Hati Yang Salim
Apa yang kita kumpulkan dan seringkali dibangga-banggakan tidak berguna lagi pada hari itu. Hari dimana kita berjumpa dengan Allah untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatan. Yang akan berbahagia hanyalah orang yang datang dengan hati yang salim. Allah berfirman:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ • إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيم ٍ
Di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang salim. (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)
Bagaimanakah hati yang salim itu? Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebut sebuah riwayat dari Abu ‘Utsman An-Naisaburi, bahwa beliau rahimahullah mengatakan:
هُوَ القَلْبُ الخَالِي مِنَ البِدْعَةِ المُطْمَئِنُّ عَلَى السُنَّةِ
“Hati yang salim itu adalah hati yang bersih dari kebid’ahan dan tenang di atas sunnah.” (Tafsir Ibn Katsir: 6/149)
Sunnah disini dalam artian istilah aqidah yaitu segala sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lawan dari bid’ah, bukan dalam artian istilah fikih.
Oleh sebab itu, jika kita ingin bahagia bertemu dengan Allah kelak maka tapakilah sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, istiqomah dan konsisten sampai ajal datang. Terus belajar agar kita tahu dan bisa membedakan antara sunnah dengan bid’ah.