SYARI’AT DAN KEDUDUKAN AQIDAH (Art.SalayangAkidah002)
Syari’at terbagi menjadi dua macam; I’tiqad dan ‘amaliyah.
I’tiqad atau aqidah adalah sesuatu yang tidak berkaitan dengan tata cara amalan. Aqidah, inilah yang kadang disebut dengan Ushul.
Sedangkan ‘amaliyah adalah yang berkaitan dengan tata cara sebuah amalan seperti tata cara shalat, puasa, menunaikan zakat, dst. Inilah yang kadang diistilahkan dengan furu’.
Aqidah yang benar adalah salah satu syarat diterimanya amalan (ibadah). Allah berfirman:
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.(QS. Al-Kahfi: 110)
Sebuah amal ibadah tidak akan diterima kecuali bebas dan lepas dari segala bentuk kesyirikan.
Oleh sebab itulah, perhatian utama dari dakwah para rasul adalah untuk membenahi aqidah dan membersihkan diri dari kesyirikan. Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36)
Setiap rasul akan menjadikan seruan pertama kepada kaumnya dengan ucapan:
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. (QS. al-A’raf: 59)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di Makkah dalam kurun 13 tahun, untuk apa? Untuk mendakwahkan tauhid dan membenahi aqidah manusia.
Namun, mirisnya betapa banyak diantara kita hari ini yang tidak mau tahu dengan aqidahnya. Padahal, bisa jadi amal ibadahnya dari sekian lama tidak diterima oleh Allah lantaran aqidah yang bermasalah.
Oleh sebab itu, sebelum terlambat, sebelum penyesalan itu datang maka segeralah benahi dan hiasi diri dengan aqidah yang benar dengan cara kembali belajar.