TELAH BERBUAH (Art.Salayok66)

“Telah menjadi tradisi bagi seluruh negeri Islam, mengajar anak dari waktu masih kecil membaca al-qur’an dengan lidah yang fasih dan makhraj yang tepat, dengan tidak memandang bangsa. 

Itulah pula sebabnya maka salah satu usaha penting dari negeri-negeri yang menjajah dunia Islam, ialah menghalang-halang dan membelokkan perhatian ibu-bapa daripada mengajar anak-anaknya mengaji al-qur’an. 

Dikala negeri kita masih dijajah oleh Belanda, sudah mulai ada anak-anak yang diserahkan kepada sekolah Belanda yang tidak lagi diberi waktu buat belajar al-qur’an, sehingga setelah tanah air kita merdeka, sudah banyak orang yang tidak pandai lagi, walaupun hanya sekedar membaca syahadat di waktu kawin.” (Buya Hamka, Tafsir al-Azhar: 1/10)

Sekarang 72 tahun Indonesia merdeka, tapi masih banyak saja orang tua yang dijajah. Benih yang dulu disemai oleh penjajah, sekarang telah banyak yang berbuah. Anaknya dimasuk  bimbel sana-sini, semua ilmu dibekali, kecuali satu yaitu mengaji al-qur’an.

Entah karena apa, mungkin karena menganggap itu tidak penting atau mungkin juga mereka itu buah semaian penjajah. Sehingga meski raga mereka bebas tapi pola pikir dan cara pandang masih terjajah.

Sekolah-sekolah hari ini pun meski berstatus sekolah negeri namun tak banyak yang mengajarkan al-qur’an, dan kalau pun ada, ngak lama-lama paling 2X40 menit saja dalam satu pekannya.

Jangan-jangan ini juga buah dari benih yang disemai oleh penjajah itu pada masa dahulu. Karena mereka tahu, cara terbaik untuk menyesatkan umat Islam itu cukup dengan menjauhkan mereka dari kitab suci mereka.

Sebab, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama masih berpegang pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.”(Al-Muwaththa’:3338)

Kalau umat Islam sudah tidak berpegang lagi dengan keduanya itu, maka hanya tinggal menunggu waku.

Sekarang pertanyaannya; “Kita bagaimana? Apakah kita termasuk buah penjajah itu juga?” Mudah-mudahan tidak.(zhr)

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !