AWAS! MANUSIA BERACUN
MENYUMBANG BANYAK SAHAM
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari kehadiran orang lain dalam hidupnya. Sejak lahir sampai meninggal dunia, banyak orang yang dijumpainya. Diantara mereka, ada yang menjadi bagian penting, dan ada juga yang segera terlupakan. Diantara orang yang menjadi bagian penting itu adalah sahabat.
Sahabat menyumbang banyak saham dalam pembentukan kepribadian seseorang. Bahkan, terkadang mengalahkan peran keluarga. Sahabat bisa menjadikan seorang berakhlak mulia, dan bisa juga sebaliknya. Karena besarnya pengaruh sahabat inilah, syariat Islam memberikan perhatian lebih.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ’alaihi wasallam memberikan permisalan yang sangat gamblang. Beliau bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ ، أَوْ ثَوْبَكَ ، أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Permisalan teman yang baik dan teman yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Engkau tidak akan rugi berteman dengan penjual minyak wangi. Sebab bisa jadi engkau membeli darinya atau paling tidak engkau mencium bau yang wangi. Sedangkan, seorang tukang besi, akan membakar tubuh atau pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium aroma yang busuk darinya.” (HR.Bukhari Muslim)
CERMAT MEMILIH
Berangkat dari sanalah, perlunya kecermatan dalam melilih sahabat. Tidak semua orang layak untuk dijadikan sahabat. Jangan sampai disebabkan seorang itu bisa membuat kita selalu tertawa, kemudian lantas kita menjadikannya seorang sahabat karib.
Sahabat tidak hanya seorang yang bisa diajak tertawa, akan tetapi yang juga bisa diajak menangis. Namun, sahabat model inilah yang sukar ditemukan. Dahulu, diantara nasehat orang tua kepada anaknya yaitu mencari sahabat yang bisa diajak menangis. Oleh sebab itu, ada nasehat: “teman gelak banyak, teman menangis susah dicari.”
MANUSIA BERACUN
Sebagian kalangan mengistilahkan sahabat yang jelek sebagai manusia beracun. Tampaknya, istilah ini cukup masuk akal. Sebab, sahabat yang jelek bisa menjadikan seorang celaka. Bahkan, kecelakaan yang ditimbulkannya, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan binatang-binatang beracun yang ada.
Racun ular kobra misalnya, paling banter hanya menyebabkan kematian. Namun racun dari sahabat yang buruk lebih dari itu, yaitu bisa menjadikan seorang kekal didalam neraka.
MEREKA JADI KORBAN
Berikut kita utarakan dua fakta dari orang-orang yang menjadi korban dari manusia beracun ini:
1. Abu Thalib, paman Rasulullah
Ketika Abu Thalib tengah sekarat, datanglah Rasulullah. Ternyata disisinya sudah hadir Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah. Kemudian Rasulullah berkata: “Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaha illallah! Satu kalimat yang menjadi pembelaanku terhadapmu di sisi Allah nanti” Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah segera menimpali: “Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muththalib?”
Rasulullah terus menawarkan hal itu kepadanya dan mengulang-ngulang ucapannya. Hingga, Abu Thalib mengatakan suatu yang menjadi akhir ucapannya bahwa dia berada diatas agama Abdul Muththalib, dan ia enggan mengucapkan Laa ilaha illallah.
Lantas, Rasulullah berkata: “Demi Allah, aku akan memintakan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang dari hal itu.” Lalu turunlah firman Allah:
مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِى قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tidak patut bagi seorang Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun mereka adalah kerabat dekat, setelah jelas bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam.” (QS.At-Taubah:113) dan Allah menurunkan ayat, berkaitan dengan Abu Thalib kepada Rasulullah:
إِنَّكَ لاَ تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya engkau tidak mampu memberi hidayah kepada orang yang kau cintai, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Dialah yang lebih tahu terhadap orang-orang yang mendapat hidayah.” (QS.Al-Qashash:56) (HR.Muslim)
2. A’sya Qais, penyair Jahiliyah
Namanya Maimun bin Qais, ia dijuluki Al-A’sya (si rabun senja) karena matanya yang rabun. Dia adalah salah satu penyair Jahiliyah papan atas, salah satu Ashhabul Mu’allaqat. (Lihat Tarajim Syu’ara Al-mausu’ah Asy-Syariah)
Imam Qurthubi menyebutkan kisahnya ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 219:
Ketika A’sya menuju Madinah untuk masuk Islam, beberapa temannya (kaum musyrik) mencegatnya di jalan seraya bertanya kepadanya; “Hendak kemana engkau?” A’sya memberitahu bahwa ia hendak mendatangi Muhammad. Mereka berkata: ”Jangan, sesungguhnya dia akan menyuruhmu shalat” A’sya menjawab: “Mengabdi kepada Rabb adalah suatu kewajiban” Mereka berkata: “Dia akan menyuruhmu untuk memberikan harta kepada orang-orang miskin” A’sya menjawab: “Berbuat kebajikan adalah kewajiban” Seorang dari mereka berkata: “Dia akan melarangmu berzina” A’sya menjawab: “Zina adalah perbuatan keji dan buruk menurut akal. Lagi pula aku sudah tua, tidak membutuhkan hal-hal semacam itu” Kemudian ada yang berkata: “Dia akan melarangmu minum khamr” A’sya menjawab: “Kalau yang ini, aku tidak bisa berhenti” Ia pun kembali seraya mengatakan: “Aku akan memuaskan diri dulu minum khamr selama setahun, kemudian baru aku mendatanginya.” Namun ia tak pernah sampai ke rumahnya, dia jatuh dari untanya hingga lehernya patah dan kemudian mati. (Disadur dari Akibat Salah Pergaulan hal: 47-48)
JANGAN SAMPAI JADI KORBAN JUGA
Itulah dua orang yang menjadi korban ganasnya racun sahabat yang buruk. Keduanya hanyalah contoh dari sekian banyak korban. Disana masih ada yang lain. Akibat yang mereka terima dari racun sahabat yang buruk tidak hanya kematian, tapi kekal di dalam neraka.
Oleh sebab itu, belajar dari kisah mereka adalah sebuah keniscayaan, agar kita tidak menjadi korban berikutnya. Meski zaman berganti, sahabat buruk selalu ada di kehidupan ini. Wallahul Muaffiq