Covid-19 Mengingatkan Kita Untuk Segera Keluar Dari Kenyamanan Hidup – Khutbah Jum’at

Di tengah pademi Covid-19 yang melanda, marilah kita melihat hikmah dibalik semuanya. Berikut adalah teks khutbah Jum’at tentang salah satu hikmah musibah ini, dengan judul: Covid-19 Mengingatkan Kita Untuk Segera Keluar Dari Kenyamanan Hidup

KHUTBAH PERTAMA

الحَمْدُ لله يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ وَيَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ التَّوْحِيدِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَعَلَى آله وَصَحْبِهِ ، صَلَاةً تَامَّةً بَاقِيَةً إِلَى يَوْمِ المَزِيْدِ

أَيُّهَا المُسْلِمُونَ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فَإِنَّ التَّقْوَى خَيْرُ الزَّادِ فِي السَّيْرِ إِلَى الله تعَالى ، قال الله ﷻ: وَتَزَوَّدُواْ  فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ، أما بعد

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah…

Suatu hari, Sulaiman bin Abdul Malik – seorang khalifah Bani Umayyah yang shalih dan terkenal, khalifah yang menjabat sebelum Umar bin Abdul Aziz – datang ke kota Madinah lalu bermukim selama tiga hari disana.

Pada saat itulah ia meminta nasehat dari Imam Abu Hazim Salamah bin Dinar, seorang tabi’in. Sulaiman berkata: “Kenapa kami membenci kematian?” Maka Imam Abu Hazim menjawab:

لِأَنَّكُمْ عَمَّرْتُمْ دُنْيَاكُمْ وَخَرَّبْتُمْ آخِرَتَكُمْ ، فَأَنْتُمْ تَكْرَهُوْنَ أَنْ تَنْتَقِلُوْا مِنَ العُمْرَانِ إلى الخَرَابِ

“Karena Anda membangun dunia Anda namun merubuhkan akhirat Anda, sehingga tentu Anda tidak akan suka berpindah dari kemakmuran menuju kerubuhan.”

Mendengar itu, maka Sulaiman pun mengatakan: “Engkau benar wahai Abu Hazim… “ (Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin: 133)

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah…

Ini adalah kaidah penting dalam kehidupan dunia seorang muslim yaitu: “Jangan biarkan kita hidup dalam zona nyaman yang melalaikan.” Karena itu akan membuat kita takut terhadap kematian dan lupa akhirat. Jika terlanjur maka kita harus segera keluar dari kenyamanan hidup yang melalaikan ini dan mulai membangun akhirat.

Inilah konsep hidup orang-orang shalih yang dijamin masuk surga. Coba kita lihat Rasulullah ﷺ; rumah beliau sempit, makanan sehari-hari beliau seringkalinya hanyalah kurma dan air putih saja. Beliau tidak tidur di atas kasur yang empuk, tapi tidur di atas tikar yang kasar. Bahkan ketika ditawari oleh para sahabat untuk dibuatkan tikar yang agak halus beliau menolak, seraya mengatakan:

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا؟، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اِسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Apa peduliku pada dunia, tidaklah aku di dunia ini melainkan seperti seorang pengendara yang bernaung di bawah sebatang pohon kemudian ia akan pergi meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi: 2377, Shahih al Jami’: 5668)

Demikian pula dengan para sahabat; Abu Ubaidah, Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, dan sahabat yang lain, sengaja tidak memiliki perabotan rumah, untuk membuat diri mereka merasa tidak nyaman hidup di dunia. Bahkan ketika Abu Dzar ditanya: “Mana perabotanmu?!” Ia menjawab:

لَنَا بَيْتٌ هُنَاك (يعني الآخرة) نُرْسِل إلَيْه صَالِحَ مَتَاعِنَا

Kami memiliki rumah di sana (maksudnya akhirat). Kami mengirimkan perabotan kami yang baik ke sana.

Oleh sebab itu, ada saatnya kita sengaja buat hidup kita ini tidak nyaman, agar kita fokus membangun akhirat. Jangan bangun rumah yang justru membuat kita nyaman di dunia, tapi bangunlah rumah kita di surga, agar kita merasa tidak betah hidup di dunia dan merindukan akhirat. Kalau kita sampai hidup nyaman di dunia maka kita akan takut akan kematian, tidak akan rindu akhirat, sibuk terhadap dunia untuk mencari kenyamanan yang lebih, akhirnya membuat kita lupa pada kehidupan kita yang sebenarnya (akhirat).

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أما بعد

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah…

Musibah Covid-19 yang melanda, telah membuat kita merasa tidak nyaman. Kita yang harus hidup serba kesulitan; penghasilan terhenti, pekerjaan hilang, toko tempat kita mencari penghidupan harus ditutup, pembeli berkurang, omset turun, makan apa adanya, kontrakan, biaya sekolah, tagihan listrik, cicilan hutang, dll, menunggak. Kemana-mana susah, harus memakai masker, tidak boleh mudik. Harus berjauhan. Semuanya membuat kita tidak nyaman.

Maka marilah kita renungkan, bisa jadi ini semua adalah bentuk rahmat Allah kepada hamba-Nya yang beriman. Allah sengaja membuat hidup kita tidak nyaman agar kembali ingat dengan akhirat.

Karena memang salah satu bentuk kecintaan Allah pada hamba-Nya adalah dengan menimpakan musibah dan kesulitan, sehingga mereka tidak nyaman hidup di dunia yang akhirnya membuat mereka selalu bergantung dan berharap kepada Allah, rindu untuk segera menuju Allah, ingin cepat meninggal dunia agar mereka dapat keluar dari ujian. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik maka Allah timpakan musibah kepadanya.” (HR. Bukhari: 5645)

Dalam hadits yang lain, beliau ﷺ bersabda:

إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ

Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka.” (HR. Ibnu Majah: 4031)

Karenanya, manusia yang paling tidak nyaman hidupnya disebabkan banyaknya ujian dan musibah yang menimpa adalah para Nabi dan Rasul. Karena memang merekalah orang-orang yang paling dicintai Allah.

Sa’ad bin Abi Waqqash pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ: “Siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau ﷺ menjawab:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ

Manusia yang paling berat dan keras cobaannya adalah para nabi, kemudian  yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka (yakni di bawah Nabi).” (HR. Ibnu Majah: 4023)

Oleh sebab itu, mudah-mudahan dengan musibah Covid-19 ini, Allah bukakan mata kita untuk melihat dunia. Sehingga kita dapat menyadari bahwa negeri ini bukanlah negeri untuk hidup nyaman. Negeri ini penuh dengan kesulitan, kita harus keluar dari kenyamanan hidup yang melalaikan ini, sehingga kita segera bersiap untuk akhirat. Menambah ibadah untuk bekal menuju ke sana.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اللهم احْمِنَا مِنْ هَذَا البَلاَءِ ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا هَذَا الوَبَاءَ

اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالجُنُونِ وَالجُذَامِ، وَسَيْئِ الأَسْقَامِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين  وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

Baca juga Artikel:

Enam Nasihat Syaikh Shalih Al Ushaimi Dalam Menghadapi Wabah Corona – Khutbah Jum’at

Tiga Sebab Utama Merebaknya Virus Corona

Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi, Jum’at 27 Syawal 1441 H/ 19 Juni 2020M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !