Ayah Kita Adam, Ayah Mereka Kera

Diriwayatkan dari dua orang sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam yaitu Abu Hurairah dan Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu anhuma, keduanya menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

يَجْمَعُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى النَّاسَ فَيَقُومُ الْمُؤْمِنُونَ حَتَّى تُزْلَفَ لَهُمْ الْجَنَّةُ فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا أَبَانَا اسْتَفْتِحْ لَنَا الْجَنَّةَ فَيَقُولُ وَهَلْ أَخْرَجَكُمْ مِنْ الْجَنَّةِ إِلَّا خَطِيئَةُ أَبِيكُمْ آدَمَ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذَلِكَ اذْهَبُوا إِلَى ابْنِي إِبْرَاهِيمَ خَلِيلِ اللَّهِ

“Kelak di hari Akhir Allah Tabaraka wa Ta’ala akan mengumpulkan semua manusia. Lalu orang-orang mukmin (beriman) bangkit, dan surga telah didekatkan kepada mereka. Mereka mendatangi Nabi Adam seraya berkata, ‘Wahai ayah kami, mohonkanlah agar pintu surga segera dibukakan untuk kami.’ Adam menjawab, ‘(Aku tidak pantas memintakan hal ini untuk kalian), bukankah yang mengeluarkan kalian adalah karena kesalahan bapak kalian dari surga ini? Pergilah kalian dan mintalah kepada anakku Ibrahim Khalilullah.'” (HR. Muslim: 195)


Dari hadits ini terlihat jelas bahwa ayah (nenek moyang) kita adalah Nabi Adam ‘alaihissalam, bukan yang lainnya. Apabila ada orang yang mengatakan nenek moyang manusia adalah kera, atau ada orang yang mempercayai ucapan tersebut maka keduanya sama-sama tidak beriman. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam jelas mengatakan bahwa orang-orang beriman ayah mereka adalah Adam ‘alaihissalam.

Ucapan yang mengatakan bahwa asal usul manusia dari kera adalah ucapan orang Yahudi. Dan itu adalah satu dari jutaan kedustaan mereka. Karena memang kedustaan adalah darah daging mereka, sehingga terkenal semboyan mereka:

اِكْذِبْ وَاكْذِبْ حَتَّى يُصَدِّقَكَ النَّاسُ

Berdusta dan teruslah berdusta hingga manusia membenarkanmu. (Bahjah an-Nazhirin: 1/295)

Oleh sebab itu, sebagai seorang yang beriman kepada Allah, Al-Qur’an serta ucapan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam maka kita tidak boleh sedikit pun percaya dengan ucapan mereka itu. Biarlah kera itu menjadi nenek moyang dan ayah mereka, sedangkan kita akan tetap mengatakan seyakin-yakinnya bahwa nenek moyang atau ayah kita adalah Nabi Adam alaihis salam.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !