RENCANA BAIK DAN IDEALISME

Banyak diantara kita yang mangkrak dalam melakukan kebaikan. Rencana demi rencana telah digulirkan. Namun, semua masih dalam angan-angan yang tidak tahu kapan akan menjadi nyata. Sebabnya apa? Salah satunya adalah kita terlalu memaksakan diri untuk menjadi seorang yang idealis.

Menginginkan segala sesuatunya baik dan sempurna adalah hal yang boleh-boleh saja dan bahkan dianjurkan. Akan tetapi, tentu hal itu harus dibarengi dengan kemampuan yang ada. Mulai melakukan kebaikan meski pun kecil, jauh lebih utama daripada rencana besar namun tak kunjung menjadi nyata.

Karenanya, syari’at kita menganjurkan untuk memilih pekerjaan yang kita mampu, kemudian memulai untuk merealisasikannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ! خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ

“Wahai sekalian manusia, ambillah pekerjaan sesuai dengan kemampuan kalian.” (HR. Bukhari: 5861, Muslim: 782)

Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang continue dan konsisten, meski hanya sedikit dan kecil. Buat apa besar tapi hanya satu kali, atau bahkan malah masih baru rencana saja semenjak sekian lama. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit.” (HR. Bukhari: 6464, Muslim: 783)

Kita bukan menafikan idealisme, hanya bagaimana kita dapat memulai langkah pertama dalam kebaikan yang telah kita niatkan, baru kemudian setelah itu melakukan perbaikan dan penyempurnaan hingga tercapai kesempurnaan. Karena dalam agama kita pun, disyariatkan apabila kita beramal harus ditekuni, diperbagusi, sehingga menghasilkan pekerjaan yang baik. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ

“Sesungguhnya Allah cinta jika salah seorang diantaramu melakukan suatu amalan, ia benar-benar menekuninya.” (HR. Thabarani dalam al-Ausath: 891, ash-Shahihah: 1113)

Oleh sebab itu, cintailah kebaikan dan jadilah kunci pembukanya dimana pun kita berada. Segera aplikasikan niatan baik kita meski harus dengan hal kecil tanpa menunggu semua lengkap tersedia. Jangan sampai idealisme justru menghambat rencana baik kita hingga akhirnya ia pun terkikis oleh perjalanan masa dan terkubur untuk selama-lamanya.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

4 Comments

    1. Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Salam kenal. Ahlan bapak Ikhsanudin. Barakallahu fiik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !