Persiapkan Dulu Jawabannya
Ahlussunnah menyakini bahwa manusia memiliki kehendak, namun kehendaknya itu berada di bawah kehendak Allah subhanahu wata’ala. Allah telah membentangkan jalan ketakwaan dan juga jalan kemaksiatan. Silahkan manusia memilih, ia mau menempuh jalan yang mana.
Kita bisa melakukan apa saja dalam hidup ini. Ingin taat atau bermaksiat itu adalah pilihan kita. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa semua yang kita perbuat akan ada pertanggungjawabannya. Semua akan ditanya oleh Allah subhanahu wata’ala. Allah berfirman:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra’: 36)
Orang yang cerdas tentu akan ingat selalu akan hal itu. Sehingga semua perbuatan dan tindak tanduknya terlebih dahulu ia pikirkan matang-matang. Sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Ibnu Daqiq al-‘Id rahimahullah, ia pernah mengatakan:
مَا تَكَلَّمْتُ بِكَلِمَةٍ, وَلَا فَعَلْتُ فِعْلًا, إِلَّا أَعْدَدْتُ لِذَلِكَ جَوَابًا بَيْنَ يَدَيْ اللهِ تَعَالى
“Tidaklah aku mengucapkan suatu kata dan tidaklah aku melakukan suatu perbuatan melainkan aku persiapkan untuk hal itu jawabannya untuk nanti dihadapan Allah ta’ala.” (Fathul Mughits: 1/167)
Oleh sebab itu, sebelum kita berucap dan berbuat hendaknya kita senantiasa menyadari bahwa ini semua akan ditanya nanti oleh Allah. Kenapa dan untuk apa kita melakukannya. Jangan sampai kita melakukan perbuatan namun kita tidak dapat menjawabnya. Barulah sesal tiba, namun sesal kemudian apalah gunanya.