Ucapkanlah Perkataan Yang Baik – Kaidah Qur’an 1

Kaidah Qur’an kali ini membahas mengucapkan perkataan yang baik


Allah berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

Ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: 83)


Manusia adalah makhluk sosial. Mereka hidup dengan watak dan karakter yang beraneka ragam. Ada yang baik dan ada yang jahat. Ada yang lembut ucapannya dan ada yang kasar. Ada yang luwes suka tersenyum ada pula yang judes dan bermuka masam. Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللَّه خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ جَاءَ مِنْهُمْ الْأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ وَبَيْنَ ذَلِكَ وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ

“Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah dari semua jenis tanah. Kemudian keturunannya datang beragam sesuai dengan unsur tanahnya. Ada di antara mereka yang berkulit merah, putih, hitam, dan antara warna-warna itu. Ada yang lembut dan ada yang kasar, ada yang buruk dan ada yang baik.” (HR. Abu Dawud: 4693)

Dengan siapapun kita berinteraksi maka kaidah Al-Quran adalah: Ucapkanlah perkataan yang baik. Allah berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

Ucapkanlah kebaikan kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: 83)

Dalam bacaan yang lain yaitu حَسَنًا dengan menfathah huruf Ha’ dan Sin. Sehingga artinya yaitu: Ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia.

Perkatan yang baik itu mencakup bentuk dan maknanya. Pada bentuknya maksudnya yaitu hendaknya lembut, lunak tidak keras dan kasar. Pada maknanya maksudnya yaitu ucapan itu mengandung kebaikan. (Tafsir Ibnu Utsaimin: 3/197)

Jika tidak bisa berkata yang baik maka diamlah. Rasulullah bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam. (HR. Bukhari: 6018)


CONTOH PRAKTEK

  1. Perintah Allah kepada Nabi Musa dan Harun untuk mendakwahi Fir’aun dengan baik dan lembut. Allah berfirman:

اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (QS. Thaha: 43-44)

  1. Sikap Rasulullah kepada pelayan. Anas bin Malik mengatakan:

خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ فَمَا قَالَ لِي أُفٍّ قَطُّ

Aku telah melayani Nabi shallallahu alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah sekalipun mengucapkan ucapan uff  kepadaku. (HR. Bukhari: 6038, Tirmidzi: 2015)

  1. Sikap Rasulullah kepada kaum Yahudi. Dari Ummul Mukminin Aisyah, ia berkata:

أنَّ اليَهُودَ أتَوُا النَّبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقالوا: السَّامُ عَلَيْكَ، قَالَ: وعلَيْكُم، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: السَّامُ علَيْكُم، ولَعَنَكُمُ اللهُ وغَضِبَ علَيْكُم، – وفي رواية قالت: السَّامُ عليكم يا إخوانَ القِرَدةِ والخَنازيرِ، ولعنةُ اللهِ وغضَبُه – فَقَالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: مَهْلًا يا عَائِشَةُ، عَلَيْكِ بالرِّفْقِ، وإيَّاكِ والعُنْفَ، أوِ الفُحْشَ، قَالَتْ: أوَلَمْ تَسْمَعْ ما قالوا؟! قَالَ: أوَلَمْ تَسْمَعِي ما قُلتُ؟ رَدَدْتُ عليهم، فيُسْتَجَابُ لي فيهم، ولَا يُسْتَجَابُ لهمْ فِيَّ

Kaum Yahudi mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam seraya berkata: As-Samu ‘Alaika (Kematian bagimu). Nabi menjawab: Wa’alaikum (Dan bagi kalian). Aisyah berkata: Kematian bagi kalian, semoga Allah melaknat dan memurkai kalian. – dalam riwayat lain Aisyah berkata: Kematian pula bagi kalian wahai saudara kera dan babi. Laknat dan murka Allah.(Ahmad: 13531) – Lantas Rasullah bersabda: Sabar wahai Aisyah, berlemah lembutlah. Jauhilah sikap kasar dan keji. Aisyah berkata: Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka ucapkan?! Rasulullah berkata: Tidakkah engkau mendengar apa yang aku ucapkan?! Aku telah membalas ucapan mereka. Do’aku untuk mereka akan dikabulkan sedangkan do’a mereka untukku tidak akan dikabulkan. (HR. Bukhari: 6401)

Apa yang diucapkan oleh Aisyah adalah sesuatu yang haq. Allah berfirman:

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَٰلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللَّهِ  مَن لَّعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَأَضَلُّ عَن سَوَاءِ السَّبِيلِ

Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 60)

Hanya saja, cara Aisyah menyampaikan yang tidak baik. Karena itulah Rasulullah menegurnya.

  1. Ucapan Ibnu Aun ketika marah.

كان ابن عون لا يغضب، فإذا أغضبه رجل قال: بارك الله فيك

Ibnu Aun bukanlah seorang pemarah, apabila ada yang membuatnya marah maka ia akan mengatakan: Barakallahu fika (Semoga Allah memberkahimu). (Siyar A’lam An-Nubala’: 6/366, Ad-Durar As-Saniyah: 2/392)

Lihat:

Arsip Pembahasan Kitabut Tauhid

Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !