
3 Hikmah Syariat Qurban Berdasarkan Kisah Nabi Ibrahim -Khutbah Idul Adha 1446H
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللّهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا صَلَّى مَصْلٍّ وَكَبَّرَ وَاللّهُ أَكْبَرُ ، اللّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالحَمْدُ لله كَثِيرًا وَسُبْحَان الله بُكْرَة وَأَصِيْلا ، اللهم لَك الْحَمْدُ كُلُّهُ، وَلَك الْمُلْكُ كُلُّهُ، وَبِيَدِك الْخَيْرُ كُلُّهُ، وَإِلَيْك يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ، عَلَانِيَتُهُ وَسِرُّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أنت الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِينُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ؛ رَبٌّ رَحِيمٌ عَفُوٌّ كَرِيمٌ، يَغْفِرُ الذُّنُوبَ، وَيَسْتُرُ الْعُيُوبَ. يُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيُضَاعِفُ الْحَسَنَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ؛ النَّبِيُّ الْأَمِينُ، وَالنَّاصِحُ الْمُبِينُ. رَحْمَةٌ لِلْعَالَمِينَ، وَحُجَّةٌ عَلَى الْخَلْقِ أَجْمَعِينَ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jama’ah kaum muslimin dan muslimat, sidang ‘id rahimakumullah…..
Di hari Id yang penuh dengan kebahagian ini, saat mentari pagi terbit diiringi lantunan takbir di seluruh penjuru negeri, tidak ada wasiat yang lebih utama, daripada wasiat takwa. Marilah kembali kita berusaha, meningkatkan kualitas iman dan takwa, dengan mengerjakan perintah-perintah Allah ta’ala dan meninggalkan semua larangan-Nya. Karena takwa inilah yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Jama’ah kaum muslimin dan muslimat, sidang ‘id rahimakumullah…..
Rangkaian ibadah Haji dan Qurban, tidak akan pernah terpisahkan dari sejarah kehidupan keluarga Nabi Ibrahim alaihissalam. Keluarga yang menjadi teladan bagi setiap orang yang beriman. Perjalanan hidup mereka, bukan sekadar nostalgia kisah belaka, akan tetapi goresan sejarah yang bertabur mutiara. Siapa saja, yang membaca dan merenunginya, akan memahami arti pengorbanan yang sesungguhnya. Dan dia akan melihat dengan nyata, betapa manisnya buah itu semua.
Perintah qurban berakar kuat pada kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang diuji oleh Allah dengan perintah penyembelihan. Kisah tersebut menjadi simbol ketaatan dan keikhlasan, serta menjadi dasar pelaksanaan ibadah qurban yang dilakukan hingga saat ini. Allah berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka ketika anak itu (Ismail) sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimana pendapatmu?’ Ia menjawab: ‘Wahai ayahku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (QS. As-Shaffat: 102)
Tatkala tampak dari keduanya sikap ketundukkan dan kepatuhan mengerjakan perintah. Ismail telah dibaringkan lalu Ibrahim mulai mengayunkan pisau tajam untuk memulai penyembelihan maka pada saat itulah Allah ganti dengan seekor hewan sembelihan. Allah berfirman:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-Shaffat: 107)
Peristiwa ini bertabur dengan hikmah yang sangat banyak, diantaranya ada 3 hikmah besar:
Pertama: Bukti Keikhlasan dan Kemurnian Cinta Kepada Allah
Coba tanyakanlah kepada saudara-saudara kita yang diuji dengan lama diberi keturunan, saat mereka mendapatkan anak, sebesar apakah kecintaan mereka pada anak itu?! Mungkin saja mereka menjawab: “Lebih besar dari dunia.” Apakah ia bersedia memberikan anak itu kepada pasangan lain yang tidak memiliki anak juga untuk diadobsi oleh mereka?! Berat
Maka inilah Nabi Ibrahim yang diuji dengan lama tidak memiliki anak. Berpuluh tahun beliau mengucapkan:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash-Shaffat: 100)
Disebutkan oleh para ulama, Nabi Ibrahim baru beroleh anak ketika beliau telah berusia tua. Imam Ibnu Katsir mengatakan:
وَوَلَدَتْهُ وَلِإِبْرَاهِيمَ مِنَ العُمُرِ سِتٌّ وَثَمَانُونَ سَنَةً
“Hajar melahirkan Isma’il sedangkan Ibrahim saat itu telah berumur 86 tahun.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah: 1/192)
Penantian yang sangat panjang. Tapi setelah anak itu hadir, beliau justru diuji. Beliau diuji bukan dengan memberikan anaknya ke orang lain untuk diadobsi akan tetapi dengan disuruh disembelih, bukan oleh orang lain tetapi harus dengan tangan beliau sendiri. Ujian yang sangat berat namun beliau melakukannya. Inilah bukti sempurnanya keikhlasan dan murninya cintanya kepada Allah ta’ala.
Karenanya, ibadah qurban bukan sekadar menyembelih hewan, melainkan refleksi dari ketaatan, keikhlasan, ketundukan dan kemurnian cinta kepada Allah. Allah tidak menginginkan daging dan darah dari hewan yang disembelih, melainkan keikhlasan dari hati orang yang berqurban. Sebagaimana firman-Nya:
لَن يَنَالَ ٱاللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَـٰكِن يَنَالُهُ ٱالتَّقْوَىٰ مِنكُمْ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)
Qurban menjadi warisan spiritual yang mengajarkan nilai totalitas dalam penghambaan sekaligus menjadi pengingat bahwa cinta kepada Allah harus melebihi segala bentuk cinta yang lainnya.
Jama’ah kaum muslimin dan muslimat, sidang ‘id rahimakumullah…..
Kedua: Simbol Ketundukkan dan Kepatuhan Terhadap Perintah
Qurban merupakan simbol kepatuhan dan ketundukan total kepada kehendak Ilahi, meskipun itu terasa berat dan menguji jiwa. Lihatlah bagaimana ketundukan dan kepatuhan dari Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Hajar, mengerjakan perintah tanpa protes sedikit pun.
Maka dalam konteks kekinian, ibadah kurban menjadi momentum untuk mengukur sejauh mana ketundukan kita kepada Allah. Apakah kita sanggup melepaskan apa yang kita cintai demi perintah-Nya? Kita hanya disuruh berkurban dari sebagain harta yang kita cintai tidak sampai seperti Nabi Ibrahim yang disuruh berkurban dengan anak yang merupakan harta yang paling ia cintai.
Ketundukan itu bukan hanya bersifat simbolik, melainkan harus nyata dalam tindakan. Menyembelih hewan kurban adalah simbol bahwa kita siap menyembelih ego, keangkuhan, dan rasa kepemilikan terhadap harta yang sejatinya adalah titipan Allah.
Imam Al-Ghazali menyebut bahwa penyembelihan qurban adalah simbol menyembelih nafsu duniawi dan ego pribadi demi ketundukan kepada Allah.
Ketiga: Bukti Berbaik Sangka kepada Allah
Memang, saat Ismail lahir, penantian panjang Nabi Ibrahim berakhir, namun tidak dengan ujiannya. Karena setelah itu Allah memerintahkannya untuk mengantarkan Ismail kecill dan ibunya, ke sebuah lembah tandus nan sangat jauh disana, tidak ada manusia, tidak ada tumbuhan bahkan tidak ada airnya.
Ujian yang sangat berat, tetapi Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar melaksanakannya dengan penuh ketundukan, kesabaran yang disertai dengan berbaik sangka kepada Allah, yakin selamanya bahwa Allah tidak akan mencelakakan dan menyia-nyiakan mereka.
Disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari, ketika saat telah sampai di lembah tersebut lalu nabi Ibrahim melangkah dengan gontai berat untuk kembali, meninggalkan Hajar bersama sibuah hati, dilembah kosong tak berpenghuni, tanpa ada perbekalan apa-apa, Hajar berkata:
يَا إِبْرَاهِيْمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الوَادِي الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ؟
“Wahai Ibrahim, apakah engkau akan pergi meninggalkan kami di lembah ini, tidak ada seorang manusia pun dan tidak ada perbekalan sedikit pun?”
Ucapan itu ia lontarkan berulang kali namun nabi Ibrahim tidak menoleh sedikitpun. Akhirnya Hajar berkata:
: آاللهُ الًّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَتْ: إِذَنْ لَا يُضَيِّعَنَا
Apakah Allah yang memerintahkanmu dengan hal ini? Ibrahim menjawab: Ya. Maka Hajar pun berkata: Jika demikian, pasti Allah tidak akan membiarkan kami terlantar. (HR. Bukhari: 3184)
Ketika sampai pada ujian puncaknya, menyembelih putra tercinta yang sudah beranjak remaja itu keluarga Ibrahim melakukannya dengan penuh ketaatan yang dibangun diatas prasangka baik kepada Allah. Bahkan anak remaja itu berkata dengan tenangnya:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai ayahanda tercinta, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; in syaa Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Lihatlah bagaimana kesempurnaan berbaik sangka kepada Allah ada pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Maka melalui ibadah qurban ini hendaknya kita menyadari bahwa ujian kehidupan yang Allah timpakan kepada kita apapun bentuknya selama kita berada diatas ketaatan kepada-Nya adalah cara Allah mencintai kita. Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ
“Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka.” (HR. Ibnu Majah: 4031, Tirmidzi: 2/64, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah: 1/227)
Buah manis
Perjalanan hidup Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah ukiran sejarah yang penuh pelajaran berharga. Keikhlasan, kesabaran, kepatuhan, husnuzhan kepada Allah yang akhirnya berbuah manis. Dan keluarga Ibrahim menjadi potret dari itu semua. Lihatlah perjalanan mereka berakhir dengan bahagia dan mulia.
Ibrahim Allah angkat menjadi Khalil-Nya. Kisah keluarganya Allah abadikan dalam Al-Qur’an serta syariat qurban dan haji. Anak keturunan mereka menjadi para Nabi. Lembah kosong yang tak berpenghuni, tidak memiliki apa-apa, sekarang menjadi kota paling mulia yang takkan pernah sepi selamanya, akan selalu dipenuhi dengan makanan serta buah-buahan. Ka’bah menjadi bangunan yang akan senantiasa dirindukan. Syariat Sa’i antara Shafa dan Marwa akan menjadi pengingat bagaimana Hajar mondar mandir berulang kali untuk mencari air. Zam-zam menjadi air paling berharga di dunia dan tidak akan pernah kering selamanya. Syariat kurban, akan mengenang kesabaran mereka menghadapi ujian kehidupan.
Keluarga Nabi Ibrahim akan selalu disebut dan dikenang, dido’akan dalam shalawat dan do’a keberkahan, yang dibaca setiap muslim dalam shalatnya ketika tasyahud dengan mengucapkan:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Ya Allah, berikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Dan berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia
Semoga Allah ta’ala, memberikan taufik-Nya kepada kita semua, untuk menjadi hamba-hamba yang dapat mengambil pelajaran dari syariat qurban. Meneguhkan kita dalam setiap langkah kehidupan.
Semoga kita dapat meneladani Nabi Ibrahim dan keluarganya, kita dapat menjadi pribadi yang tegar di atas keikhlasan, kemurnian cinta, tunduk, patuh dan senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Sehingga di dunia mendapat pertolongan, di akhirat dimasukkan ke dalam surga.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ ، اللهم اجعلنا من الصابرين اللهم اجعلنا من الحامدين اللهم اجعلنا من الشاكرين اللهم اجعلنا من الصالحين
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اللهم انصر إخواننا المسلمين المستضعفين في فلسطين وثبت أقدامهم واجعلهم من الصابرين وانصرهم على القوم الكافرين
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ، وَصَلَّى اللهُ وسلَّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Lihat:
Arsip Khutbah Maribaraja.Com
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom