Berhala Itu Lemah Tapi Banyak Manusia Yang Menyembah

Kenyataannya, manusia yang tersesat menyembah berhala atau apa saja selain Allah, sangat banyak dan mayoritas dari zaman ke zaman. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika berlindung dari bahaya kesyirikan menyembah berhala beliau menyebutkan sebabnya:

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ ، رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia.” (QS. Ibrahim: 35-36)

Padahal Allah telah menjelaskan bahwa berhala-berhala tersebut adalah sesuatu yang sangat lemah, tidak pantas untuk dijadikan sesembahan. Di antaranya Allah berfirman:

أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ ، وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ

Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berha]a itu tidak dapat memberi pertolongan. (QS. Al-A’raf: 192-192)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Allah menerangkan kelemahan berhala-berhala ini dan bahwa mereka tidak layak untuk diibadahi dari empat sisi:

  1. Bahwa mereka tidak mampu menciptakan dan sesuatu yang tidak mampu menciptakan maka tidak berhak untuk diibadahi.
  2. Mereka diciptakan dari ketiadaan sehingga mereka membutuhkan kepada selain mereka selamanya.
  3. Mereka tidak mampu memberikan pertolongan kepada orang-orang yang meminta kepada mereka.
  4. Mereka tidak sanggup menolong diri mereka sendiri.” (Al-Qaulul Mufid: 1/285)

Meski demikian, tetap saja manusia banyak yang menjadikan berhala-berhala itu menjadi sesembahan mereka. Sehingga terlihatlah kebenaran firman Allah tentang watak dasar manusia itu, bahwa:

إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahzab: 72)

Oleh sebab itu, kebutuhan kita terhadap ilmu akidah adalah hal yang sangat penting. Wajib kita selalu belajar agar tidak terbawa arus banyaknya manusia yang tersesat menyembah berhala-berhala karena mereka tidak mau mengobati kebodohan mereka.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !