Syarhus Sunnah – #4 Muqaddimah Imam Al-Muzani

Imam Al-Muzani memulai kitab Syarhus Sunnah dengan menyebutkan beberapa hal penting

بِسمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحمَٰنِ ٱلرَّحِيم عَصَمَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِالتَّقْوَى وَوَفَّقْنَا وَإِيَّاكُمْ لِمُوَافَقَةِ الْهُدَى، أَمَّا بَعْدُ : فَإنَّكَ  -أَصْلَحَكَ اللهُ-  سَأَلْتَنِي أَنْ أُوَضِّحَ لَكَ مِنَ السُّنَّةِ أَمْرًا تُصَبِّرُ نَفْسَكَ عَلَى التَّمَسُّكِ بِهِ وَتَدْرَأُ بِهِ عَنْكَ شُبَهَ الْأَقَاوِيْلِ وَزَيْغَ مُحْدَثَاتِ الضَّالِّيْنَ ، وَقَدْ شَرَحْتُ لَكَ مِنْهَاجًا مُوَضِّحًا مُنِيْرًا لَمْ آلُ نَفْسِي وَإِيَّاكَ فِيهِ نُصْحًا

Bismillahirrahmanirrahim. Semoga Allah menjaga kami dan Anda sekalian dengan ketakwaan serta memberikan taufik kepada kami dan Anda sekalian untuk (berjalan) sesuai petunjuk. Amma ba’du:

Sesungguhnya Anda telah meminta kepadaku agar aku menjelaskan kepadamu perkara dari As-Sunnah yang dapat membuat jiwamu sabar dalam berpegang teguh dengannya dan dapat menghindarkanmu dari ucapan-ucapan yang mengandung syubhat (keraguan) serta penyimpangan yang diada-ada (bid’ah) oleh orang-orang sesat. Aku akan menjelaskan kepadamu manhaj (metode) yang menjelaskan serta menerangi, semoga menjadi nasehat untuku dan juga untukmu.

Pelajaran Berharga dan Penjelasan

Pertama: Anjuran memulai sebuah pekerjaan dengan basmalah.

Imam Al-Muzani memulai kitab Syarhus Sunnah ini dengan basmalah yaitu ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Jika diperhatikan, hampir semua ulama selain Imam Al Muzani rahimahullah pun memulai kitab mereka dengan basmalah. Hal ini setidaknya karena beberapa sebab, yaitu:

  1. Mencontoh Kitabullah
  2. Meneladani para nabi dan orang-orang shalih terdahulu
  3. Mencari keberkahan
  4. Isti’anah kepada Allah

Kedua: Pentingnya ketakwaan serta taufik Allah.

Takwa adalah sebab untuk menggapai taufik Allah agar dapat melihat kebenaran dan istiqamah di atasnya, sebagaimana Allah berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal: 29)

Furqan yaitu pembeda untuk mengetahui antara yang haq dengan yang batil

Takwa juga merupakan sebab untuk mengapai ilmu yang bermanfaat, sebagaima Allah berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarimu. (QS. Al-Baqarah: 282)

Bahkan, takwa adalah sebab dari semua kebaikan di dunia dan akhirat. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan:

مَنْ تَدَبَّرَ مَوَارِدَ التَّقْوَى فِي كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَفِي سُنَّةِ رَسُولِهِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ، عَلِمَ أَنَّهَا سَبَبُ كُلِّ خَيْرٍ فِي الدُنْيَا وَالآخِرَةِ

Barangsiapa yang mentadabburi dalil-dalil yang berkaitan dengan takwa di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulu-Nya Muhammad n maka dia akan mengetahui bahwa takwa adalah sebab semua kebaikan di dunia dan akhirat. (Disadur dari Binbaz.org.sa dengan judul At-Taqwa Sababu Kulli Khair)

Makna Takwa

Sebenarnya banyak sekali definisi takwa yang disampaikan oleh para ulama. Akan tetapi yang paling bagus dari semuanya adalah defenisi yang disampaikan oleh Thalq bin Habib seorang ulama Tabi’in, ia mengatakan:

إِذَا وَقَعَتِ الفِتْنَةُ فَأَطْفِئُوْهَا بِالتَّقْوَى . قَالُوْا: يَا أَبَا عَلِيٍّ: وَمَا التَّقْوَى؟ قَالَ: أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَرْجُوْ ثَوَابَ اللهِ ، وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَّةَ اللهِ عَلى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَخَافُ عِقَابَ اللهِ

Apabilah telah terjadi sebuah fitnah (huru hara pertumpahan darah) maka padamkanlah ia dengan ketakwaan. Orang-orang pun bertanya: Wahai Abu Ali, apakah makna dari ketakwaan itu? Ia menjawab: Engkau melaksanakan ketaatan kepada Allah diatas cahaya dari Allah dalam rangka menharapkan pahala Allah dan engkau meninggalkan kemaksiatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah dalam rangka takut terhadap adzab Allah.” (Siyar A’lam an-Nubala’: 8/175)

Defenisi takwa yang disampaikan oleh Thalq bin Habib disebut paling bagus karena tiga alasan:

  1. Mengandung makna takwa yang disampaikan oelh para ulama yang lain yaitu menjalankan perintah dan dan meninggalkan larangan
  2. Mengadung dua syarat diterimanya ibadah yaitu ikhlas dan mutaba’ah
  3. mengandung dua rukun ibadah yaitu harap dan takut.

Ketiga: Sunnah dan ilmu adalah sebab utama untuk dapat bersabar di atas agama yang benar, serta senjata untuk menolak syubhat dan kesesatan.

Ketika Rasulullah meyampaikan wasiat perpisahan tentang berita akan terjadinya perselisihan yang sangat banyak sepeninggal beliau, maka beliau pun memberikan solusinya yaitu perpegang dengan Sunnahnya dan Sunnah para sahabat. Rasulullah bersabda:

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemimpin) sekalipun ia seorang budak Habsyi. Sebab, barang siapa yang hidup setelahku (berumur panjang) niscaya akan melihat (mendapati) perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan juga sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah dengan geraham dan hati-hatilah dengan perkara yang baru. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud: 4609 Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah no. 42)

Selama kita berpegang teguh dengan syariat Islam, maka kita tidak akan tersesat. Rasulullah bersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama masih berpegang pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik dalam Muaththa’ no. 3338)

Maka dari sini, kita bisa mengetahui bahwa untuk dapat bersabar diatas kebenaran dan dapat menolak syubhat serta kesesatan yaitu dengan:

  1. Berpegang kepada ajaran Al-Qur’an
  2. Berpegang kepada Sunnah
  3. Memahami keduanya berdasarkan pemahaman para sahabat

Tiga hal inilah yang disebut dengan ilmu yang sesungguhnya. Imam Ibnul Qayyim (w.751H) rahimahullah mengatakan dalam kitab Al-Kafiyah Asy-Syafiyah:

العِلْمُ قَالَ اللهُ قَالَ رَسُولُهُ  –  قَالَ الصَّحَابَةُ هُمْ أُولُو العِرْفَانِ

مَا العِلْمُ نَصَبَكَ لِلْخِلَافِ سَفَاهَةً  –  بَيْنَ الرَّسُوْلِ وَبَيْنَ رَأْيِ فُلَانِ

Ilmu itu adalah ucapan Allah (Al-Qur’an), ucapan Rasul-Nya (Hadits) dan ucapan para sahabat yang mereka adalah pemilik pengetahuan. Tidak disebut ilmu sesuatu yang menjadikanmu mempertentangkan secara kurang ajar antara Rasul dan pendapat si-fulan. (Syarh Al-Ushul Ats-Tsalatsah Al-Fauzan: 17)

Ketika seorang memiliki ilmu agama dan berada di atas sunnah Rasulullah n maka dia bisa melihat dan membedakan antara yang haq denga batil.

 

Karena itulah Rasulullah n mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah jalan tercepat menuju surga. Beliau n berdabda:

مَنْ سَلَكَ طَريقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim: 2699)

Para ulama yang membawa ilmu ini menjadi ujung tombak untuk menolak penyimpangan yang dilakukan oleh para pelaku kesesatan. Disebutkan dalam sebuah hadits:

يَحْمِلٌ هَذَا العِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيفَ الغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ المُبْطِلِينَ وَتَأْوِيلَ الجَاهِلِينَ

Ilmu ini dibawa oleh orang-orang yang adil (para Ulama’) pada setiap generasi. Mereka menghilangkan penyimpangan makna (Al-Qur’an dan hadits) yang dilakukan oleh para Ahlul Bid’ah, pengakuan dari para penolak (agama), dan penafsiran menyimpang dari orang-orang yang bodoh. (HR. Baihaqi, dishahihkan oleh Imam Ahmad dalam al-Ilal karya al-Khollal-Tadriibur Rowi: 1/303)

Dan karena inilah, makar Iblis yang pertama untuk umat manusia adalah menjauhkan mereka dari ilmu agama dan para ulama. Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan:

‏اِعْلَمْ أَنَّ أَوَّلَ تَلْبِيْسِ إِبْلِيْسَ عَلَى النَّاسِ صَدُّهُمْ عَنِ العِلْمِ ، لِأَنَّ العِلْمَ نُوْرٌ ؛ فَإِذَا أَطْفَأَ مَصَابِيْحَهُمْ خَبَطَهُمْ فِي الظَلَامِ كَيْفَ شَاءَ

“Ketahuilah, bahwa talbis Iblis yang pertama kepada umat manusia adalah menghalangi mereka dari ilmu agama. Karena ilmu itu adalah cahaya. Sehingga apabila ia telah dapat memadamkan lampu-lampu mereka maka ia akan dengan mudah membanting mereka ke dalam kegelapan sekehendaknya.” (Talbisu Iblis: 309, Cet. Darul Kutub Ilmiah, Beirut)

Keempat: Nasehat untuk diri sendiri kamudian orang lain, dan seutama-utamanya nasehat adalah mempelajari akidah yang benar.

Memberi nasehat adalah sifat seorang Muslim. Dari Jarir radhiyallahu anhu ia berkata:

بَايَعْتُ رَسُولَ اللهِ عَلىَ إِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

Aku berbaiat kepada Rasulullah untuk menegakkan sholat, menunaikan zakat, dan bersikap annashiihah kepada seluruh muslim. (HR. Bukhari: 2514 dan Muslim: 83).

Memulai dari diri sendiri kemudian orang lain adalah ajaran agama, karenanya Allah berfirman:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِیكُمۡ نَارࣰا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu. (QS. at-Tahrim: 6)

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu. (QS. Al-Maidah: 105)

Inilah Muqaddimah Imam Al-Muzani terhadap kitab Syarhus Sunnah.

Lihat arsip pembahasan kitab Syarhus Sunnah Imam Al-Muzani disini:

Syarhus Sunnah Imam Al-Muzani

Selesai disusun di Jatimurni Bekasi, Kamis 23 Dzulhijjah 1441 H/ 13 Agustus 2020M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !