ITU SAJA (Art.Salayok79)

Harus kita sadari bahwa betapa banyak di antara kita pada hari ini yang biasa-biasa saja berbuat dosa. Dosa besar?? Entahlah. Dosa kecil lebih-lebih dan bahkan mungkin tak terhitung lagi. Tanpa hari tanpa dosa, sementara kita sadar bahwa itu adalah dosa.

Inilah yang membedakan kita dengan generasai terbaik. Kita melihat pada besar atau kecilnya dosa, sehingga kita pun merasa biasa-biasa saja dengan dosa kecil. Sedangkan para sahabat yang mereka lihat adalah siapa yang dimaksiati itu, hingga dosa kecil pun di mata mereka adalah sesuatu yang besar.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:

إِنَّكُم لَتَعمَلُونَ أَعمَالًا هِيَ أَدَقُّ فِي أَعيُنِكُم مِنَ الشَّعرِ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهدِ رَسُولِ اللَّهِ مِنَ المُوبِقَاتِ

“Sungguh kalian melakukan amalan yang di mata kalian lebih halus dari sehelai rambut, padahal kami dahulu di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganggapnya termasuk di antara perkara yang membinasakan.” (HR. Bukhari: 6492)

Kenapa?? Karena mereka paham hakikat dosa kecil itu, sebab Rasulullah bersabda:

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ ، كَقَوْمٍ نَزَلُوا فِي بَطْنِ وَادٍ ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ ، وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ ، حَتَّى أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ ، وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْه

“Hati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa kecil yang perumpamaannya seperti suatu kaum yang singgah di sebuah lembah. Lalu yang satu datang membawa kayu, yang satu lagi juga membawa kayu sehingga kumpulan kayu itu pun dapat mematangkan roti mereka. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika dilakukan akan membinasakan pelakunya.” (HR. Ahmad: 22302)

Oleh sebab itu, ingatlah selalu petuah orang-orang salih dahulu:

 لا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِ الْخَطِيئَةِ ، وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى عَظَمَةِ مَنْ تَعْصِي

“Jangan lihat pada kecilnya dosa, akan tetapi lihatlah pada besarnya Dzat (Allah) yang engkau maksiati.”

Kita memang makhluk yang takkan pernah lepas dari dosa dan kesalahan, tapi yang harus kita tanamkan dalam diri; jangan pernah mengangap kecil sebuah dosa. Itu saja. (zhr)

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !