Ketika Sang Buah Hati Lahir
Islam mengajari kita agar memulai pendidikan anak sejak lahir dan berharap kepada-Nya agar di masa mendatang mereka bisa menjadi anak yang shalih dan shalihah. Bukankah kita pernah mendengar sebuah hadits yang menerangkan bahwa anak yang baru lahir ke dunia asalnya adalah suci, tak ternodai kemaksiatan sedikit pun, lalu fitrahnya berubah menjadi rusak karena ulah orang tua atau salah dalam pendidikan? Rasulullah ﷺ mengingatkan kita sebagai orang tua dan pendidik:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
“Setiap anak yang dilahirkan ke dunia pasti dalam keadaan fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah kemudian yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti binatang ternak yang baru beranak, apakah kamu melihat ada cacat pada hidung dan telinganya?” (HR. al-Bukhori 5/321)
Bagaimana dengan diri kita? Apakah kita sudah menjaga amanat Allah yang mulia ini? Apakah kita sudah siap menjawab pertanyaan Allah kelak di kemudian hari tentang tanggung jawab kita kepada anak?
Ibnu Umar radhiyallahu anhu berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Ketahuilah, setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya.” (Shahih Muslim no. 3408)
Setan ingin berkawan dengan bayi yang baru lahir
Bukan hanya orang tua yang digoda oleh setan, bayi yang baru lahir pun digodanya dengan menyentuhnya sampai menangis dan menjerit. Akan tetapi orang tua pada umumnya tidak mengerti maksud dari jeritan anaknya itu. Kebanyakan orang tua hanya merasa gembira dengan kedatangan buah hatinya. Padahal, Rasulullah ﷺ yang amat belas kasihan kepada umatnya mengingatkan:
مَا مِن مَوْلُودٍ يُولَدُ إلا مَسَّه الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ، فَيَسْتَهِلّ صَارخًا مِنْ مَسِّهِ إيَّاهُ، إلا مَرْيَم َوابْنَهَا
“Tidak ada seorang bayi pun yang dilahirkan kecuali telah disentuh oleh setan sehingga ia menangis dan menjerit karena sentuhan tersebut, kecuali Maryam dan anaknya.” (Shahih Muslim no. 4363)
Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang tua ketika anaknya lahir agar tidak terus-menerus digoda oleh setan? Ada yang berpendapat, bahwa orang tua hendaknya pergi ke dukun atau paranormal untuk meminta perlindungan. Lalu dukun atau paranormal tersebut memberinya azimat untuk dikalungkan di leher anak agar selamat dari gangguan makhluk halus.
Perbuatan ini hukumnya haram karena termasuk kesyirikan. Bagaimana mungkin dukun mampu mengusir setan sementara ia sendiri temannya setan? Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya ruqyah (mantra yang dibacakan kepada orang yang terkena gangguan gaib) dan tama’im (azimat yang dikalungkan di leher untuk menolak gangguan gaib atau penyakit ain) dan tiwalah (pelet) adalah perbuatan syirik.” (Shahih Ibnu Majah 2/269 oleh al-Albani)
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa mendatangi dukun/ peramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu (lalu mempercayainya), maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.” (HR. Muslim, Bab Tahrimil kuhanah)
Pendapat yang lain, menolak setan dengan mengadzani bayi yang baru lahir di telinganya yang kanan dan mengiqomatinya di telinganya yang kiri. Pendapat ini memang berdasar pada hadits, tapi haditsnya lemah bahkan maudhu’ (palsu) karena terdapat perowi yang bernama Yahya bin al-Ala’ dan Marwan bin Salim, yang keduanya suka memalsukan hadits. (Silsilah al-Ahadits adh-Dho’ifah no. 321)
Lalu apa yang harus diperbuat oleh orang tua ketika bayi baru lahir? Jawab: Hendaknya kita memohon perlindungan kepada Allah agar anak kita dijaga dari godaan setan sebagaimana doa istri Imran ketika dikaruniai anak putri bernama Maryam:
إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Aku mohon perlindungan untuknya serta anak keturunannya kepada (pemeliharaan)-Mu dari setan yang terkutuk. (QS. Ali Imron: 36)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah mengabarkan bahwa Ibunya Maryam berdoa:
إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Yaitu dia meminta perlindungan kepada Allah agar anaknya yang bernama Maryam dan keturunannya, yaitu Nabi Isa, dijauhkan dari gangguan setan. Dan Allah mengabulkan doa-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir 2/34)
Bagaimana dengan ari-ari?
Ari-ari adalah pembungkus bayi pada saat dia masih di rahim ibu. Ketika bayi lahir, maka ari-ari juga ikut keluar. Lalu bagian yang terhubung ke pusar bayi dipotong, lalu ditanam di mana saja tempatnya.
Ari-ari ini tidak memiliki ‘hubungan’ dengan anak yang baru lahir. Ia seperti kotoran bayi yang bila sudah lepas maka tidak akan berpengaruh apapun kepada jasadnya.
Adapun kebiasaan yang menyebar di masyarakat bahwa ari-ari setelah keluar hendaknya dicuci lalu dimasukkan ke dalam periuk (maron, kendil: Jawa) kecil kemudian ditanam di kiri rumah apabila perempuan dan di kanan rumah apabila anak laki-laki, diberi kembang sesuai anjuran sang dukun bayi, diberi lampu minimal 40 hari, bila ingin anaknya pintar biasanya ditanami pulpen, ada juga yang ditanami jarum atau bawang merah, bila anaknya perempuan maka ari-ari ditanam agak dangkal agar anak cepat menikah, dan sebagainya. Semua ini adalah perbuatan syirik kejawen yang wajib kita jauhi dan kita tinggalkan. Allah berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْ ۗ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَىٰ رَبِّهِ ظَهِيرًا
Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat. Adalah orang-orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Rabbnya. (QS. al-Furqan [25]: 55)
Mentahnik Bayi
Apabila sang bayi lahir, hendaknya ia segera ditahnik. Tahnik adalah mengunyahkan kurma sampai lembut lalu dioleskan ke mulut bayi yang baru lahir. Tahnik adalah sunnah Rasulullah ﷺ.
A’isyah radhiyallahu anha berkata: “Asma binti Abu Bakr radhiyallahu anhu keluar pada waktu hijrah saat ia sedang mengandung Abdullah bin Zubair. Ketika sampai di Quba, ia melahirkan Abdullah. Setelah melahirkan ia keluar menemui Rasulullah agar beliau mentahnik bayinya. Rasulullah ﷺ lalu mengambil si bayi darinya dan meletakkannya di pangkuan beliau, kemudian beliau meminta kurma. A’isyah berkata: ‘Kami harus mencari sebentar sebelum mendapatkannya.’ Beliau mengunyah kurma itu lalu memberikannya ke mulut bayi sehingga yang pertama masuk ke perutnya adalah kunyahan Rasulullah ﷺ. Selanjutnya Asma berkata: ‘Kemudian Rasulullah ﷺ mengusap bayi, mendoakan dan memberinya nama Abdullah. Tatkala anak itu berumur tujuh atau delapan tahun, ia datang untuk berbai’at kepada Rasulullah ﷺ. Ayahnya, Zubair, yang memerintahkan demikian. Rasulullah ﷺ tersenyum saat melihat anak itu menghadap beliau. Kemudian ia membai’at beliau.” (Shahih Muslim no. 3998)
Orang yang mentahnik hendaknya berdoa agar keluarganya mendapatkan berkah. Insya Allah dengan kita mengawali pendidikan anak yang baru lahir dengan sunnah Nabi , maka mudah-mudahan di masa depannya anak akan mampu mengamalkan sunnah Rasulullah ﷺ juga. Ini tentunya apabila pendidikan anak tetap berlanjut dan dijaga dari hal yang merusak fitrahnya.
Demikianlah yang bisa kami sampaikan pada edisi ini. Semoga pada edisi berikutnya kami diberi kemudahan oleh Allah untuk membahas “Cara Mengatasi Bayi yang Sering Menangis.”
Ya Allah, hanya kepada-Mu kami memohon hidayah dan kebaikan anak dan keluarga kami.