Abdullah Bin Mas’ud – Sirah Sahabat

Orang Pertama yang Berani Membaca Al Qur’an dengan Jahr (Keras) Setelah Rasulullah ﷺ “Barang Siapa yang Suka Membaca Al Qur’an Sesegar Seperti Baru Turun, Maka Bacalah dengan Bacaan Ibnu Ummi Abd” (Rasulullah ﷺ)

Saat itu ia adalah seorang anak kecil yang belum juga sampai pada usia baligh. Ia tumbuh di sebuah lereng Mekkah yang jauh dari keramaian manusia. Ia memiliki domba yang ia gembalakan milik salah seorang pembesar Quraisy yang bernama Uqbah bin Abi Muayyath. Kebanyakan orang memanggilnya dengan Ibnu Ummi Abdin. Nama sebenarnya adalah Abdullah. Nama ayahnya adalah Mas’ud.

❀•◎•❀

Bocah ini mendengar kisah Nabi ﷺ yang tersiar di kalangan kaumnya, namun ia tidak perduli dengan berita tersebut karena saat itu ia masih kecil dari satu sisi, dan karena ia terisolir jauh dari masyarakat Mekkah dari sisi lain. Ia terbiasa untuk keluar rumah pada pagi hari dengan menggembala domba milik Uqbah, dan tidak kembali kecuali bila malam sudah tiba.

❀•◎•❀

Pada suatu hari bocah yang bernama Abdullah bin Mas’ud ini melihat ada 2 orang pria dewasa yang sedang berjalan ke arahnya dari jauh. Keduanya terlihat letih. Mereka amat kehausan sehingga kedua bibir dan tenggorokan mereka kering.

Begitu keduanya berdiri di hadapan bocah ini maka mereka mengucapkan salam kepadanya dan berkata: “Wahai ananda, tolong peraskan susu domba-domba ini untuk menghilangkan rasa haus kami dan membasahi tenggorokan kami.” Maka bocah tadi berkata: “Aku tidak akan melakukannya. Domba-domba ini bukan milikku. Aku hanya dipercayakan untuk menggembalanya saja!”

Kedua pria tadi tidak memungkiri apa yang dikatakan oleh bocah ini, dan nampak dari kedua wajah mereka bahwa mereka menerima apa yang dikatakannya. Kemudian salah seorang di antara mereka berkata kepada bocah tadi: “Tunjukan kepadaku seekor domba jantan!”

Maka bocah tersebut menunjuk ke arah seekor domba kecil yang ada di dekatnya. Lalu pria tadi menghampiri dan menangkapnya. Ia mengusap puting kambing dengan tangannya sambil membaca nama Allah. Bocah tadi melihat apa yang dilakukan pria ini dengan amat heran. Ia berkata dalam dirinya: “Bagaimana bisa seekor domba jantan kecil dapat mengeluarkan susu?!” Akan tetapi puting susu kambing tadi menggelembung, dan lalu mulai keluarlah susu dengan begitu banyaknya.

Lalu pria yang satunya lagi mengambil sebuah batu kering dari tanah. Kemudian batu tersebut ia isi dengan susu. Dan keduanya minum dari batu tersebut.Lalu keduanya memberikan susu tersebut kepadaku untuk diminum, dan aku hampir saja tidak mempercayai apa yang baru saja aku lihat.

Begitu kami sudah merasa puas. Pria yang mendapatkan berkah dengan susu kambing tadi berkata: “Berhentilah!” Maka berhentilah susu tersebut sehingga puting kambing kembali seperti sediakala. Pada saat itu, aku berkata kepada manusia yang penuh berkah tadi: “Ajarkan aku ucapan yang kau baca tadi!” Ia menjawab: “Engkau adalah seorang bocah yang terpelajar!”

❀•◎•❀

Peristiwa tersebut adalah awal kisah Abdullah bin Mas’ud dengan Islam. Karena pria yang penuh berkah tadi tiada lain adalah Rasulullah ﷺ, dan sahabat yang menyertainya saat itu adalah Abu Bakar As Shiddiq.

Mereka berdua pada hari itu pergi menuju lereng-lereng Mekkah, karena menghindari penyiksaan yang akan ditujukan kepada mereka oleh suku Quraisy.

❀•◎•❀

Sebagaimana bocah tadi begitu mencintai Rasulullah ﷺ dan sahabatnya tadi. Maka bocah tadi juga telah membuat Rasul dan sahabatnya merasa takjub sehingga keduanya memberikan amanat yang besar dan mengawasi perkembangan kebaikan pada dirinya.

❀•◎•❀

Tidak berselang lama sejak itu maka Abdullah bin Mas’ud menyatakan masuk Islam dan menyerahkan dirinya kepada Rasulullah ﷺ untuk membantu Beliau. Maka Rasulullah ﷺ menjadikan dia sebagai pembantunya

Sejak saat itu bocah yang beruntung ini berpindah jabatan dari tadinya sebagai penggembala domba dan kini menjadi seorang pembantu pemimpin seluruh makhluk dan ummat.

❀•◎•❀

Abdullah bin Mas’ud terus mendampingi Rasulullah ﷺ seperti sebuah bayangan. Ia terus menemani Rasulullah ﷺ baik dalam kondisi menetap atau saat bepergian. Ia juga mendampingi Rasulullah ﷺ baik di dalam maupun di luar rumah.

Dialah yang membangunkan Rasulullah ﷺ saat Beliau tidur. Dia yang menutupi Rasul bila Beliau sedang mandi. Dia yang memakaikan sandal, bila Rasul hendak keluar. Dan melepaskannya lagi bila Rasulullah ﷺ hendak masuk ke rumah. Dia yang membawa tongkat dan siwak Rasul. Dan dialah yang masuk ke dalam kamar Rasulullah bila Beliau hendak tidur.

Bahkan Rasulullah ﷺ mengizinkan Abdullah bin Masud untuk masuk ke rumahnya kapan saja ia berkehendak. Dan Rasul ﷺ membiarkan Abdullah mengetahui rahasia Beliau tanpa pernah merasa resah, sehingga ia dikenal dengan sebutan ‘penjaga rahasia Rasulullah ﷺ.’

❀•◎•❀

Abdullah bin Mas’ud dibina di rumah Rasulullah ﷺ sehingga ia dapat menyerap petunjuk yang diberikan Rasul dan berakhlak seperti akhlak Beliau. Ia mengikuti jejak Rasul dalam setiap gerak-geriknya, sehingga ada yang mengatakan: ‘Dia adalah manusia yang paling dekat kepada Rasul dalam menerima petunjuk dan akhlaknya!”

❀•◎•❀

Abdullah bin Mas’ud belajar langsung di bawah bimbingan Rasulullah ﷺ sehingga ia menjadi sahabat yang paling paham akan bacaan Al Qur’an. Yang paling mengerti akan maknanya dan paling tahu akan syariat Allah.

Tidak ada kisah yang paling menunjukkan hal ini kecuali cerita seorang pria yang datang kepada Umar bin Khattab saat ia sedang wukuf di Arafah. Maka pria ini berkata kepada Umar: “Wahai Amirul Mukminin, aku datang dari Kufah, di sana ada seorang pria yang mendiktekan mushaf Al Qur’an dari luar kepalanya (Pent. Begitu hapalnya). Maka Umar langsung marah dengan begitu kerasnya, jarang Umar marah seperti ini. Ia langsung naik pitam sehingga seolah ia membesar memenuhi ruas badan tunggangannya. Ia berkata: “Celaka kamu, siapakah dia?!” Pria tadi menjawab: “Abdullah bin Mas’ud.”

Amarah Umar langsung beringsut dan ia kembali lagi dalam kondisi semula. Lalu ia berujar: “Celaka kamu, Demi Allah aku tidak tahu ada orang yang masih tersisa yang lebih berhak dalam urusan ini selain dia. Aku akan bercerita kepadamu akan hal ini.”

Umar memulai pembicaraannya: “Suatu malam Rasulullah ﷺ sedang berbicara dan bermusyawarah dengan Abu Bakar seputar permasalahan kaum muslimin. Saat itu aku bersama mereka. Kemudian Rasulullah ﷺ keluar dan kami ikut keluar bersamanya. Ternyata kami dapati ada seorang pria yang sedang shalat di mesjid dan kami tidak tahu siapa dia sebenarnya. Rasul ﷺ diam sejenak untuk mendengarkan bacaannya. Kemudian Beliau menoleh ke arah kami sambil bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَطْبًا كَمَا نَزَلَ فَلْيَقْرَأْهُ عَلَى قِرَاءَةِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ

“Siapa yang ingin membaca Al Qur’an yang segar seperti baru diturunkan, maka bacalah seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin!”

Kemudian terlihat Abdullah bin Mas’ud duduk dan berdo’a. Maka Rasulullah ﷺ langsung bersabda kepadanya: “Mintalah pasti engkau akan diberi! Mintalah pasti engkau akan diberi!” Lalu Umar meneruskan kisahnya: “Aku berkata dalam diri: Demi Allah, besok pagi aku akan mendatangi Abdullah bin Mas’ud dan aku akan menyampaikan kabar gembira bahwa Rasulullah ﷺ mengaminkan do’anya.

Keesokan harinya aku datang kepada Abdullah untuk menyampaikan kabar gembira ini, namun aku temui Abu Bakar telah mendahuluiku untuk memberi kabar gembira ini kepadanya. Demi Allah, tidak pernah aku mengalahkan Abu Bakar dalam kebaikan, pasti ia sudah lebih dahulu melakukannya!”

❀•◎•❀

Ilmu Abdullah bin Mas’ud tentang Kitabullah telah sampai pada tingkatan sebagaimana yang ia katakan: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya. Tidak ada satu ayat pun dari Kitabullah yang turun kecuali aku mengetahui dimana ia diturunkan, dan aku mengetahui dalam peristiwa apa ia diturunkan. Jika aku tahu ada seseorang yang lebih mengerti Kitabullah dariku, jika mungkin untuk ditempuh pasti akan ku datangi ia.

❀•◎•❀

Abdullah bin Mas’ud tidak berlebihan saat ia berkata tentang dirinya. Inilah kisah Umar bin Khattab yang berjumpa dengan sebuah kafilah dalam sebuah perjalanan, dan malam sudah meliputi siang sehingga membuat kafilah tadi kegelapan.

Dalam kafilah tersebut terdapat Abdullah bin Mas’ud. Maka Umar bin Khattab memerintahkan seseorang untuk memanggil mereka: “Dari mana kafilah ini?” Maka Abdullah bin Mas’ud menjawab: “Minal fajjil amiq (Dari lembah yang jauh)!’ Umar bertanya: “Hendak kemana kalian?”

Abdullah menjawab: “Al Baital atiq (Ke rumah tua / Ka’bah)!” Maka Umar berkata: “Dalam kafilah ini ada seorang yang Alim… dan Umar memerintahkan seseorang untuk bertanya: “Ayat Al Qur’an mana yang paling agung?” Maka Abdullah menjawab:

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ  لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ

“Allah, tiada Tuhan selai Dia Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri. Ia tidak pernah merasa ngantuk dan tertidur.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Umar memerintahkan: “Tanyakan kepada mereka ayat Al Qur’an mana yang paling bijak?” Maka Abdullah menjawab:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ

“Sungguh Allah memerintahkan untuk berbuat adil, baik dan memberikan bantuan kepada kerabat terdekat.” (QS. An-Nahl: 90)

Umar lalu memerintahkan: “Tanyakan kepada mereka, ayat Al Qur’an mana yang paling lengkap?” Abdullah menjawab:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ  وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Siapa orang yang melakukan kebaikan seberat biji dzarrah maka ia akan melihatnya. Siapa orang yang melakukan keburukan seberat biji dzarrah maka ia akan melihatnya.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

Umar memerintahkan: “Tanyakan kepada mereka, ayat Al Qur’an mana yang paling membuat takut?”  Abdullah menjawab:

لَّيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ  مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut anganangan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (QS. An-Nisa’: 123)

Umar lalu memerintahkan: “Tanyakan kepada mereka, ayat Al Qur’an mana yang paling memberi harapan?” Abdullah menjawab:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ , إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا , إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah:”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Umar memerintahkan: “Apakah ada Abdullah bin Mas’ud bersama kalian?” Maka rombongan tersebut serempak menjawab: “Benar!”

❀•◎•❀

Abdullah bin Mas’ud tidak hanya pandai, mengerti Al Qur’an, taat beribadah dan zuhud saja; akan tetapi ia bahkan adalah sosok yang kuat, tegar, mujahid yang pantang mundur jika berperang. Dalam hal ini sebagi buktinya cukup dengan pernyataan bahwa dia adalah muslim pertama di muka bumi setelah Rasul ﷺ yang berani membacakan Al Qur’an dengan terang-terangan.

Pada suatu hari para sahabat Rasulullah ﷺ tengah berkumpul di Mekkah. Saat itu mereka adalah kelompok minoritas yang selalu tertindas. Mereka berkata: “Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar Al Qur’an dibacakan dengan keras kepada mereka. Siapakah orang yang berani membacakannya kepada mereka?!” Maka Abdullah bin Mas’ud berkata: “Aku yang akan membacakan Al Qur’an kepada mereka!” Maka para sahabat tadi menukas: “Kami khawatir mereka akan mencelakaimu. Yang kami inginkan adalah seseorang yang memiliki keluarga besar yang dapat melindungi dan menjaganya dari kejahatan mereka bila mereka berniat melakukannya.” Abdullah menjawab: “Biarkan aku melakukannya, karena Allah akan menjaga dan melindungiku!”

Kemudian ia pergi ke Masjidil Haram dan ia berjalan ke arah maqam Ibrahim pada waktu dhuha. Saat itu suku Quraisy sedang duduk di sekeliling Ka’bah. Abdullah lalu berdiri di depan Maqam Ibrahim dan membacakan dengan suara keras: “Bismillahirrahmanirrahim, Ar Rahman, Allamal Qur’an, Khalaqal Insana, Allamahul Bayan. ((Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara).”

Ia masih meneruskan bacaannya. Maka suku Quraisy mulai meresapi bacaannya. Mereka berkata: “Apa yang sedang dibacakan oleh Ibnu Ummi Abdin? Celaka dia! Dia sedang membaca sebagian ayat yang dibawa oleh Muhammad!”

Maka mereka langsung menghampiri Abdullah dan memukuli wajahnya dan ia masih saja meneruskan bacaannya sehingga batas yang Allah tentukan. Kemudian ia datang menghadap para sahabatnya dan darah mengalir dari tubuhnya. Para sahabatnya berkata: “Inilah yang kami khawatirkan pada dirimu!” Abdullah menjawab: “Demi Allah, para musuh Allah tidak ada yang lebih berat dari mereka mulai saat ini. Jika kalian mau, besok pagi aku akan membuat mereka semua seperti ini!” Para sahabat menjawab: “Jangan, cukuplah karena engkau telah berani membacakan kepada mereka apa yang mereka benci!”

❀•◎•❀

Abdullah bin Mas’ud masih hidup hingga masa khilafah Utsman bin Affan. Saat ia sudah mendekati ajalnya, Utsman menjenguknya lalu bertanya: “Apa yang kau keluhkan?” Ia menjawab: “Dosa-dosaku.” Utsman bertanya: “Apa yang kau inginkan?” Ia menjawab: “Rahmat Tuhanku.” Utsman bertanya: “Apakah engkau menginginkan jatahmu yang selalu kau tolak sejak bertahun-tahun lalu?” Ia menjawab: “Aku tidak memerlukannya.” Utsman berkata: “Itu akan bermanfaat bagi anak-anak putrimu sepeninggalmu nanti” Ia menjawab: “Apakah engkau khawatir anak-anakku menjadi faqir? Aku telah memerintahkan mereka untuk membaca surat Al Waqiah setiap malam. Dan aku pernah mendengar sabda Rasul:

مَنْ قَرَأَ الْوَاقِعَةَ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا

‘Siapa yang membaca surat Al Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan terkena kefakiran untuk selamanya.” **

❀•◎•❀

Begitu malam tiba, Abdullah bin Mas’ud kembali kepangkuan Tuhannya. Lisannya basah dengan dzikir kepada Allah, dan penuh dengan aya-ayat Allah yang jelas. Jenazahnya dishalatkan oleh ribuan kaum muslimin; termasuk di dalamnya Zubair bin Awwam. Kemudian ia dimakamkan di Baqi’. Semoga Allah merahmatinya. Untuk merujuk lebih jauh tentang profil Abdullah bin Mas’ud silahkan melihat:

  1. Al Ishabah 2/368 atau terjemah 4954
  2. Al Isti’ab (dengan Hamisyh Al Ishabah): 2/316
  3. Tarikhul Islam karya Al Dzahaby: 2/100-104
  4. Tadzkiratul Huffadz: 1/12-15
  5. Al Bidayah wa An Nihayah: 7/162-163
  6. Thabaqat Al Sya’rani: 29-30
  7. Syadzarat Al Dzahab: 1/38-39
  8. Usudul Ghabah: 3/384-390
  9. Siyar A’lam An Nubala: 1/461-500
  10. Shifatus Shafwah: 1/154-166
  11. Musnad Al Imam Ahmad: 5/210
  12. Dalail An Nubuwah: 273

_____________________

** Hadits ini adalah hadits yang dhaif sehingga tidak bisa diamalkan. Silahkan lihat penjelasannya disini: https://www.google.com/amp/s/islamqa.info/amp/ar/answers/320774

Baca juga Artikel:

Abdullah Bin Hudzafah As Sahmy – Sirah Sahabat

Abu Ubaidah Ibnu Al Jarrah – Sirah Sahabat

Disalin dari Kitab Suwar min Hayati Ash-Shahabah Dr. Abdurrahman Ra’fat Al-Basya, Edisi Indonesia Kisah Heroik 65 Orang Sahabat Nabi, disebar luaskan oleh Kaunee.com

Diposting oleh Maribaraja.Com pada Selasa, 3 Jumadal Akhir 1441H/ 28 Januari 2019M

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Maribaraja.Com

Maribaraja.com adalah website dakwah dan pendidikan Islam, menyediakan artikel dan poster yang bersumber dari al-Qur'an dan Hadits shahih sesuai dengan pemahaman salafush shalih dalam berbagai kategori seperti: Akidah, Fikih, Tafsir, Hadits, Akhlak dan lainnya. Dengan harapan dapat memberikan kontribusi kepada siapa saja yang ingin mengenal Islam lebih dalam. Maribaraja.Com dinaungi payung hukum dengan Yayasan Maribaraja SK Kemenhumkam Nomor AHU-0009181.AH.01.04 Tahun 2018 yang berdomisili di Jatimurni Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !