Ushul Tsalatsah – Tauhid Rububiyah Melazimkan Uluhiyah

Pada bagian ini Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab akan memaparkan perihal kaitan Tauhid Rububiyah melazimkan Uluhiyah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan:

والرب هو المعبود، والدليل قوله تعالى : (يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ، الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ). قال ابن كثير رحمه اللّه : الخالق لهذه الأشياء هو المستحق للعبادة

Rabb adalah Ma’bud (yang diibadahi), dalilnya adalah firman-Nya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 21-22)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Khaliq (pencipta) segala sesuatu ini, Dia-lah yang berhak untuk diibadahi.

❀•◎•❀

Tiga Macam Tauhid

Para ulama menjelaskan bahwa tauhid itu ada tiga macam. Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin rahimahullah mengatakan, “Tauhid ada tiga macam, yaitu:

1. Tauhid rububiyah, yaitu mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengaturan. Allah berfirman:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

Allah menciptakan segala sesuatu. (QS. Az-Zumar: 62)

2. Tauhid uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah dengan tidak menjadikan apapun bersama Allah sesuatu yang ia ibadahi dan bertaqarub kepadanya sebagaimana ia beribadah dan bertaqarrub kepada Allah.

3. Tauhid asma’ wa shifat, yaitu mengesakan Allah dengan nama dan shifat yang Allah memberi nama dan menyifati diri-Nya dengannya, atau melalui lisan Rasul-Nya. Dan hal itu dengan menetapkan apa yang Allah tetapkan dan menafikan apa yang Ia nafikan tanpa tahrif, ta’thil, takyif, dan tamtsil.” (Syarh Tsalatah Al-Ushul: 40)

Ayat Panggilan Pertama

Para ulama menyebutkan bahwa ayat ini merupakan ayat pertama dari Al-Qur’an (jika diurut dari Al-Fatihah) yang menggunakan panggilan “Wahai sekalian manusia.. ” karena dalam pembukaan dan pengantar ayat ini Allah menyebutkan tentang tiga golongan manusia:

Pertama, orang-orang yang beriman kepada Al-Qur’an zahir dan batin merekalah orang-orang yang bertakwa yang disebutkan di QS. Al-Baqarah: 3-5

Kedua, orang-orang yang kafir kepada Al-Qur’an zahir dan batin merekalah yang disebutkan di QS. Al-Baqarah: 6-7

Ketiga, orang-orang yang beriman kepada Al-Qur’an secara zahir tapi mereka kafir secara batin merekalah orang-orang munafik, dan mereka lebih buruk daripada orang-orang kafir. Mereka yang disebutkan di QS. Al-Baqarah: 8-20

Lihata : I’anatul Mustafid: 2/212

Tauhid rububiyah melazimkan tauhid Uluhiyah

Dari ayat yang mulia ini (QS. Al-Baqarah: 21-22) kita bisa memahami bagaimana eratnya kaitan antara tauhid rububiyah dengan tauhid uluhiyah. Dengan kata lain tauhid Rububiyah melazimkan Uluhiyah Disini Allah menyebutkan beberapa dalil aqli yaitu
1. Penciptaan manusia
2. Menjadikan bumi sebagai hamparan
3. Langit sebagai atap
4. Menurunkan hujan
5. Mengeluarkan tumbuh-tumbuhan

Semua ini adalah dalil akal yang menunjukkan bahwa dzat yang melakukan semua ini seharusnya yang berhak untuk disembah. Oleh karena itu, Allah berfirman

فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Maka janganlah kamu membuat sekutu untuk Allah padahal kamu mengetahui (bahwa Allah adalah maha Esa). ” (QS. Al Baqarah: 22)

Lihat: Al-Qaulul Mufid: 2/208, I’anatul Mustafid: 2/216

Oleh karena itulah Imam Ibnu Katsir menegaskan bahwa Pencinta alam semesta, Dia-lah yang paling berhak untuk diibadahi. Artinya seseorang tidak cukup hanya mengakui Allah saja sebagai Pencipta alam semesta, tetapi hendaknya keyakinan dan pengakuannya bahwa Allah satu-satunya yang menciptakan alam semesta menjadikannya hanya beribadah kepada Allah saja.

Lihat Arsip Artikel Ushul Tsalatsah:

Arsip Pelajaran Kitab Ushul Tsalatsah

Selesai disusun di Jatimurni, Selasa 27 Dzulhijjah 1441H/ 17 Agustus 2020 M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !