BUKAN BEGITU TAPI BEGINI (Art.Salayok51)

Petunjuk siapa yang terbaik? Jalan siapa yang paling pantas kita ikuti? Tentu, kita sepakat jawabnya adalah pentunjuk dan jalannya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. 

Tapi ironisnya kenapa banyak pula dari kita ini (umat Islam) yang berpaling dari petunjuk beliau terkhusus dalam hal menasehati pemerintah.

Tidak sedikit yang mengaku muslim, tetapi dengan mudahnya membongkar aib penguasa dengan alasan amar makruf nahi mungkar. Di mimbar-mibar, media sosial, spanduk dan baliho adalah “tempat yang pas untuk menasehati penguasa,” kata mereka.

“Ini kan zaman kebebasan berpendapat. Rakyat boleh saja mengkritik, tidak ada larangan. Tidak khawatir lagi hilang malam. Demokrasi itu kan dari rakyat dan untuk rakyat juga. Jadi apa salahnya kita terang-terangan menyampaikan kritikan. Kalau tidak begitu nanti tidak ada kontrol dan pengawasan.”

Padahal petunjuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak begitu, akan tetapi malah sebaliknya. Beliau bersabda:

 مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِي سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِهِ عَلاَنِيَةً ، وَلَكِنْ يَأْخُذُ بِيَدِهِ فَيَخْلُوا بِهِ ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ ، وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ

“Barang siapa yang mau menasehati penguasa maka janganlah dengan terang-terangan. Akan tetapi, peganglah tangannya lalu menyepilah dengannya. Jika ia menerima maka itulah yang diharapkan, namun jika tidak maka dia (yang memberi nasehat) telah menyelesaikan tanggungannya.” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah: 2/521, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah: 2/273)

Oleh sebab itu, sebagai muslim mari kita kembali kepada kesepakatan kita di awal tadi. Kita sepakat bahwa petunjuk Rasulullah-lah yang pantas kita ikuti. Dengan demikian sekarang kita sepakat bahwa menasehati pemimpin jangan terang-terangan.

Mari berhenti menyebut aib pemerintah. Bukan untuk menjilat, bukan karena apa-apa, tetapi karena itu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya.

Semoga bermanfaat
Zahir al-Minangkabawi

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !