Kitabut Tauhid – Bab 23 : Keterangan Bahwa Ada Di Kalangan Umat Ini Yang Menyembah Berhala (4/5)
Hadits Pertama
عن أبي سعيد رضي الله عنه أنَّ رسُول الله ، قَالَ : لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَذَوَ الْقُذَّةِ ، بِالْقُذَّةِ حَتَى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُموه ، قالوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، الْيَهُودُ والنَّصارى؟ قال : فَمَن؟
Dari Abu Said radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, kamu akan mengikuti tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk ke liang dhab, niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasranikah ?” Beliau menjawab, “Lalu siapa lagi?” (HR. Bukhari: 3456, Muslim: 2669)
Makna Hadits
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan sebuah berita yang akan terjadi pada ummatnya. Bahwasanya akan ada di antara ummatnya yang melakukan apa yang dilakukan oleh Yahudi dan Nasrasi sampai pun dalam hal yang bodoh dan sangat asing. Tidak hanya dalam ibadah akan tetapi juga dalam akhlak dan muamalah.
Qudzdzah adalah bulu anak panah yang ada pada ujung pangkalnya sebagai penyeimbang.
Hadits ini meski merupakan berita, namun maknanya adalah larangan yang keras untuk umatnya agar jangan sampai seperti itu.
Munasabah Hadits
Hadits ini merupakan salah satu dalil bahwa akan ada di antara umat ini yang terjerumus pada kesyirikan sebagaimana yang terjadi ada umat Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana mereka menyembah berhala dan patung-patung maka di umat ini akan ada pula yang melakukan hal itu.
Faidah Hadits
1. Di antara umat Islam akan ada orang-orang yang mengikuti jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani, di antaranya: ibadah kepada kuburan dan orang-orang shalih, sifat ghuluw terhadap orang-orang shalih, membangun masjid di atas kuburan, riba, risywah, tebang pilih hukum, dst.
2. Seyogyanya seorang membaca sejarah tentang keadaan orang-orang terdahulu yang tersesat agar menjadi peringatan supaya tidak seperti mereka.
3. Semakin jauh masa seorang dengan masa nabi atau rasul maka ia semakin jauh dari kebenaran. Allah berfirman:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid: 16)
Sebagaimana terjadi pada umat teradulu maka hal itu akan terjadi pula pada umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ
”Tidaklah datang suatu zaman kepada kalian melainkan yang setelahnya lebih buruk darinya (sebelumnya).” (HR. Bukhari: 7068)