian benar-benar mempersiapkan segalanya. Bahkan saking banyaknya, perbekalannya tidak mampu dibawa kecuali harus dengan kendaraan. Inilah yang diungkapkan oleh Allah dalam firman-Nya berkaitan dengan salah satu hikmah dan manfaat dari hewan ternak:

وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَىٰ بَلَدٍ لَّمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلَّا بِشِقِّ الْأَنفُسِ

Dan ia (hewan ternak itu) memikul beban-bebanmu menuju suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. (QS. Al-Nahl: 7)

Sejenak kalau direnungkan, jika demikian keadaan kita dalam mempersiapkan bekal perjalanan dunia lantas bagaimanakah dengan perjalanan akhirat yang tentu lebih jauh dan melelahkan?! Inilah yang diungkapkan oleh al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, setelah beliau menyebutkan ayat tadi beliau kemudian berkata:

“Ini adalah perpindahan di dunia dari satu negeri ke negeri yang lain. Lantas bagaimana dengan perpindahan dari dunia menuju negeri keabadian?!” (Miftah Dar as-Sa’adah: 1/26)

Sudah barang tentu jauh lebih membutuhkan perbekalan. Karenanya Umar bin Abdul Aziz rahimahullah dahulu pada khutbahnya pernah mengatakan:

 إِنَّ لِكُلِّ سَفَرٍ زَادًا لَا مَحَالَة، فَتَزَوَّدُوْا لِسَفَرِكُمْ مِنَ الدُّنْيَا إِلَى الآخِرَة

“Sesungguhnya setiap perjalanan pasti membutuhkan bekal, maka berbekallah untuk perjalanan kalian dari dunia menuju akhirat.”(Hilyahtul Auliya’ cet. Darul Fikr: 5/291)

Orang-orang shalih terdahulu betul-betul memahami hal ini. Mereka pun sadar bahwa perjalanan pada kehidupan setelah kematian itu sangat amat panjang dan butuh bekal yang banyak, sehingga itulah yang menyebabkan mereka merasa berat saat menjelang kematiannya. Ketika Abu Hurairah radhiyallahu anhu berada di ambang kematiannya, ia menangis. Maka orang-orang pun bertanya: “Apa yang membuatmu menangis wahai Abu Hurairah?” Beliau radhiyallahu anhu menjawab:

أَمَّا إِنِّي لَا أَبْكِي عَلَى دُنْيَاكُمْ هَذِهِ ، وَلَكِنِّي أَبْكِي عَلَى بُعْدِ سَفَرِيْ ، وَقِلَّةِ زَادِي، وَإِنِّي أَصْبَحْتُ فِي صُعُوْدِ مَهْبِطٍ عَلَى جَنَّةٍ وَنَارٍ ، لَا أْدِرِي أَيُّهُمَا يُؤْخَذُ بِي

“Aku tidak menangisi dunia kalian ini, akan tetapi aku menangisi jauhnya perjalananku dan sedikitnya perbekalanku, sesungguhnya aku sedang mendaki sebuah jalan terjal menanjak yang ujungnya adalah surga dan neraka, sedang aku tidak tahu diujung manakah aku akan berhenti.” (Hilyah al-Auliya’: 1/383)

Kalau demikian yang dikatakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu padahal beliau adalah sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, orang shalih, ahli ilmu dan ahli ibadah, lalu bagaimanakah dengan kita, masihkah kita merasa bekal yang kita siapkan telah cukup?!

Oleh sebab itu, betapa tidak bijaknya jika untuk perjalanan dunia kita kerahkan segenap kemampuan untuk menyiapkan perbekalan sedangkan untuk perjalanan akhirat yang jauh lebih panjang, berat dan melelahkan kita hanya biasa-biasa saja. Seolah tak peduli padahal perjalanan itu pasti akan kita lalui. Maka sekarang, mari mempersiapkan bekal perjalanan ini. Jangan katakan “esok, lusa atau nanti”, tapi mulailah detik ini. Perjalanan ini sangat panjang, kematian pasti datang. Sedang kita tak tahu kapan ia menjelang.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !