Ushul Tsalatsah – Mulai Dengan Mengucapkan Basmalah
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah memulai kitab Ushul Tsalatsah ini dengan basmalah yaitu ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Jika diperhatikan, hampir semua ulama memulai kitab mereka dengan basmalah. Hal ini setidaknya karena beberapa sebab, yaitu:
1. Mencontoh Kitabullah
Semua surat di dalam Al-Qur’an selain surat At-Taubah dimulai dengan basmalah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:
البداءة بالبسملة هي شأن جميع المؤلفين ؛ اقتداء بكتاب الله ؛ حيث أنزل البسملة في ابتداء كل سورة ، واستنادا إلى سنة الرسول
“Memulai dengan basmalah adalah kebiasaan semua penulis, dalam rangka iqtida’ (meneladani) Kitabullah, dimana basmalah terdapat pada setiap surat dan juga bersandar kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah: 1/37)
2. Meneladani para Nabi dan orang-orang shalih terdahulu.
Nabi Sulaiman alaihissalam merupakan salah satu Nabi yang memulai tulisan atau surat dengan ucapan basmalah. Hal ini sebagaimana firman Allah:
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Ia (Bilqis) berkata: “Wahai para pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya : “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. An-Naml: 29-30)
Demikian pula dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya yaitu surat beliau kepada Heraklius.
Dari Abu Sufyan bin Harb radhiyallahu anhu, ia menceritakan bahwa Heraklius (raja Ramawi) pernah mengutusnya kepada sekelompok orang orang Quraisy yaitu para pedagang di Syam, setelah itu para pedagang tersebut menemuinya -lalu perawi menyebutkan riawayat hadits, dia berkata; “Kemudian Heraklius meminta surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika dibaca ternyata di dalamnya tertulis:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ السَّلَامُ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ
“Bismillahirrahmanirrahim (dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang), dari Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya kepada Hiraklius raja Ramawi, salam kesejahteraan bagi yang mengikuti petunjuk, amma ba’du.” (QS. Bukhari: 6260)
3. Mencari keberkahan
Keberkahan adalah salah satu tujuan sebuah amalan. Oleh karena itu, memulai dengan basmalah adalah dalam rangka tabarruk (mencari keberkahan), sebab diantara hal yang dapat dijadikan wasilah dalam tabarruk adalah nama dan shifat Allah.
Bismillah adalah salah satu upaya untuk menggapai keberkahan. Jika sebuah tulisan atau perbuatan dimulai tanpa menyebut nama Allah maka dikhawatirkan akan kehilangan keberkahannya. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah mengatakan:
فالذين لا يبدءون مؤلفاتهم ورسائلهم بـ بسم الله الرحمن الرحيم ، هؤلاء تركوا السنة النبوية ، والاقتداء بكتاب الله ، وربما بسبب ذلك أن كتبهم هذه ورسائلهم ليس فيها بركة ، وليس فيها فائدة
“Orang-orang yang tidak memulai karya tulis dan risalah mereka dengan Bismillahirrahmanirrahim adalah orang-orang yang meninggalkan sunnah Nabi serta iqtida’ kepada Kitabullah. Dan bisa jadi dengan sebab ini, menjadikan buku-buku dan tulisan mereka tidak memiliki keberkahan dan tidak memiliki faedah. Karena buku atau risalah apabila tidak ada Bismillahirrahmanirrahim maka akan tercabut keberkahannya.” (Syarh Ushul Tslatsah: 7-8)
4. Isti’anah (Meminta Pertolongan) Allah
Huruf ba’ yang terdapat pada kalimat bismillah diyakini oleh Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai ba’ lil isti’anah yaitu huruf ba’ yang menunjukkan makna meminta tolong. Sehingga dengan mengucapkan bismillah maka pada dasarnya kita sedang meminta pertolongan kepada Allah atas apa yang hendak kita lakukan. Hal ini menyelisihi apa yang diyakini oleh kelompok menyimpang seperti Mu’tazilah dan yang semisal.
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad hafizhahullah mengatakan:
بدأ المؤلف هذه الرسالة بالبسملة مستعينا بالله على ما قصد من تأليف هذه الرسالة المباركة
“Penulis (Imam Al-Muzani) memulai tulisannya dengan basmalah dalam rangka ber-isti’anah (meminta pertolongan) kepada Allah atas apa yang telah ia maksudkan berupa menulis tulisan yang berbarakah ini.” (Ta’liqah ‘Ala Syarhi As-Sunnah Al-Muzani: 43)
Pentingnya Isti’anah Kepada Allah
Isti’anah adalah sebuah syariat yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Pentingnya kedudukan isti’anah hingga Allah pun mewajibkan untuk menyatakannya minimal tujuh belas kali dalam sehari semalam, dalam ucapan:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada Mu kami beristi’anah (meminta pertolongan).” (QS. Al Fatihah: 5)
Mengapa?? Karena manusia adalah makhluk lemah dan tak berdaya. Allah berfirman:
وَخُلِقَ الْإِنسَانُ ضَعِيفًا
Dan diciptakan manusia itu dalam keadaan lemah. (QS. An Nisa’: 28)
Oleh sebab itu disyari’atkan memperbanyak ucapan yang menunjukkan ketidakberdayaan kita itu kepada Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda kepada Abdullah bin Qais:
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ، قُلْ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوْزِ الجَنَّةِ
“Wahai Abdullah bin Qais, ucapkanlah laa haula wala quwwata illa billah (tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena ucapan itu adalah satu dari perbendaharaan surga.” (HR. Bukhari: 6384, Muslim: 2704)
Para ulama dan salafush shalih senantiasa memulai amalan dan pekerjaan mereka dengan isti’anah kepada Allah. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari pernah mengatakan:
اِسْتَخَرْتُ اللَّهَ وَسَأَلْتُهُ العَوْنَ عَلَى مَا نَوَيْتُ مِنْ تَصْنِيْفِ التَّفْسِيْرِ قَبْلَ أَنْ أَعْمَلَهُ ثَلَاثَ سِنِيْنَ، فَأَعَانَنِي
“Aku beristikharah dan meminta pertolongan kepada Allah terhadap apa yang telah aku niatkan yaitu menulis tafsir, tiga tahun sebelum aku mulai mengerjakannya dan Allah pun menolongku.” (Siyar a’lamin Nubala’: 14/274)
Begitulah para ulama, lihat bagaimana mereka beristikharah dan beristi’anah jauh sebelum memulai, sehingga tiada heran Allah pun memberikan pertolongan dan memberkahi waktu mereka. Al-Khatib pernah mengatakan:
سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ اللُّغَوِيّ يَحْكِيْ: أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جَرير مَكَثَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً يَكْتُبُ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا أَرْبَعِيْنَ وَرَقَةً
“Aku mendengar Ali bin Ubaidillah al Lughawi menceritakan: bahwasanya Muhammad ibn Jarir tinggal selama empat puluh tahun, ia menulis setiap hari sebanyak empat puluh halaman.” (Siyar a’lamin nubala’ : 14/272)
Empat puluh halaman, setiap hari dan selama empat puluh tahun? Subhanallah. Kalau bukan karena pertolongan Allah dan keberkahan waktu maka tidak akan mungkin.
Oleh sebab itu, inilah diantara sebab memulai dengan basmalah maka marilah kita memulai mengerjakan apapun dengan beristi’anah kepada Allah dengan membaca basmalah, niscaya akan mendapatkan berkah yang melimpah ruah.
Baca juga Artikel:
Mengenal Kitab Ushul Tsalatsah dan Urgensi Pembahasannya
Biografi Singkat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Selesai disusun di Maktabah Az-Zahiriy Jatimurni, Sabtu, 14 Syawwal 1441H/ 6 Juni 2020 M
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom
Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda di admin berikut KLIK
4 Comments