SYAIKH AS-SA’DI – BELAS KASIH
Adakah rasa belas kasih di hati kita? Lihat tandanya. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-sa’di rahimahullah mengatakan:
وَعَلاَمَةُ الرَّحْمَةِ المَوْجُوْدَةِ فِيْ قَلْبِ العَبْدِ أنْ يَكُونَ مَحِّبًا لِوصُولِ الخَيْرِ لِكَافَّةِ الخَلْق عُمُومًا، وَلِلمُؤمِنِينَ خُصُوصًا، كَارَهًا حُصُولَ الشَرِّ وَالضَّرَرِ عَلَيهِمْ
“Tanda adanya belas kasih di hati seorang hamba, ia senang berbuat baik kepada semua makhluk, terutama kepada orang-orang mukmin, dia benci berbuat buruk dan menyakiti mereka.” (Bahjah Qulubil Abrar: 170) alih bahasa atsar: Muliani
____________________
Seperti satu tubuh, demikianlah perumpamaan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bagi sesama orang mukmin dalam hal kasih sayang dan kecintaan mereka. Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Permisalan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, kasih sayang, dan rasa simpati mereka seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuhnya merasa sakit maka semuanya akan turut terjaga semalaman dan merasa panas demam.” (HR. Bukhari: 5665, Muslim: 2586)
Seorang mukmin, ketika melihat saudaranya, ia melihat dengan padangan kasih sayang. Jika saudaranya terjerumus dalam maksiat ia bukan malah menjauhi serta berlaku kasar padanya. Akan tetapi, justru sebaliknya, ia dekati kemudian ia bantu agar saudaranya dapat kembali.
Ingat, bahwa kita ingin menjadi hamba terbaik. Menjadi orang shalih dan mushlih yaitu menjadi pribadi yang baik sekaligus memperbaiki. Tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Terlalu egois, jika kita hanya memikirkan diri sendiri kemudian tidak peduli. Hidup di dunia hanya sekali, jadikanlah ia lebih berarti.