Bahaya Teman Buruk dan Sifat Taswif – Khutbah Jum’at

Bahaya Teman Buruk dan Sifat Taswif

KHUTBAH PERTAMA

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَيُّها المُسْلِمُونَ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فقد فاز المتقون قال الله: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Di masa Jahiliah dahulu ada seorang penyair yang bernama Al-A’sya (si rabun senja). Kisahnya disebutkan oleh Imam Al-Qurthubi ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah ayat 219, pada kisahnya ini terdapat banyak pelajaran berharga untuk kita semua. Oleh karenanya, siang ini kita akan membaca kisah si Rabun Senja kemudian kita ambil pelajarannya. Imam Qurthubi berkata:

وَرُوِيَ أَنَّ الْأَعْشَى لَمَّا تَوَجَّهَ إلَى الْمَدِينَةِ ليُسلم ، فَلَقِيَه بَعْضُ الْمُشْرِكِينَ فِي الطَّرِيقِ ، فَقَالُوا لَهُ : أَيْنَ تَذْهَبُ ؟ فَأَخْبَرَهُم بِأَنّهُ يُرِيدُ مُحَمَّدًا ، فَقَالُوا : لَا تَصِلْ إلَيْهِ ، فَإِنَّه يَأْمُرُك بِالصَّلَاة ، فَقَال : إِنَّ خِدْمَةَ الرَّبِّ وَاجِبَةٌ ، فَقَالُوا : إنَّه يَأْمُرُك بِإِعْطَاء الْمَالِ إلَى الْفُقَرَاءِ ، فَقَال : اصْطِنَاعُ الْمَعْرُوفِ وَاجِبٌ ، فَقِيلَ لَهُ : إنَّهُ يَنْهَى عَنْ الزِّنَى ، فَقَال : هُو فَحْش وَقَبِيح فِي الْعَقْلِ ، وَقَد صِرْت شَيْخًا ، فَلَا أَحْتَاجُ إلَيْهِ ، فَقِيلَ لَهُ : إنَّهُ يَنْهَى عَنْ شُرْبِ الْخَمْرَ ، فَقَال : أَمَّا هَذَا فَإِنِّي لَا أَصْبِرُ عَلَيْه ، فَرَجَع ، وَقَال : أَشْرَبُ الْخَمْرَ سَنَّةً ، ثُمَّ أَرْجِعُ إِلَيْهِ ، فَلَمْ يَصِلْ إلَى مَنْزِلِهِ حَتّى سَقَطَ عَنِ الْبَعِيرِ ، فَانْكَسَرَت عُنُقُه ، فمَاتَ

Diriwayatkan bahwa ketika al-A’sya menuju Madinah untuk masuk Islam, beberapa temannya (kaum musyrik) mencegatnya di jalan seraya berkata; “Hendak kemana engkau?” al-A’sya memberitahu bahwa ia hendak mendatangi Muhammad. Mereka berkata: ”Jangan, sesungguhnya dia akan menyuruhmu shalat.” Al-A’sya menjawab: “Mengabdi kepada Rabb adalah suatu kewajiban” Mereka berkata: “Dia akan menyuruhmu untuk memberikan harta kepada orang-orang miskin.” Al-A’sya menjawab: “Berbuat kebajikan adalah kewajiban” Seorang dari mereka berkata: “Dia akan melarangmu berzina.” Al-A’sya menjawab: “Zina adalah perbuatan keji dan buruk menurut akal. Lagi pula aku sudah tua, tidak membutuhkan hal-hal semacam itu.” Kemudian ada yang berkata: “Dia akan melarangmu minum khamr.” Al-A’sya menjawab: “Kalau yang ini, aku tidak bisa berhenti.” Ia pun kembali seraya mengatakan: “Aku akan memuaskan diri dulu minum khamr selama setahun, kemudian baru aku mendatanginya.” Namun ia tak pernah sampai ke rumahnya, dia jatuh dari untanya hingga lehernya patah dan kemudian mati. (Tafsir al-Qurthubi: 3/440)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أما بعد

Banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Al-A’sya ini. Dua diantaranya yaitu:

1. Bahaya teman yang buruk

Beberapa jenis hewan ada yang dikenal dengan hewan berbisa, memiliki racun yang mematikan. Bahkan di antaranya dengan racun yang sangat berbahaya, bisa membuat manusia mati dalam beberapa menit saja.

Akan tetapi, jika kita memperhatikan ternyata manusia pun ada yang beracun, bahkan racunnya lebih berbahaya dari hewan-hewan berbisa yang ada di seluruh dunia. Kenapa tidak, karena jika hewan beracun itu akibat terburuk yang ditimbulkan hanya menyebabkan kematian, akan tetapi manusia beracun lebih dari itu, ia bisa membuat seorang kekal di dalam neraka untuk selama-lamanya. Manusia beracun itu adalah teman dan sahabat yang buruk.

Karenanya banyak penyesalan di akhirat nanti lantaran sahabat-sahabat yang buruk ini. Allah berfirman:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا ، يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا ، لَّقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولًا

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (QS. Al-Furqan: 27-29)

Al-A’sya, tokoh dari kisah kita kali ini adalah salah satu dari korban manusia-manusia beracun, maka hendaknya menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih selektif dan hati-hati dalam memilih sahabat dan teman dekat, karena hal itu akan menentukan keselamatan kita di dunia dan akhirat.

2. Bahaya sifat Taswif

Taswif yaitu sifat menunda-nunda dalam perkara kebaikan. Ia adalah sifat berbahaya, apalagi menunda-nunda dalam taubat. Taswif merupakan salah satu senjata ampuh yang digunakan oleh Iblis untuk menyesatkan manusia. Anas bin Malik, mengatakan:

التَّسْوِيفُ جُنْدٌ مِنْ جُنُودِ إِبْلِيسَ عَظِيمٌ ، طَالَمَا خَدَعَ بِهِ

At-Taswif (sikap menunda-nunda) adalah salah satu tentara Iblis yang besar, sering kali Iblis mengelabui manusia menggunakannya. (Qashru Al-Amal karya Ibnu Abid Dunya: 201

Dari kisah Al-A’sya ini kita bisa melihat bukti nyata bahwa Taswif mencelakakan manusia. Ajal telah mendahuluinya. Ia mati dalam keadaan kafir, padahal berencana akan masuk Islam pada tahun berikutnya.

Oleh karena itulah, kita mesti berhati-hati dengan makar Iblis yang satu ini. Jangan pernah menunda-nunda kebaikan apalagi taubat, karena kita tidak tahu kapan ajal akan datang. Khalid bin Ma’dan – seorang Tabi’in – pernah mengatakan:

إذَا فُتِحَ لِأَحَدِكُم بَابُ خيرٍ فَلْيُسْرِعْ إلَيْه ، لِأَنَّهُ لَا يَدْرِي مَتَى يُغْلَقُ عَنْهُ

Jika dibukakan kepada salah satu dari kalian sebuah pintu kebaikan maka hendaknya ia bersegera melakukannya, karena ia tidak tahu kapan pintu itu akan ditutup darinya. (Hilyah Al-Auliya’: 5/211)

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !