
Kematian Adalah Guru Terbaik
Disebutkan oleh Muhammad bin Al-Mutawakkil rahimahullah, bahwa Umar bin Khaththab memiliki cincin yang bertuliskan:
كَفَى بِالمَوْتِ وَاعِظًا يَا عُمَرُ
Cukuplah kematian sebagai penasehat (mengingat) wahai Umar! (Tarikh Madinah Dimasyq: 44/260)
Mengapa perlu menjadikan kematian sebagai guru?
- Agama memerintahkannya.
Orang yang cerdas bukanlah orang yang memiliki gelar pendidikan yang tinggi, pengetahuan yang luas serta hafalan yang banyak. Akan tetapi orang cerdas adalah mereka yang selalu ingat akhirat, menjadikan kematian sebagai guru, serta banyak beramal shalih. Ketika Rasulullah ditanya tentang orang mukmin yang paling cerdas, beliau bersabda:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لَهُ اسْتِعْدَادًا
“Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi kematian.”
Oleh karena itulah, salah satu hikmah dianjurkannya ziarah kubur adalah untuk mengingat kematian dan mengambil pelajaran darinya. Nabi bersabda:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ، فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْآخِرَةَ
“Aku dahulu pernah melarang kalian dari ziarah kubur, maka sekarang ziarahilah kubur, karena ia mengingatkan kalian pada akhirat.” (HR. Tirmidzi: 1054)
- Sifat manusia yang pelupa
Manusia dan lupa adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dalam bahasa Arab, manusia disebut “Insaan” sedangkan lupa “Nisyaan”. Orang arab mengatakan, “Laa yusammal insaanu insaanan illaa li katsratin nisyaan” Artinya, manusia itu tidak dinamai manusia, melainkan karena sering lupa. Perhatikan firman Allah ﷻ berikut:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Sekarang pertanyaannya, ‘Kenapa hanya manusia dan jin saja yang disebutkan dalam ayat ini? Bukankah semua makhluk beribadah kepada Allah?!’ Jawabnya, karena dua makhluk inilah yang sering bermasalah; mudah lupa dan sering membangkang.
- Umur sangat singkat
Merenungkan perjalanan masa, hendaknya membuatkan kita semua, semakin mendekat kepada Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Hari berganti hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Anak-anak telah beranjak dewasa, para pemuda sudah mulai menua. Saat kita bercermin, tampaklah uban telah tumbuh di kepala. Badan mulai lemah, kulit mulai kering dan keriput, pandangan mata dan pendengaran telinga tidak seperti dulu lagi. Semua ini sebagai pertanda bahwa kita semakin mendekat pada kematian.
Kita tidak seperti umat-umat terdahulu yang diberikan jatah umur ratusan atau bahkan hingga ribuan tahun. Umur umat Nabi Muhammad sangatlah singkat, yaitu antara 60 hingga 70 tahun saja, sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wasallam:
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sedikit sekali yang lebih dari itu.” (HR. Ibnu Majah: 4236, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah: 757)
MANFAAT MENGINGAT KEMATIAN
Kematian adalah guru terbaik dalam kehidupan. Dari kematian kita bisa mengambil pelajaran yang sangat banyak. Secara umum manfaat mengingat kematian adalah membuat hati menjadi lembut dan mendorong kita untuk mempersiapkan bekal menyongsong kehidupan akhirat.
Imam Al-Muzani salah seorang murid dekat dan terkenal dari Imam Syafi’i. Beliau adalah seorang yang biasa memadikan jenazah, tujuannya adalah untuk melembutkan hati, beliau mengatakan:
تَعَانَيْتُ غُسْلَ المَوْتَى لِيَرِقَّ قَلْبِي فَصَارَ لِي عَادَةً
Aku memandikan jenazah untuk melunakkan hatiku lalu menjadilah hal itu sebagai kebiasaanku. (Thabaqat As-Subki: 2/94, Siyar A’lam An-Nubala’: 12/495)
Di antara manfaat mengingat kematian adalah:
- Bersegera dalam bertaubat
Ketika seorang memahami bahwa tidak ada manusia yang bersih dari dosa lalu ia ingat bahwa setiap orang akan mati dan kematian datang tanpa notifikasi, maka ia akan segera bertaubat. Sementara orang yang tidak ingat dengan kematian baru ingin bertaubat saat kematian telah datang di depan matanya. Allah berfirman:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ.
“Tidaklah diterima taubat bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan hingga ketika kematian datang kepada salah seorang dari mereka, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku bertaubat sekarang.'” (QS. An-Nisa’: 18)
- Bersemangat mengerjakan macam-macam kebaikan
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ.
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datangnya suatu hari yang tidak ada jual beli, tidak ada persahabatan, dan tidak ada syafaat.” (QS. Al-Baqarah: 254)
Nabi pernah bersabda agar kita bisa shalat dengan khusyu’:
صَلُّوا صَلَاةَ مُوَدِّعٍ
“Shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak berpisah (dengan dunia).”
Abu Musa Al-Asy’ary ketika bertambah usianya dan ia merasa ajal semakin mendekatinya maka ia pun bersungguh-sungguh untuk banyak beribadah sampai-sampai para sahabat dan orang-orang dekatnya merasa kasihan dan memintanya untuk tidak terlalu memaksakan diri, akan tetapi ia justru menjawab dengan sebuah ungkapan yang sangat dalam yang masih terkenang hingga hari ini, ia berkata:
إِنَّ الخَيْلَ إِذَا أُرْسِلَتْ فَقَارَبَتْ رَأْسَ مَجْرَاهَا ، أَخْرَجَتْ جَمِيْعَ مَا عِنْدَهُ ، وَالَّذِي بَقِيَ مِنْ أَجَلِي أَقَلَّ مِنْ ذَلِكَ
“Sesungguhnya seekor kuda pacu ketika dilepaskan dan akan mendekati garis akhir maka ia akan mengerahkan semua tenaga dan upaya yang ada padanya. Sedangkan yang tersisa dari ajalku lebih sedikit dari hal itu.”
Abu Musa pun terus seperti itu hingga ia meninggal dunia. (Tarikh Al-Islam: 145, Tarikh Dimasq: 534)
- Kisah Ali Banat
Anda mungkin belum pernah mendengar Ali Banat, seorang pemuda Muslim dari Sydney, Australia. Seorang anak muda yang dikenal sebagai pebisnis sukses dengan gaya hidup yang mewah. Dia adalah kolektor mobil, jam tangan, sepatu, topi, dan kacamata mahal. Namun, hidupnya berubah ketika dokter memberitahu bahwa ia menderita kanker pada 2015. Dokter menyebut hidup Ali kemungkinan tinggal tujuh bulan lagi. Maka ia pun segera memperbaiki dirinya dan menyumbangkan semua hartanya untuk kebaikan.
- Menghilangkan kesombongan
Semua orang sombong mati (Namrud, Fir’aun, Abu Jahal)
Kesombongan Fir’aun runtuh tatkala kematian telah berada didepan matanya. Karenanya, pada saat nyawanya telah sampai dikerongkongan ia pun beriman, namun waktunya telah terlambat. Allah berfirman:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Yunus: 90)
- Menghilangkan sifat tamak terhadap dunia
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَادِيَانِ وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوْبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki selembah emas, niscaya ia akan menginginkan lembah kedua. Tidak ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali tanah dan Allah menerima taubat orang yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari: 6436, Muslim: 1034)
- Berlaku adil dan menjauhi kezaliman
Dari Ma’qil bin Yasar al-Muzani radhiyallahu anhu, ia pernah mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin lalu ia mati (sedangkan pada) hari kematiannya dalam keadaan mengkhianati amanahnya itu, niscaya Allah mengharamkan surga bagiannya.” (HR. Muslim: 4834)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2409, Muslim: 1829)
Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ
“Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al Muthoffifin: 4).
Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu. Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا ، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ ، وَلاَ دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْه
“Barang siapa yang pernah menzhalimi saudaranya maka hendaklah ia segera meminta penghalalan (maaf) darinya. Sesungguhnya disana (pada hari pembalasan) tidak ada lagi dinar dan dirham. Sebelum nanti diambil pahalanya kemudian diberikan kepada saudaranya itu. Apabila ia tidak memiliki kebaikan lagi maka akan diambil kejelekan (dosa) saudaranya tadi lantas kemudian dipikulkan kepadanya.” (HR. Bukhari: 6534)
Rasulullah suatu ketika pernah bertanya kepada para sahabatnya:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” Para sahabat menjawab: ”Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak punya harta dan barang berharga.” Lantas Nabi bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah seorang yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa karena mencela orang, menuduh yang lain berzina, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang itu, memukul, maka akan diberikan pahalanya tadi kepada orang ini, diberikan pula pahalanya kepada orang itu. Apabila pahala kebaikannya habis sebelum selesai apa yang ada padanya (tanggungan ganti rugi) maka akan diambil dosa-dosa mereka (yang terzholimi) kemudian dipikulkan kepadanya lantas ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim 2581)