Mencari Keberkahan Air Hujan – Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at kali ini tentang mencari keberkahan air hujan

KHUTBAH PERTAMA

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ  أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله قال الله : ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

Keberkahan adalah salah satu tujuan hidup seorang muslim. Kita ingin hidup kita dipenuhi oleh kebaikan yang banyak dan terus bertambah. Setiap waktu seorang muslim diperintahkan untuk mencari keberkahan, karenanya diantara doa yang yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ untuk diucapkan di setiap pagi dan petang hari:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمِ فَتْحَهُ وَنَصْرَهُ وَنُورَهُ وَبَرَكَتَهُ وَهُدَاهُ

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebaikan hari ini yang berupa; kemengangan, pertolongan, cahaya, keberkahan, dan petunjuk. [1]

Al Hasan bin Ali pernah berkata, “Rasulullah ﷺ mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang harus aku ucapkan dalam shalat Witir ketika berdoa, yaitu doa qunut:

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ

‘Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Sayangilah aku sebagaimana orang-orang yang Engkau sayangi. Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku.[2]

Bahkan ketika kita bimbang dan bingung untuk memilih atau menegerjakan suatu, disaat itulah kita disyariatkan untuk shalat Istikharah dan berdo’a. Dan salah satu do’a yang ada dalam do’a Istikharah itu adalah meminta keberkahan, yang berbunyi:

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ هَذَا الأَمْرَ خَيْرًا لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي وَبَارِكْ لِي فِيهِ

Ya Allah, jikalah Engkau tahu bahwa urusan ini baik bagiku untuk agamaku, duniaku dan kesudahan urusanku maka tetapkanlah untukku, mudahkanlah bagiku dan berikanlah keberkahan kepadaku dalam hal itu. [3]

Disini kita bisa melihat betapa besarnya perintah syariat agar kita bertabarruk (mencari keberkahan). Akan tetapi, bertabarruk itu terbagi menjadi dua, yaitu:

Pertama: Dianjurkan yaitu pada hal-hal yang memang ada dalilnya dari Allah dan Rasul-Nya bahwa hal-hal itu memiliki keberkahan dan kita diperintahkan mencari keberkahan dengan perantara hal tersebut.

Kedua: Dilarang yaitu pada hal-hal yang tidak ada dalil dan tidak ada anjurannya dari syariat seperti mencari keberkahan di kuburan, kuburan siapa pun, pohon besar, batu, dst.

Karena itulah, kita mesti belajar dan mencari tahu apa saja benda-benda yang boleh kita bertabarruk dengannya sehingga kita tidak terjatuh pada perbuatan yang dilarang agama.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أما بعد

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

Hari ini, kerap kali kita gusar dan tidak suka apabila hujan turun menyirami bumi. Tidak sedikit yang malah menggerutu karena beranggapan banyak aktivitas yang terganggu karena hujan yang turun lagi. Padahal, air hujan adalah keberkahan yang diturunkan oleh Allah sebagai rahmat bagi makhluk-Nya dan kita dianjurkan mencari keberkahan dengannya. Allah berfirman:

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam (QS. Qaaf : 9)

Karena itulah Rasulullah sangat gembira dengan turunnya hujan. Sehingga beliau mengambil berkah dengan air hujan. Anas bin Malik menceritakan:

أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى

Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah. Lalu beliau  menyingkap bajunya, dan menguyurkan badannya dengan hujan. Kami pun bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa Anda melakukan demikian? ” Beliau menjawab: “Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.”[4]

Demikian pula yang dilakukan oleh para sahabat. Mereka hujan-hujanan dalam rangka ngalap berkah. Di antaranya sahabat yang mulia Dzun Nurain Utsman bin Affan, disebutkan dari Bunanah:

أَنَّ عُثْمَانَ كَانَ يَتَمَطَّرُ فِي أَوَّلِ مَطْرَةٍ

Bahwa Utsman bin Affan  hujan-hujanan di awal turunnya hujan.[5]

Demikian juga dengan Ibnu Abbas dan Ali bin Abi Thalib. Dari Ibnu Abi Mulaikah:

أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ يَتَمَطَّرُ ، يُخْرِجُ ثِيَابَهُ حَتَّى يُخْرِجَ سَرْجَهُ فِي أَوَّلِ مَطْرَةٍ

Ibnu Abbas hujan-hujanan, beliau mengeluarkan pakaiannya, hingga pelananya di awal turunnya hujan.[6]

عَنْ عَلِيٍّ ، أَنَّهُ كَانَ إذَا رأى الْمَطَرَ خَلَعَ ثِيَابَهُ وَجَلَسَ ، وَيَقُولُ : حدِيثُ عَهْدٍ بِالْعَرْشِ

Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa apabila beliau melihat hujan, beliau melepas bajunya lalu duduk, sambil mengatakan, “Baru saja datang dari Arsy.”[7]

Oleh sebab itu, mulai hari ini ubahlah cara pandang kita pada air hujan. Hujan bukanlah sesuatu yang harus dibenci namun justru sesuatu yang patut selalu disyukuri karena ia adalah keberkahan yang diturunkan Allah ke bumi. Tidak ada salahnya justru kita sengaja berhujan-hujanan untuk mencari berkah dari hujan yang turun, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat dan orang-orang shalih terdahulu. bukan malah menggerutu tidak suka, yang akhirnya kita mendapatkan dosa.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

______________________________________

[1] HR. Abu Dawud: 5084

[2] HR. An-Nasa’i: 1745

[3] HR. Bukhari: 7390

[4] HR. Muslim: 898

[5] Al-Mushannaf: 26699

[6] Al-Mushannaf:26700

[7] Al-Mushannaf: 26702

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !