TAHU TAK TAHU (Art.Salayok27)

Kita tentu pernah membaca komentar orang-orang kalau ada “sikut-sikutan” masalah agama di media sosial? Macam-macam. Tapi yang lucu itu begini:

“Memang sih saya bukan orang yang berilmu, saya masih awam dalam agama, tapi kalau dalam masalah ini……..” 

Kemudian dia dengan gampangnya memutuskan, menilai mana yang benar dan yang salah. Senjata utamanya akal, logika, dan perasaan. Mulutnya yang mengatakan ia tidak tahu dan tidak pantas berkomentar, mulutnya juga yang mengingkari.

Itulah kenyataannya, banyak orang yang sudah tahu sakit, tapi tak mau berobat. Sadar bahwa dia masih bodoh dalam agama tapi tidak mau belajar. Hobinya ya begitu, baca postingan lantas komentar, debat. Boro-boro bisa baca kitab Arab, baca Kitabullah saja kadang belum benar.

Kebodohan adalah penyakit. Tidak ada obatnya kecuali belajar, bertanya pada ahlinya. Allah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak tahu untuk bertanya:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui. (QS. Al-Anbiya’: 7)

Dalam sebuah hadits, dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, ia bercerita:

“Dalam suatu perjalanan, salah seorang dari kami tertimpa batu, melukai kepalanya. Kemudian orang itu mimpi basah lalu bertanya kepada teman-temanya; ‘Apakah boleh dalam kondisi seperti ini saya mendapat keringanan untuk bertayamum?’

Mereka menjawab, ‘Menurut kami, kamu tidak mendapatkan keringanan selama kamu mampu mendapatkan air.’ Kemudian orang itu mandi lalu mati.

Sampailah berita itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka beliau pun bersabda:

 قَتَلُوهُ قَتَلَهُمُ اللَّهُ أَلاَّ سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِىِّ السُّؤَالُ

‘Mereka telah mencelakakannya, semoga Allah mencelakakan mereka. Mengapa mereka tidak bertanya ketika mereka tidak tahu? Sesungguhnya obat dari kebodohan adalah bertanya….’” (HR. Abu Dawud: 336)

Jadi kalau kita punya penyakit, segeralah berobat. Dan memang obat kebodohan yang paling utama adalah rutin hadir di majelis-majelis ilmu, tidak hanya belajar dari postingan. Semoga Allah memberkahi orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu, lantas kemudian ia berusaha menghilangkan ketidaktahuannya itu, serta memilih diam ketika ia tahu bahwa dirinya tidak tahu dalam permasalahan itu.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !