Meminta Ilmu Bermanfaat, Rezeki Yang Baik & Amal Yang Diterima – Khutbah Jum’at

Tema khutbah kali ini membahas faidah dari hadits do’a meminta ilmu bermanfaat, rezeki yang baik & amal yang diterima.

KHUTBAH PERTAMA

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَيُّها المُسْلِمُونَ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فقد فاز المتقون قال الله: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah…..

Di kesempatan yang baik ini kita akan mencoba mentadabburi sebuah doa yang diajarkan oleh Rasulullah untuk senantiasa kita ucapakan setiap pagi setelah shalat subuh.

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ ا‏للَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Dari Ummu Salamah radliyallaahu anha, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam senantiasa ketika shalat subuh setelah salam mengucapkan; Ya Allah aku meminta kepadamu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima. (HR. Ibnu Majah: 925)

Ini adalah diantara do’a yang selalu diucapkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi. Sebelum kita memulai suatu hari, ada tiga hal yang kita minta kepada Allah:

Pertama : Ilmu yang bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang benar berasal dari Al-Quran dan Sunnah kemudian membuahkan amalan. Karena itulah tanda kebaikan Allah kepada seorang adalah ketika Allah berikan ilmu agama kepadanya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda :

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik niscaya Allah akan memahamkannya terhadap agamanya.” (HR. Bukhari: 17, Muslim: 1037)

Kata para ulama, makna tersirat dari hadits ini berarti ; Barang siapa yang tidak Allah inginkan menjadi baik maka Allah biarkan dia dalam kebodohan dan tidak paham akan agamanya. Na’udzubillah.

Kedua : Rezeki yang baik

Rezeki yang halal dan positif pengaruhnya kepada diri seorang. Bukan rezeki yang banyak, dikarenakan rezeki yang banyak dan lapang belum tentu baik untuk diri seseorang.

Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan, bahwa justru rezeki yang lapanglah yang sering kali membinasakan manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ

Demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti telah membinasakan mereka. (HR. Bukhari: 6425, Muslim: 2961)

Ada orang yang ketika dilapangkan rezekinya menjadi kebaikan bagi dirinya dan orang lain semisal Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Namun ada juga orang yang ketika dilapangkan rezekinya justru membinasakan dan tidak menjadi kebaikan bagi dirinya semisal Qarun.

Oleh karena itulah, kita meminta kepada Allah rezeki yang baik. Rezeki yang bisa membuahkan kebaikan dan manfaat untuk dunia dan akhirat kita. Kita berserah diri kepada Allah karena Allah-lah yang Maha Tahu mana yang terbaik untuk diri kita. Apakah dengan rezeki yang lapang atau dengan rezeki yang cukup, Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk diri kita.

Dari sinilah, jika kita merenungkan hadits ini maka akan melahirkan sifat Qana’ah dalam diri kita yaitu ridha dengan takdir dan pembagian dari Allah. Jika kita melihat bahwa rezeki yang kita terima tidak sebanyak dan selapang orang lain, maka kita harus meyakini bahwa itulah yang terbaik buat kita. Mungkin bisa jadi ketika kita dilapangkan rezekinya justru kita menjadi binasa.

Ketiga : Amal yang diterima

Tujuan hidup kita di dunia ini adalah untuk beramal ibadah, menjadi budaknya Allah. Ibadah yang kita lakukan harus benar. Dan amal ibadah dikatakan benar apabila memenuhi dua syarat, yaitu: Niat yang ikhlas dan tata cara yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah. Jika salah satu dari dua syarat ini tidak terpenuhi maka dipastikan amal tersebut tidak akan diterima oleh Allah.

Ada orang yang beramal ibadah tetapi tidak ikhlas untuk Allah, maka amalnya tidak akan diterima sekali pun tata cara ibadahnya telah mengikuti petunjuk nabi. Sebaliknya, ikhlas tapi tidak sesuai dengan tuntunan Nabi maka juga tidak akan diterima. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak.” (HR. Muslim: 1718)

Setelah ibadah kita benar, maka barulah kita berharap Allah menerima ibadah tersebut. Jika ibadah kita belum benar maka percuma kita meminta agar diterima karena memang Allah pasti tidak akan menerimanya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أما بعد

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

Ketiga hal yang diminta dalam hadits ini saling berkaitan dan berurutan. Dari sinilah kita bisa melihat betapa pentingnya ilmu agama, Rasulullah menjadikannya yang pertama karena memang dua hal berikutnya hanya bisa dicapai dengan ilmu agama. Mustahil seorang bisa mendapatkan rezeki yang baik jika dia tidak tahu hukum halal dan haram, mustahil amal seorang diterima jika dia tidak tahu syarat diterimanya ibadah. Karena, belajar ilmu agama adalah kunci dan sumber kebaikan.

Dan rezeki yang baik juga sebagai penentu amal ibadah. Seorang yang hidup dari rezeki yang tidak baik, tidak halal, maka dia akan kesulitan beramal ibadah. Karena itulah Allah subhanahu wata’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا

“Wahai para rasul, makanlah dari makan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih.” (QS. Al-Mu’minun: 51)

Di dalam ayat ini, Allah memerintahkan para rasul-Nya agar hanya memakan makanan yang baik kemudian memerintahkan untuk beramal shalih. Hal itu mengisyaratkan bahwa ada hubungan erat antara mengkonsumsi makanan yang baik, halal, dengan amal shalih. Maka jangan diharap jasad kita akan bergairah untuk melakukan amal-amal shalih bila ternyata jasad tersebut tumbuh dari makanan yang haram.

Dari hadits ini juga kita melihat bahwa amal ibadah adalah puncak tujuan hidup kita, kita belajar untuk beribadah, kita mencari rezeki yang baik, bekerja tujuannya untuk menunjang ibadah. Jangan lupa dengan tujuan ini.

Betapa agungnya do’a yang satu ini. Mudah-mudahan do’a ini bisa senantiasa kita ucapkan setiap pagi sehingga kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat, yang dengan ilmu bermanfaat itulah kita bisa mendapatkan rezeki yang baik dan amal yang diterima. Sehingga dengan hal itu kita selamat hidup di dunia dan akhirat.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

ا‏للَّهُمَّ إِنِّا أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

___________________________________________

Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !