Syahid; Meninggal Karena Sakit Perut

Kita tentu berangan-angan meninggal dunia dalam keadaan syahid, karena keutamaannya yang demikian besar. Namun mungkin selama ini kita hanya mengira bahwa syahid hanyalah untuk orang-orang yang meninggal di medan perperangan di jalan Allah.

Jika kita membaca keterangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ternyata syahid itu bermakna luas. Ada syahid dunia dan akhirat, ada pula syahid akhirat saja. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pernah bersabda:

مَا تَعُدُّوْنَ الشَّهِيْدَ فِيْكُمْ؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ. قَالَ: إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيْلٌ. قَالُوْا: فَمَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ, وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ فيِ الطَّاعُوْنَ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَالْغَرِيْقُ شَهِيْدٌ

“Siapa yang terhitung syahid menurut anggapan kalian?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid.” Beliau menanggapi, “Kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit.” “Bila demikian, siapakah mereka yang dikatakan mati syahid, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Beliau menjawab, “Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit tha’un maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia syahid.” (HR. Muslim: 1915)

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara syahid di medan perang dan orang yang diikut sertakan dalam keutamaan mati syahid.

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Para ulama berkata, maksud dari mati syahid mereka yang tidak termasuk terbunuh di jalan Allah adalah bahwa nanti di akherat mereka akan mendapatkan pahala orang-orang yang mati syahid, adapun di dunia mereka tetap dimandikan, dishalati.” (Syarh Shahih Muslim: 13/93)

Oleh sebab itu, tatkala ada saudara dan keluarga kita yang meninggal karena sebab yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersebut, entah itu karena penyakit tha’un, tenggelam ataupun karena penyakit di perutnya maka berbahagialah serta berdoa moga-moga ia mendapat pahala syahid di sisi Allah subhanahu wata’ala.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !