Mendidik Anak Perempuan
Anak adalah buah hati, nikmat dari Allah Subhanahu wata’ala yang diamanahkan kepada kedua orang tua untuk menjaga fitrahnya, agar tidak menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi, atau beralih kepada kesesatan karena salah pendidikan dari orang tua. Sebab Allah Azza wajalla akan meminta pertanggungjawaban terhadap titipan ini kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari: 4801)
Anak perempuan berbeda dengan anak lelaki
Allah Subhanahu wata’ala membedakan lelaki dan perempuan dalam wataknya. Karena itulah, akan berbeda pula cara mendidiknya. Walaupun demikian, wanita merupakan belahan dari kaum pria juga, yang berarti pasti ada kesamaannya.
Dari satu sisi, wanita berwatak lembut, sebagaimana lembut kulit dan suaranya, mudah tersentuh perasaannya, merasa malu dan minder bila tersinggung kehormatannya, lemah fisik dan akalnya secara umum. Walaupun terkadang ada juga laki-laki yang lemah fisik dan akalnya. Sebaliknya, ada juga wanita kuat badan dan pikirannya.
Dari sisi lain wanita lebih suka ngeyel (membantah) bila dinasihati, suka mencaci dan mengingkari kebaikan sang pendidik dan pemberi. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah menasihati wanita muslimah pada waktu khotbah ‘Id, “Wahai para wanita, bersedekahlah, karena aku diperlihatkan (oleh Allah) bahwa kalian kebanyakan ahli neraka.” Mereka lalu bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Kalian sering melaknat (mendoakan jelek) dan mengingkari kebaikan keluarga (suami).” (HR. Bukhari: 293)
Inilah watak buruk wanita di balik keindahan dan kecantikan dirinya, mereka pandai bersilat lidah menentang nasihat dan membual mulutnya. Ini semua adalah yang wajib diketahui oleh kaum laki-laki atau selaku pendidik, supaya tidak terkejut dan mereka benar-benar berbeda dengan pria pada satu sisi.
Dari sisi kejadiannya, juga ada perbedaan dengan kaum laki-laki, karena wanita memiliki watak bagikan kayu bengkok yang mudah patah bila diluruskan. Tapi bila tidak diluruskan tetap saja bengkok. Maksudnya, mudah berbuat jahat, namun bila diluruskan dengan keras, ia akan melawan dan memberontak, yang tentu saja kerugian bukan pada dirinya saja, namun orang lain juga merasa rugi. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Berilah wasiat yang baik kepada para wanita, sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk bagian atas. Dan sesuatu yang paling bengkok ialah yang terdapat pada tulang rusuk bagian paling atas. Jika kamu meluruskannya dengan seketika, niscaya kamu akan mematahkannya, namun jika kamu membiarkannya, ia pun akan selalu dalam keadaan bengkok. Karena itu berbuat baiklah kalian kepada wanita. (HR. Bukhari: 4787)
Perhatikan watak dan pembawaan wanita ini, sebelum kita memperbaiki dan mendidiknya. Semoga Allah Subhanahu wata’ala mempermudah urusan kita semua.
Bagaimana mendidik anak perempuan?
Setelah kita memperhatikan watak mereka, siapakah yang berhak mendidik mereka pertama kali? Tentu kedua orang tua, terutama ibunya. Karena orang tua ialah pihak yang paling dekat dengan mereka dan paling mengerti wataknya, oleh karena itu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, sedangkan saya adalah orang yang paling baik dari kalian terhadap keluargaku.” (HR. at-Tirmidzi: 5/709, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Mendidik anak wanita jangan sampai dijinakkan dengan harta, karena nanti mereka akan semakin liar. Jangan pula dijinakkan dengan kecantikan, lantaran nanti akan semakin menderita. Lalu dengan apa?
Luruskanlah mereka dengan cara yang ditunjukkan oleh Allah Azza wajalla, karena mereka diciptakan sedemikian rupa oleh Allah. Didiklah mereka dengan bimbingan dari-Nya.
Didik mereka dengan lembut, sebagaimana pembawaan asal mereka yang lembut, karena di antara keberhasilan wanita muslimah (para shahabiyah) ketika mendidik anak, mereka terkenal dengan kelembutannya. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ
“Sebaik-baik wanita Quraisy adalah yang paling lembut terhadap anak di masa kecilnya, dan juga kepandaiannya menjaga harta (dan kehormatan) suaminya.” (HR. Bukhari: 4946)
Wanita diberi kelembutan agar dapat mengayun buaian, diberi ketegasan untuk mendidik, diberi air mata untuk mengungkapkan rasa senang maupun sedih, diberi ketabahan dan kesabaran untuk dapat menyimpan putus asa.
Sabar dan tahan amarah
Bersabarlah ketika dihadapkan masalah dengan mereka, karena mereka punya watak yang kurang sempurna dibanding anak laki-laki. Jauhkan sifat kekerasan dan amarah. Jadilah seorang pendidik yang suka memaafkan, sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala menyifati ahli surga tatkala di dunianya ia berperangai sabar dan pemaaf. Allah Azza wajalla mengatakan:
ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ فِی ٱلسَّرَّاۤءِ وَٱلضَّرَّاۤءِ وَٱلۡكَـٰظِمِینَ ٱلۡغَیۡظَ وَٱلۡعَافِینَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ یُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِینَ
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang- orang yang berbuat kebajikan. (QS. Āli ‘Imrān: 134)
Hindari memukul mereka, karena kaum wanita adalah makhluk yang lembut serta lemah akal dan agamanya. Kekerasan belum tentu menghasilkan keberhasilan saat mendidik mereka.
Aisyah Radhiallahu’anha berkata, “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam sama sekali tidak pernah memukul seseorang pun dengan tangannya. Tidak pernah memukul seorang wanita, tidak pernah pula memukul pembantunya, kecuali bila beliau berjihad fi sabilillah…” (HR. Muslim: 4/1814)
Sang ibu juga harus sabar mendidik putrinya tatkala putrinya ‘bandel’ (kurang memperhatikan). Ingat, bahwa ibu semasa kecil mungkin lebih bandel, hanya saja orang tua kita malu menyebut itu di hadapan cucunya.
Jadilah teladan yang baik
Mendidik mereka dengan mengawali diri memberi contoh yang baik. Kita hendaknya shalat sebelum mengajak anak kita shalat, berbicara baik, beribadah, dan berakhlak yang baik sebelum mereka meniru kita berbuat baik, karena dengan contoh yang lebih baik, akan lebih mengena dan menjaga perasaan daripada dengan lisan. Walaupun menasihati dengan lisan juga perlu.
Sekali lagi, bahwa kaum wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri tak lurus, bagaimana mungkin mampu untuk meluruskan mereka? Tidak logis kiranya, kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus.
Bila wanita durhaka, dunia lelaki akan porak poranda. Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati, dan limpa yang dilindunginya. Lelaki pun, jangan hanya mengharapkan ketaatan, tetapi binalah wanita dalam sebaik-baik kepemimpinan. Pastikan bahwa sebelum memimpin wanita menuju jalan Allah, pimpin diri sendiri dulu kepada-Nya. Jinakkan kepada aturan Allah, niscaya akan jinaklah segala-galanya di bawah kepemimpinan kita dengan izin dan takdir-Nya.
Keutamaan mendidik anak perempuan
Setelah kita memperhatikan watak wanita di atas, jika orang tua berhasil mendidik mereka, sungguh akan mendapatkan kebahagiaan yang besar di dunia dan akhiratnya. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ دَخَلْتُ أَنَا وَهُوَ الْجَنَّةَ كَهَاتَيْنِ
“Barangsiapa yang menanggung nafkah (mendidik) dua orang anak perempuan, niscaya aku dan ia masuk surga seperti ini.” Rasulullah memberi isyarat dengan kedua jarinya. (HR. Muslim: 1914)
Orang tua yang bersabar mendidik putrinya, bersungguh-sungguh dalam memperhatikan pendidikannya, memperhatikan kesehatan badan dan rohaninya, maka dia akan dijauhkan dari api neraka. Aisyah Radhiallahu’anha pernah berkata, “Pernah ada seorang wanita dengan dua anaknya datang kepadaku. Dia meminta (makanan) kepadaku, namun aku tidak memiliki sesuatu yang dapat dimakan melainkan satu buah kurma, kemudian aku memberikan kepadanya. Dia pun membagi sebiji kurma itu untuk kedua anaknya. Setelah itu wanita tersebut berdiri dan beranjak pergi. Ketika Nabi Shallallahu’alaihi wasallam datang, aku pun memberitahukan peristiwa yang baru aku alami, lalu beliau bersabda,
مَنِ ابْتُلِىَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang diuji sesuatu karena anak-anak perempuannya, lalu ia berlaku baik terhadap mereka, maka mereka menjadi penghalang dari api neraka.” (HR. Bukhari: 5535)
Semoga kita tetap perhatian terhadap pendidikan putri dan putra kita serta bisa bersabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Semoga kita mendapatkan imbalan yang lebih baik di akhirat kelak. Aamiin…
Penulis: Ustadz Aunur Rofiq, Lc
Instagram @maribarajacom
Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda di admin berikut KLIK
Baarakallahu fiikum, jazaakallahu khairan atas ilmunya ya akhi..