Muslim Harus Amanah Dan Komitmen

Seorang muslim apabila sudah terikat dengan sebuah akad atau perjanjian maka pantang baginya untuk mengkhianati. Karena dia tahu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

الْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ

“Orang-orang muslim itu terikat di atas syarat-syarat mereka.” (HR. Abu Dawud: 3594)

Jadi benar-benar amanah dan komitmen terhadap apa yang telah disepakati. Apa yang ia ucapan sama dengan apa yang ada dalam hatinya. Pada saat ada penawaran amanah, ia akan melihat kapasitas dirinya dahulu, apabila ia merasa tidak sanggup maka ia akan mengatakan tidak sanggup dan ditolaknya tawaran tersebut dengan lembut. Apabila ia sanggup maka ia terima lalu ia jalankan dengan penuh amanah.

Jadi jelas “iya” atau “tidaknya.” Bukan seperti sifat orang munafik. Sebenarnya ia tidak sanggup namun ia katakan sanggup, ia bilang siap mengemban amanah namun dalam perjalanannya ia sendiri yang mengkhianati, tidak ada tanggung jawabnya terhadap amanah yang ia terima. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

مِنْ عَلَامَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلَاثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Di antara tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila dia berbicara niscaya dia berdusta, apabila dia berjanji niscaya mengingkari, dan apabila dia dipercaya niscaya dia berkhianat.”(HR. Muslim: 59)

Benar-benar amanah dan komitmen, bahkan disaat dia yang dikhianati ia tidak mau balas mengkhianati. Ia tidak mau membalas tuba dengan tuba, karena ia tahu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

“Tunaikanlah amanat kepada orang yang memberi kepercayaan kepadamu dan janganlah engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Tirmidzi: 1264)

Oleh sebab itu, mari menjadi muslim atau muslimah yang sejati. Memiliki sikap amanah dan komitmen terhadap apa yang telah disepakati. Iya katakan iya, sanggup katakan sanggup, tidak katakan tidak, benar-benar jelas sehingga tidak seperti sifat orang-orang munafik.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !