Berani Mengakui Kesalahan

Gelar “Berani” tidak hanya untuk orang-orang yang memiliki hati yang mantap, teguh dan percaya diri dalam menghadapi bahaya, kesulitan dan hal-hal yang menakutkan. Berani tidak pula hanya bagi orang-orang yang tidak gentar berhadapan dengan musuh. Namun “Berani” juga gelar buat orang-orang yang mau mengakui kesalahan dan kembali pada kebenaran. 

Tidak semua orang berani mengakui kesalahan dirinya sendiri. Sulit untuk mengatakan; “Maaf, saya telah keliru,” di tengah kepungan gengsi dan alasan harga diri. Hanya orang-orang besarlah yang dapat melakukannya. Karena mengakui kesalahan membutuhkan nyali yang tidak kecil. 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah sosok pemberani dari semua sisi. Beliau berani menghadapi musuh, teguh hati dalam kondisi sulit dan menakutkan. Dan beliau juga sosok yang berani mengakui kesalahan. Dari Abu Rafi’ bin Khadij, ia berkata:

Nabi tiba di Madinah sementara mereka sedang menyerbukkan kurma, mereka menyebutnya mengawinkan kurma. Beliau bersabda, ‘Apa yang kalian lakukan?’ Mereka mengatakan, Kami telah terbiasa melakukannya.’ Beliau bersabda,’Barangkali kalau kalian tidak melakukannya akan lebih baik bagi kalian.’ Mereka pun berhenti melakukannya, namun buahnya malah berkurang. Maka mereka menceritakan hal itu kepada beliau. Beliau bersabda, ‘Aku hanyalah manusia. Jika aku memerintahkan sesuatu dari perkara agama kalian maka ambillah, dan jika aku memerintahkan kalian kepada sesuatu berdasarkan pendapatku (untuk urusan dunia), maka sesungguhnya aku hanya manusia biasa.” 

Dan di sebagian riwayat beliau mengatakan,

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأُمُورِ دُنْيَاكُمْ 

Kalian lebih mengerti urusan dunia kalian. (lihat Syarh Shahih Muslim, hadits: 2362, 2363)

Umar bin Khaththab juga sosok pemberani sejati. Diriwayatkan oleh Masruq, dia berkata, Umar bin al-Khaththab naik ke mimbar Rasulullah kemudian berpidato, “Wahai manusia, mengapa kalian menjadikan mahar perempuan mahal, padahal rata-rata mahar Rasulullah dan para sahabatnya adalah empat ratus dirham atau kurang dari itu? Seandainya memperbanyak hal itu mengandung nilai takwa atau kemuliaan di sisi Allah, kalian tidak akan mendahului mereka kepadanya. Maka, jangan sampai aku mengetahui ada laki-laki yang memberikan mahar perempuan lebih dari empat ratus dirham.” 

Kemudian Umar turun. Maka dia diprotes oleh seorang perempuan Quraisy seraya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, Anda melarang orang memberikan mahar lebih dari empat ratus dirham?” Umar menjawab, “Ya.” Perempuan itu pun berkata, “Tidakkah Anda mendengar Allah berfirman:

وَءَاتَيْتُمْ إِحْدَاهُنَّ قِنطَارً

sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak…? (An-Nisa’: 20).

Umar pun langsung beristighfar, “Ya Allah, ampunilah aku, semua orang lebih paham dari Umar.” Dia kembali dan naik ke mimbar sembari mengatakan, “Wahai sekalian manusia, aku telah melarang kalian dari memberikan mahar perempuan lebih dari empat ratus dirham, maka barangsiapa berkehendak memberikan dari hartanya apa yang dia suka (maka lakukanlah).” Tafsir Ibnu Katsir QS. An-Nisa’: 20

Dalam kehidupan ini, kita banyak berbuat salah, di banyak tempat dan kesempatan. Marilah kita berusaha menjadi pribadi besar dan sosok pemberani, mengakui kesalahan dan kembali pada kebenaran. Sikap ini tidak akan mencacati harga diri kita sama sekali, justru malah akan menambah kemuliaan dan semerbak wanginya.

Legenda Wisata Cibubur, Rabu 29 Muharram 1445 H/ 16 Agustus 2023 M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !