Menangislah Karena Kematian Hati!
Saat kematian orang-orang tercinta; ayah, bunda, saudara, karib kerabat atau teman dekat adalah saat-saat berduka. Kehangatan mentari tak mampu mengatasi dinginnya hati. Meskipun bibir bisa tersenyum namun mata tak kuasa menahan. Air mata mengalir tanpa terasa, hati pilu, nafas berat karena isak tangis yang tak kunjung reda.
Selama masih dalam batasannya, tidak ada yang salah dari itu semua, karena memang kita adalah manusia biasa, biasa sedih dan bahagia. Namun yang harus direnungkan , mengapa kita menangis dengan kematian mereka tapi tidak untuk suatu yang lebih berharga?
Kita tidak menangis tatkala kematian hati kita, padahal kematian hati lebih pantas untuk ditangisi. Salah seorang diantara orang-orang shaleh terdahulu pernah mengatakan:
يَا عَجَبًا مِنَ النَّاسِ يَبْكُوْنَ عَلَى مَنْ مَاتَ جَسَدُهُ وَلاَ يَبْكُوْنَ عَلَى مَنْ مَاتَ قَلْبُهُ وَهُوَ أَشَدُّ
“Aduhai manusia, mereka menagisi orang yang mati jasadnya namun tidak menangisi orang yang mati hatinya, padahal itu lebih utama untuk ditangisi” [Tazkiyatun Nufus, Dr. Ahmad Farid, hal: 44].
Oleh sebab itu, tangisilah kematian hati kita sebagaimana tangisan kita saat kematian orang-orang tercinta.