Upaya Membendung Kenakalan Remaja

Setelah orang tua mengetahui dan memahami kehidupan buah hatinya pada saat remaja serta fitnah yang meliputi mereka, tentu bila mereka dibiarkan, akan berbahaya bagi diri anak sendiri, orang tua serta keluarga. Bahaya ini bukan hanya petaka di dunia yang membuat sedih dan malu, bahkan bisa merusak agamanya sehingga menuju ke jurang neraka. Na’udzubillahi min dzalik.

Bagaimana agar anak kita selamat dari bahaya fitnah remaja dan tetap menjadi anak yang shalih dan shalihah? Orang tua tak perlu panik menghadapi kenakalan anaknya, karena setiap penyakit pasti ada obatnya. Tentu apabila kita mau berusaha untuk mencari obatnya.

Bekali remaja dengan ilmu syariat Islam

Maksudnya, orang tua harus membekali anak dengan pendidikan islami agar mereka mengerti akidah yang benar, beribadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, sehingga mampu membedakan muamalah atau pergaulan yang dibolehkan dan yang haram.

Apabila orang tua tidak mampu mendidik mereka karena sebuah udzur semisal keterbatasan ilmu, hendaknya anak disekolahkan yang tenaga pendidik serta materi pelajarannya benar-benar mewarnai anak menjadi anak yang shalih dan shalihah. Bukan hanya sekadar mondok atau sekolah. Karena tidak semua sekolah menjamin anak bertambah baik agama dan akhlaknya, bahkan terkadang anak menjadi rusak moralnya karena pendidik tidak mengenal akidah dan syariat yang benar. Ditambah lagi materi tidak mendukung keinginan kita untuk perbaikan anak.

Rasulullah telah menjelaskan kepada kita bahwa ilmu yang paling baik, berfaedah, dan yang tidak mengandung kesalahan ataupun bahaya adalah ilmu al-Qur’an dan Sunnah. Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Paling baiknya kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mau mengajarkannya.” (HR. Bukhari: 5027)

Tidaklah manusia, terutama remaja menjadi baik melainkan dengan mempelajari ilmu din (Islam) sebelum mempelajari urusan dunia. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah pahamkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa umat ini akan tegak di atas perintah Allah. Mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah.” (HR. Bukhari: 69)

Setelah ilmu, hendaknya anak diperintah untuk beribadah

Sering kita jumpai orang tua kurang memperhatikan ibadah anaknya, baik ibadah yang wajib maupun yang sunnah. Karena bila remaja ahli ibadah, tentu dia akan jauh dari maksiat, karena orang yang menyibukkan diri dengan ibadah, setan tidak mampu menggodanya. Sebaliknya, jika remaja tidak mau pergi ke masjid untuk shalat berjamaah misalnya, tidak mau menyibukkan dirinya dengan ibadah dan amal yang bermanfaat, niscaya waktu akan dikuasai oleh teman hidupnya, yaitu setan yang ada di tubuh mereka. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ . قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : وَإِيَّاىَ إِلاَّ أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِى عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِى إِلاَّ بِخَيْرٍ

Tidaklah salah satu di antara kalian melainkan ditemani oleh ‘qorin’ dari golongan jin.” Sahabat bertanya, “Demikian juga dengan dirimu, Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya. Tetapi Allah menolongku hingga aku selamat (setan tidak mampu menggodaku).” (HR. Muslim: 8/139)

Allah Azza wajalla juga telah mengabarkan kepada kita bahwa setan tidak akan mampu menggoda hamba yang ikhlas beribadah karena Allah. (Lihat QS. al-Hijr: 40)

Maka orang tua harus memotivasi anaknya untuk mengerjakan shalat dan ibadah lainnya, bila perlu menemaninya, agar anak tidak tersibukkan dengan maksiat dan tergoda oleh nafsunya.

Pengawasan ketat setiap saat

Orang tua hendaknya mengawasi sikap anaknya selama di rumah dan ketika dia sedang berpergian. Apakah ketika anak di rumah dia berbuat sesuatu kemungkaran seperti berhubungan dengan lawan jenis via HP, sedang menulis sesuatu yang membahayakan atau sedang melihat gambar porno atau lainnya? Apakah anak malas shalat, malas bangun malam, malas membaca al-Qur’an? insyaaAllah apabila orang tua selalu mengawasi dan menegur sikap anaknya yang keliru, anak akan terjaga fitrahnya dan menjadi anak yang shalih dan shalihah dengan izin Allah, menjadi anak ahli ibadah, berbuat baik kepada kedua orang tua, bahkan mendoakan orang tuanya dan bermanfaat bagi umat. Rasulullah mengingatkan kita sebagai orang tua agar mengurusi dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada anak dan keluarga kita. Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

وَالرَّجُلُ فِى أَهْلِهِ رَاعٍ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

Dan setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Istri juga pemimpin terhadap keluarga di rumah suaminya, dan dia akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap mereka.” (HR. Bukhari: 6605)

Orang tua hendaknya lebih banyak mengawasi putrinya pada saat usia remaja, karena dia lemah akalnya, kurang agamanya, mudah terfitnah dan memfitnah. Fitnah yang menyebar pada zaman dulu sampai sekarang adalah fitnah wanita. Jika kita mampu mendidik putri kita dengan baik, maka kebahagiaan bukan hanya untuk anak tetapi untuk orang tua di dunia dan akhirat. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

مَنْ عَالَ ابْنَتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَ بَنَاتٍ أَوْ أُخْتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَ أَخَوَاتٍ حَتَّى يَمُتْنَ أَوْ يَمُوتَ عَنْهُنَّ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ وَأَشَارَ بِأُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

Barangsiapa yang mendidik dua putrinya atau tiga, atau dua saudarinya atau tiga, sehingga meninggal dunia semua, atau ia mati meninggalkan mereka, maka aku dan dia seperti dua ini, (di surga).” -Beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya.- (HR. Ahmad: 25/87, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 296)

Sebaliknya, jika orang tua mengabaikan pendidikan putra-putrinya, tak peduli kemana mereka pergi dan dari mana mereka pulang, dengan siapa mereka bergaul, maka kecelakaan dan musibah bukan hanya menimpa dirinya, tetapi anda sebagai orang tua dan kepada umat juga !!.

Jauhkan mereka dari teman yang berbahaya

Teman akrab terkadang baik agama dan akhlaknya, pun sebaliknya. Bukankah kita sering menjumpai anak asalnya baik lantas menjadi jelek karena kawan akrab yang rusak moralnya? Orang tua harus pandai mengawasi siapa teman akrabnya. Bila mungkin, orang tua mengarahkan dan memilih kawan anaknya yang layak. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Orang itu mengikuti jejak teman akrabnya, hendaklah salah satu di antara kalian melihat siapa teman akrabnya.” (HR. Abu Dawud: 2/675)

Karena pentingnya pengaruh kawan ini, para ulama seperti al-Hasan al-Bashri Rahimahullah berkata; “Janganlah kamu bergaul dengan ahli bid’ah, karena dia akan menyakitkan hatimu.” (Al-Itisham: 1/172)

Anak bukan hanya dijauhkan dari ahli bid’ah dan orang yang merusak Islam seperti aliran Jaringan Islam Liberal yang mengedepankan akalnya daripada al-Quran dan Sunnah, tetapi hendaknya dijauhkan juga dari orang yang mengumbar hawa nafsu dan syahwatnya. Karena selain penyakit fisik, penyakit manusia adalah penyakit syubhat atau kerancauan dan penyakit syahwat.

Jauhkan mereka dari pergaulan bebas

Pada usia muda tentu rangsangan anak kuat sekali dengan lawan jenisnya. Agar anak selamat dari bahaya syahwat yang haram, diupayakan tidak duduk di bangku sekolah yang bercampur pria dan wanita. Anak perempuan juga hendaknya tidak bepergian kecuali dengan mahramnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

Janganlah seorang lelaki bercampur dengan seorang wanita melainkan bersama mahramnya.” (HR. Bukhari: 4832)

Jika wanita ingin menunaikan ibadah haji saja harus didampingi oleh suami atau mahramnya, yang demikian itu agar selamat kehormatan fisik dan agama mereka, maka bagaimana dengan wanita yang keluar tanpa mahram bukan dalam keadaan beribadah?

Jika wanita keluar tanpa mahram dan berhias, setan akan menggodanya. Dan begitulah, banyak terjadi perbuatan keji karena keluarnya mereka tanpa mahram.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan kita akan bahaya wanita bila nampak di kalangan kaum pria;

Sesungguhnya wanita bila datang, dia datang dalam bentuk setan. Bila salah satu di antara kamu melihat wanita dan tertarik dengan kecantikannya, hendaknya segera mendatangi istrinya.” (HR. at-Tirmidzi, ash-Shahihah: 235)

Lalu, bagaimana dengan remaja kita yang belum menikah apabila terpesona dengan keindahan wanita yang berhias??

Jauhkan mereka dari perangkat yang berbahaya

Telah dijelaskan artikel yang lalu tentang bahaya dan manfaat handphone dan alat yang serupa bagi remaja, bahkan mereka yang sudah dewasa pun terkadang terkena fitnahnya. Maka orang tua yang beriman, yang menyayangi anaknya, hendaklah peduli dan mengontrol perangkat yang dimilikinya. Jika ternyata lebih banyak madharat (bahaya)-nya, orang tua bisa segera mengambil sikap tegas sebelum terjadi petaka. Karena orang tualah yang wajib pertama kali mengurusi dan meluruskan kesalahan anaknya.

Jauhkan anak dari lingkungan yang berbahaya

Lingkungan masyarakat tidak selamanya baik untuk diri dan anak kita. Anak yang masih kecil atau sudah dewasa hendaknya tidak bebas bergaul dengan tetangga dan lingkungan yang tak mendukung. Misalnya, lingkungan suka main judi, pergaulan bebas, suka minuman yang memabukkan, mencuri, anak tetangga suka keluar malam. Kondisi seperti ini tentu tidak mendukung anak untuk melakukan perbaikan akhlak dan ibadahnya. Karenanya orang tua harus waspada atas perilaku negatif anak tetangga. Jangan sampai mempengaruhi anak kita. Orang tua pun harus mengambil tindakan tegas kepada anak sebelum terjadi kerusakan pada mereka yang berusia remaja. Bila perlu dan memungkinkan kita berhijrah apabila masyarakat sekitar tidak mendukung pendidikan anak kita. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْمُهَاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Sesungguhnya orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 6711)

Semoga Allah menyelamatkan putra dan putri kita dari bahaya syubhat dan syahwat, sehingga menjadi anak yang shalih dan shalihah. Aamiin…

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc adalah mudir Ma'had Al-Furqon Al-Islami Srowo, Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Beliau juga merupakan penasihat sekaligus penulis di Majalah Al-Furqon dan Al-Mawaddah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !