JANGAN BANGGA DENGAN DOSA

Banyak di antara kita yang justru bangga dengan dosa. Dengan mudahnya ia bercerita tentang kisah dosanya di masa lampau. “Aku dahulu pernah begini dan begitu. Pernah kesana dan kesitu, melakukan ini dan itu.” Padahal, di antara kasih sayang Allah pada kita adalah tatkala Ia menutupi dosa-dosa kita dari manusia, menjadikan dosa itu tidak beraroma.

Seandainya saja dosa itu mengeluarkan aroma, setiap kali bertambah dosa bertambah pula bau busuknya, maka tidak ada seorang pun yang akan mau mendekati kita. Muhammad bin Wasi’ rahimahullah pernah mengatakan:

لَوْ أَنَّ لِلذُّنُوْبِ رِيْحًا مَا جَلَسَ إِليّّ مِنْكُمْ أَحَدٌ

“Jikalau dosa-dosa itu memiliki bau maka tidak seorang pun diantara kalian yang mau duduk bersamaku.” (Al-Adabu asy-Syar’iyyah: 3/437)

Makanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang keras untuk membuka aib sendiri dengan menceritakan perbuatan dosa kepada orang lain. Beliau bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap umatku dimaafkan dosanya kecuali orang-orang menampak-nampakkannya. Dan sesungguhnya diantara orang yang menampakkan dosa adalah seorang hamba yang melakukan perbuatan dosa di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata: ‘Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini dan itu, ‘ padahal pada malam harinya dosanya telah ditutupi oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan dosanya telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah.” (HR. Bukhari: 6069, Muslim: 2990)

Oleh sebab itu, jangan pernah membuka dosa-dosa kita apalagi berbangga dengannya. Bertaubat, menyesali serta menambal perbuatan busuk itu dengan berbuat baik. Apa yang telah terjadi jangan diungkit kembali. Berharap agar Allah menerima taubat kita dan menghapus kisah kelam tersebut.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !