BUKAN BALAS BUDI (Art.Salayok49)

Selama ini kita menganggap bahwa menyambung silahturrahim itu adalah mengunjungi kerabat lantaran dia juga pernah berkunjung kepada kita. Atau menelponnya karena ia juga sering menelpon kita. Adapun kerabat yang tidak pernah berinteraksi dengan kita atau yang jahat, cerita mereka telah terkubur bersama kejahatan mereka itu pula.

Kita masih belum bisa melupakan prinsip, “Kebaikan dibalas kebaikan, keburukan dibalas keburukan yang serupa. Buat apa menghabiskan pulsa untuk bertanya tentang keadaannya sedang dia tidak butuh juga.”

Padahal hakikat menyambung silaturrahim yang sesungguhnya adalah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

 لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

“Bukanlah termasuk menyambung silaturrahim sekadar balas budi, akan tetapi seorang penyambung itu adalah yang apabila diputuskan hubungan rahimnya ia masih senantiasa menyambungnya.” (HR. Bukhari: 5645)

Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari’, bahwa ath-Thibi mengatakan:
“Maknanya tidaklah termasuk seorang penyambung (silaturrahim) yang sesungguhnya, tidak pula tergolong orang yang menyambungnya yaitu orang yang hanya membalas (kebaikan) saudaranya semisal perbuatannya. Akan tetapi yang dikatakan penyambung silaturrahim ialah yang berbuat kebaikan berlebih kepada saudaranya.”

Jadi, saat kerabat Anda memutus hubungan dengan Anda, berlaku buruk, disaat itulah Anda dituntut untuk menyambung hubungan yang terputus itu kembali. Itulah menyambung silaturrahim yang sesungguhnya.

Semoga bermanfaat
Zahir al-Minangkabawi

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !