Mengkader Anak Menuju Generasi Qur’ani

Walaupun anak masih kecil, selagi dia sudah bisa bicara, hendaknya dikenalkan bahwa al-Qur’an adalah Kalamullah (ucapannya Allah) yang diwahyukan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, melalui Malaikat Jibril Alaihissalam, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas. Membacanya dinilai sebagai ibadah. Membaca satu huruf senilai sepuluh pahala. al-Qur’an petunjuk hidup manusia dan menjadi syafaat besok pada hari kiamat bagi pembacanya.

Anak hendaknya dilatih membaca al-Qur’an

Membaca al-Qur’an hukumnya wajib bagi kaum muslimin, karena orang yang shalat wajib membaca surat al-Qur’an. Maka bapak dan ibu hendaknya bersemangat mengajari anaknya membaca al-Qur’an sejak dia mulai mampu berbicara.

Membaca al-Qur’an di samping hukumnya wajib, pembacanya akan mendapat pahala, walaupun belum terampil. Orang tua hendaknya memberi dorongan kepada anak agar senang membaca al-Qur’an. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Orang yang membaca al-Qur’an dengan fasih dan lancar akan dikelompokkan dengan Malaikat yang mulia. Orang yang membaca al-Qur’an tidak lancar dan terasa sangat berat baginya, maka ia akan mendapat dua pahala.” (HR. Muslim: 2/195)

Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma berkata, “Barangsiapa membaca al-Qur’an sebelum baligh, maka dia tergolong orang yang diberi hikmah pada masa kecilnya.” (Al-Maqashidul Hasanah: 660)

Al-Khatib al-Baghdadi menjelaskan tentang kehidupan para salafus shalih dan kesungguhan mereka dalam mendidik anak mereka yang belum baligh. Al-Hasan berkata, “Bawa kemari anak-anakmu yang masih kecil. Saya akan mengajarinya, karena mereka lebih bersih hatinya dan lebih cepat hafalannya tatkala mereka mendengarkan ilmu.” (Al-Jami’ li Akhlaqi ar-Rawi: 1/245)

Mulia dengan membaca dan mengamalkan al-Qur’an

Allah Subhanahu wata’ala mengangkat kebaikan hamba dengan membaca, memahami, serta mengamalkan al-Qur’an dan sunnah Rasulullah. Hal itu bisa kita buktikan dengan keadaan umat ini sebelum Rasulullah diutus dan sesudahnya yang menolak ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka berbuat kejahatan dan merusak kehidupan umat. Berbeda dengan orang muslim yang mau mengamalkan sunnah, karena mereka akan dimuliakan oleh Allah Azza wajalla, baik hidupnya di dunia maupun di akhirat. Anak kecil pun juga demikian. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan yang mengajarkannya.” (HR. Bukhari: 5027)

Ibnu Katsir berkata, “Tujuan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ini memberitahukan kita, bahwa sifat seorang muslim yang sempurna menjadi pengikut para Rasul, hidup mereka sempurna serta menjadi sebab kesempurnaan hidup orang lain, karena mereka belajar al-Qur’an dan mengajarkannya. Berbeda dengan orang kafir, mereka tidak bisa mengambil faedah dengan turunnya al-Qur’an sedikit pun.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/67)

Keutamaan anak kecil membaca al-Qur’an

Belajar membaca dan menghafalkan al-Qur’an saat masih muda lebih mudah dan melekat daripada saat sudah lanjut usia. Karena selain masa itu adalah masa pertumbuhan otak, anak kecil juga belum terganggu pikiran mereka oleh keinginan dunia dan beban lainnya. Berbeda ketika sudah lanjut usianya, tentu berkurang daya ingatnya, sebagaimana berkurang pula kekuatan fisiknya. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ فِي شَبِيبَتِهِ اخْتَلَطَ الْقُرْآنُ بِلَحْمِهِ وَدَمِهِ ، وَمَنْ تَعَلَّمَهُ فِي كِبَرِهِ فَهُوَ يَتَفَلَّتُ مِنْهُ فَلا يَتْرُكْهُ ، فَلَهُ أَجْرُهُ مَرَّتَيْنِ

“Barangsiapa belajar al-Qur’an saat muda, maka al-Qur’an akan mendarah daging dengannya. Dan barangsiapa mempelajarinya saat lanjut usia, akan mudah hilang hafalannya, maka hendaknya diulang-ulang. Dia pun mendapatkan dua pahala.” (HR. al-Baihaqi dalam as-Sunan ash-Shughra: 1/303)

Dilatih menulis al-Qur’an

Di antara nama al-Qur’an adalah “al-Kitab” yang berarti ditulis. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab dan ditulis kembali dengan bahasa Arab. Al-Qur’an sejak pertama kali turun telah ditulis oleh sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam.
Para ulama juga melarang al-Qur’an ditulis dengan selain huruf Arab, karena termasuk mukjizat al-Qur’an ialah tulisannya. Allah Ta’ala berfirman:

الۤرۚ تِلۡكَ ءَایَـٰتُ ٱلۡكِتَـٰبِ ٱلۡمُبِینِ ۝ إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ قُرۡءَ ٰ⁠ نًا عَرَبِیࣰّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ

Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (al-Qur’an) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (QS. Yūsuf: 1-2)

Anak hendaknya diajari menulis al-Qur’an dengan tulisan Arab, tidak dengan tulisan lain. Syaikh Hasan Hifzhi berkata, “Umar bin Khaththab Radhiallahu’anhu mengirim surat kepada Abu Musa al-Asy’ari. Di antara isi suratnya, “‘Amma ba’du: Pahamilah as-Sunnah, dan pahamilah bahasa Arab, fasihkanlah al-Qur’an itu, karena dia adalah bahasa Arab. (Syarah al-Ajrumiyah li Hasan Hifzhi: 1/2)

Hasan bin Ali Radhiallahu’anhum berkata kepada putra dan keponakannya, “Belajarlah (al-Qur’an dan Sunnah) selagi kamu masih kecil. Besok kamu akan menjadi tua. Barangsiapa yang belum bisa menghafal, maka tulislah ilmu itu dengan tanganmu.” (Al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah, al-Khathib al-Baghdadi: 29)

Atha bin Abi Rabah berkata kepada anak-anak kecil, “Tulislah ilmu itu! Siapa yang belum terampil menulis, kami yang akan menuliskan, siapa yang tidak punya buku tulis, kami akan membagikannya.” (Al-Hidayah al-Islamiyyah, Syaikh Muhammad Khidhr Husain: 228)

Adapun dalil bahwa kita wajib mengajari anak agar menulis al-Qur’an dengan bahasa Arab ialah sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam:

لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا إِلَّا الْقُرْآنَ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

“Janganlah kalian menulis sedikit pun dariku kecuali al-Qur`an. Barangsiapa yang menulis sesuatu dariku selain al-Qur`an, maka hapuslah.” (HR. ad-Darimi: 2/1, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami: 7434)

Dilatih menghafal al-Qur’an

Di antara nama al-Qur’an “adz-Dzikru” yang artinya peringatan. Maka al-Qur’an tidak cukup dibaca dan ditulis, tetapi juga harus dihafal, tentunya sesuai kemampuan masing-masing.

Walaupun anak belum sempurna bicaranya, hendaknya dia dilatih menghafal al-Qur’an, dimulai dengan surat yang pendek. Berapa banyak anak kecil ketika sendirian mulutnya membaca al-Qur’an bahkan menirukan imam ketika membaca surat dengan suara yang samar-samar. Berbeda dengan anak yang terbiasa mendengarkan nyanyian, di mana-mana dia menyanyi dan menari. Allahul Mustaan..

Al-Amasy berkata, “Saya pernah melihat Ismail bin Raja’ mendatangi anak kecil dengan membawa kitab, lalu membacakan hadits kepada mereka agar mereka tidak lupa.” (Kitabul ‘Iyal, Ibnu Abi ad-Dunya: 2/804)

Al-Bukhari berkata, “Saya diberi ilham (kemudahan) menghafalkan hadits. Waktu itu saya telah menghafal al-Qur’an. Lalu ada yang bertanya, Ketika itu, berumur berapa?” Beliau menjawab, Saya berumur sepuluh tahun.” (Manhaj Tarbiyatil Anbiya’ li ath-Thifli, hlm: 359)

Demikian juga Imam Syafii, telah hafal al-Qur’an pada umur tujuh tahun, dan menghafal kitab al-Muwaththa Imam Malik saat berumur sepuluh tahun.

Dilatih berbahasa Arab

Sekalipun anak masih kecil, hendaknya dilatih dan dikenalkan dengan bahasa Arab sesuai dengan kemampuannya. Karena dengan melatih berbahasa Arab, mereka akan mudah membaca al-Qur’an dan memahaminya ketika dewasa. Sahabat Umar Radhiallahu’anhu berkata, “Kalian wajib memahami agama Islam, wajib memahami bahasa Arab, dan wajib berbahasa Arab.” (Fadhailul Qur’an, al-Qasim bin Sallam: 2/186)

Al-Hasan al-Bashri ditanya tentang anak kecil yang belajar bahasa Arab. Beliau menjawab, “Pelajari bahasa Arab dengan baik, agar mereka memahami bahasa Nabinya, jangan sampai mereka dirusak oleh bahasa asing, agar mereka tidak salah memahami ayat al-Qur’an.” (Rabi’ul Abrar: 1/321)

Buatlah cemburu karena al-Qur’an

Orang tua hendaknya berusaha membuat cemburu pada anak agar berlomba membaca dan menghafal al-Qur’an. Karena dengan bertambahnya jumlah anak yang membaca al-Qur’an, akan bertambah pula kebaikan keluarga dan kebahagiaannya. Demikian juga sebaliknya. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Tidak diperbolehkan iri selain dalam dua hal; seseorang yang Allah beri (hafalan) al-Qur`an, lantas ia baca sepanjang malam dan siang, sehingga ada orang lain berkata, ‘Kalaulah aku diberi karunia seperti orang itu, niscaya kulakukan sebagaimana yang dia lakukan.’ Dan seseorang yang Allah beri harta, lalu ia belanjakan menurut haknya sehingga orang mengatakan, ‘Kalaulah aku diberi seperti yang dikaruniakan kepada dia, niscaya akan kulakukan sebagaimana yang dia lakukan.” (HR. Bukhari: 6691)

Doakan anak didik Anda

Al-Qur’an adalah ilmu yang paling mulia dan paling bermanfaat untuk umat. Pengajar al-Qur’an hendaknya mendoakan anak didiknya agar senantiasa dikaruniai oleh Allah Azza wajalla kelancaran membaca, memahami, serta mengamalkan isinya. Pendidik hendaknya bersikap lembut dan kasih sayang kepada anak-anak. Dalam riwayat Imam Ahmad, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mendoakan Ibnu Abbas yang masih kecil:

اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِى الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ

“Ya Allah pandaikanlah dia dalam agama dan berilah dia ilmu penjelasan (al-Qur’an).” (HR. Ahmad: 5/465)

Dilatih beradab saat membaca al-Qur’an

Walaupun anak belum baligh dan belum sempurna akalnya, hendaknya diajari adab membaca al-Qur’an, karena al-Qur’an adalah Kalamullah yang harus dimuliakan. Di antaranya, membaca dengan badan dan pakaian yang bersih, dengan suara yang indah, tidak berteriak, tidak meletakkan al-Qur’an di sembarang tempat, tidak diletakkan di bawah, tidak mengantongi al-Qur’an di saku belakang celana, tidak membiarkan al-Qur’an jatuh melainkan mengambilnya, memegangnya dengan tangan kanan, ta’awudz sebelum membaca, dan adab-adab yang lainnya. (Lihat QS. an-Nahl: 98)

Jika membaca dengan temannya, tidak boleh bergurau atau mengolok-olok ketika salah membaca, tetapi hendaknya dibetulkan, duduk tenang, dan memperhatikan. Para pengajar pun harus bersabar dan tekun mengajarkannya, tidak mencaci anak yang belum lancar bacaan dan hafalannya, karena al-Qur’an kalamullah, pembacanya meraih pahala sekalipun belum lancar. Semoga anak kita menjadi Generasi Qur’ani yang bermanfaat untuk dirinya dan umat.

 

Penulis: Ustadz Aunur Rofiq,  Lc 

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Generasi qur'ani
Ayo belanja kitab arab di maribaraja store
Belanja sambil beramal. Dengan belanja di maribaraja store maka anda akan ikut andil dalam kegiatan dakwah dan pendidikan islam. Karena keuntungan dari penjualan 100% akan digunakan untuk operasional dakwah dan pendidikan di Maribaraja.com

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc adalah mudir Ma'had Al-Furqon Al-Islami Srowo, Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Beliau juga merupakan penasihat sekaligus penulis di Majalah Al-Furqon dan Al-Mawaddah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !