Jika Marah Maka Diamlah

Marah yang tidak terkendali adalah awal dari kecelakaan. Tatkala kita tak mampu menahannya dan kita biarkan setan leluasa mengompor-ngompori hati kita yang tengah labil untuk berbuat apa yang dia inginkan, maka tunggulah penyelasan di ujung jalan. Dahulu, seorang bijak pernah mengatakan:

الْغَضَبُ أَوَّلُهُ جُنُونٌ وَآخِرُه نَدَمٌ

Kemarahan itu awalnya adalah kegilaan sedangkan akhirnya adalah penyesalan.” (An-Nahju al-Masluk fi Siyasati al-Muluk : 123)

Tidak mudah memang untuk mengendalikan kemarahan itu. Maka karena tidak mudah itulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjanjikan surga bagi mereka yang mampu. Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:

 لا تَغْضَبْ وَ لَكَ الجَنَّة

“Jangan engkau marah maka bagimu surga.” (HR. Ath-Thabrani, Shahih al-Jami’: 7374)

Syari’at telah memberikan tuntunan dalam hal ini, agar ketika seorang itu marah ia dapat mengendalikannya. Salah satunya adalah jangan banyak bicara, tutup mulut dan diam seribu bahasa. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

“Kalau salah seorang di antara kalian marah, maka diamlah.” (HR. Ahmad: 1/329, Shahih Al-Jami’: 693)

Karena ucapan yang didasari dengan kemarahan hanya akan menambah runyam. Bola api yang tadi ada di dalam hati akan menggelinding kemana-mana dan membakar segala yang ia lewati. Pihak-pihak yang tidak tahu apa-apa pun akan terkena imbasnya, kalau pun tidak sampai terbakar minimalnya mereka terkena percikan apinya.

Oleh sebab itu, jika kita marah maka diamlah, tutup mulut rapat-rapat. Jangan biarkan kemarahan itu keluar dan membesar sehingga akhirnya pun akan menimbulkan penyesalan panjang.

Baca juga:

#muhasabah diri sendiri, selesai ditulis di rumah mertua tercinta, Jatimurni Bekasi, Rabu, 6 Nov 2019

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !