ANTARA KUALITAS DAN KUANTITAS (Ar.Salayok98)

Bila ditanya, idealnya bagaimana? Tentu jawabnya yang bagus kualitasnya dan paling banyak jumlahnya. Namun jika harus memilih satu dari keduanya, bagaimana?

“Oo.. Kalau saya yang penting banyak. Nggak papa kualitas ecek-ecek.” Ada yang bilang begitu? Mungkin ada. Tapi, kalau dalam masalah ibadah tidak boleh, harus didahulukan kualitas ketimbang kuantitas. Perhatikan firman Allah berikut:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 1-2)

Lihat firman-Nya; “ahsanu ‘amalan” yang menunjukkan yang paling baik amalannya. Dengan kata lain ,yang dijadikan patokan adalah kualitas. Imam Ibnu Katsir menjelaskan;

“‘Liyabluakum ayyukum ahsanu ‘amalan’, yaitu paling bagus amalan, sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad bin Ajlan; Allah tidak mengatakan aktsaru amalan (yang paling bayak amalannya).” (Tafsir al-Qur’anil Azhim: 8/153 cet. Darul Hadits, Kairo)

Inilah yang harus kita pahami, Allah menuntut dari kita untuk beribadah kepada-Nya dengan ibadah yang berkualitas baik bukan sekadar banyak jumlahnya. Buat apa punya lima karung padi tapi “ampo” semua, lebih baik hanya sekarung namun “boneh” kalau ditumbuk di “heler” jadi beras semua.

Lantas kapan sebuah ibadah itu dikatakan baik? Mari dengarkan penjelasan para ulama. Fudail bin Iyadh rahimahullah mengatakan:

“’Yang paling baik'” adalah yang paling ikhlas dan shawab. Sebuah amalan tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas dan shawab. Ikhlas apabila untuk Allah semata dan shawab apabila sesuai sunnah (tuntunan Rasulullah).” (Jamiul Ulumi  wal Hikam: 19 cet. Darul Aqidah)

Ternyata niat baik saja tidak cukup, harus terpenuhi syarat yang kedua yaitu sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jangan mengatakan, “yang penting kan ibadah”, nanti bisa menyesal karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak.” (HR. Muslim: 1718)

Dan satu kalimat emas yang diucapkan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, di antaranya Abu Darda’ dan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhum, mereka mengatakan:

اِقْتِصَادٌ فِي سُنَّةٍ خَيْرٌ مِن اجْتِهَادٍ فِي بِدْعَةٍ

“Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam bid’ah.” (Ilmu Ushul Bida’: 55)

Oleh sebab itu, perhatikanlah ibadah kita. Jangan sekedar banyak saja. Akan tetapi banyak dan berkualitas pula.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !