Isti’adzah dan Macam-macamnya

Isti’adzah secara bahasa mencari perlindungan dan penjagaan diri. Hakikat dari isti’adzah adalah lari dari sesuatu yang engkau takuti menuju sesuatu yang dapat menjagamu dari hal yang ditakuti itu. (Al-Mulakhash fi Syarh Kitab at-Tauhid: 109)

Macam-macam Isti’adzah

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam kitabnya Syarh Tsalatsah al-Ushul hal: 63-65, menjelaskan bahwa isti’adzah terbagi menjadi 4 macam, yaitu:

Pertama, isti’adzah kepada Allah. Hal ini sangat diperintahkan karena menunjukkan kebutuhan seorang hamba dalam perlindungan dan penjagaan diri dari segala sesuatu. Oleh sebab itu dua surat; Al-Falaq dan An-Nas adalah surat yang sangat ditekankan untuk senantiasa dibaca. Dari Uqbah bin Amir radliyallaahu anhu ia menuturkan:

أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ ، فِي دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkanku untuk membaca al-Mu’awidzat (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas) setiap kali selesai shalat. (HR. Abu Dawud: 1523)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Abdullah bin Khubaib radhiyallahu anhu :

قُلْ : ” قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ” ، وَالمُعَوِّذَتَيْنِ ، حِينَ تُمْسِي وَتُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

Bacalah : Qul huwallahu ahad, dan Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan an-Nas) saat engkau di waktu petang dan waktu pagi sebanyak tiga kali, niscaya itu telah mencukupimu dari segala sesuatu. (HR. Tirmidzi: 3575)

Kedua, isti’adzah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah seperti kalam, keagungan, kemuliaan-Nya, dst. Ini pun hukumnya sama dengan yang pertama. Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Aku berlindung dengan kalam Allah yang maha sempurna dari kejahatan semua mahluk yang Ia ciptakan.” (HR. Muslim: 2708)

Ketiga, isti’adzah dengan orang mati atau dengan orang hidup namun tidak hadir dan tidak sanggup memberikan perlindungan, maka ini hukumnya syirik. Di antara dalilnya yaitu firman Allah:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin: 6)

Keempat, isti’adzah dengan makhluk baik manusia ataupun tempat yang memungkinkan berlindung dengannya, maka hukumnya boleh. Di antara dalilnya adalah hadits tentang fitnah akhir zaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 سَتَكُونُ فِتَنٌ (فِتْنَةٌ) الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ فَمَنْ وَجَدَ فِيهَا (مِنْهَا) مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ

“Akan terjadi fitnah; orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, dan orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari. Orang yang mendekatinya akan binasa. Barang siapa mendapatkan tempat berlindung darinya, hendaklah ia berlindung.” (HR. Bukhari: 3601)

Beberapa Keadaan Yang Dianjurkan Isti’adzah

1. Ketika akan membaca al-Qur’an, berdasarkan firman Allah:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمٌِ 

Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (QS. An-Nahl: 98)

2. Sebelum membaca al-Fatihah dalam shalat, berdasarkan hadits dari Abu Salamah radliyallaahu anhu, ia menuturkan, Apabila Nabi shallallahu alaihi wasallam bangun untuk shalat malam, beliau membaca

اللهمَّ إنّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْثِهِ وَنَفْخِهِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan yang terkutuk dari kegilaan, kesombongan, dan sya’ir yang tercela yang dibisikkannya. (HR. Ahmad: 24829)

Lihat juga keterangan Syaikh al-Albani dalam kitab Shifat Shalat Nabi shallallahu alaihi wasallam.

3. Pada saat marah, hal ini berdasarkan hadits dari Sulaiman bin Shurad radhiyallahu anhu. Ia menuturkan:

كُنْتُ جالِساً مَعَ النَّبِي ﷺ، ورجُلان يستَبَّانِ فَأَحدُهُمَا احْمَرَّت وَجْهُهُ وانْتفَخَتْ أودَاجهُ. فَقَالَ النَّبِي ﷺ: إِنِّي لأعلَمُ كَلِمةً لَوْ  قَالَهَا لَذَهَبَ عنْهُ مَا يجِدُ، لوْ قَالَ: أَعْوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ذَهَبَ عنْهُ مَا يجدُ فقَالُوا لَهُ: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: تعوَّذْ بِاللِّهِ مِن الشَّيَطان

Aku pernah duduk bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam, sedang ada dua orang saling memaki. Seorang dari keduanya telah memerah wajah dan telah bengkak urat-urat lehernya, maka Nabi shallallahu alaihi wasallam pun bersabda: “Sungguh aku tahu sebuah kalimat yang kalau ia ucapkan akan hilang apa yang dia dapati. Jika ia mengucapkan A’udzubillah minasy syaithan niscaya akan hilang apa yang ia dapati itu.” Maka para sahabat pun mengatakan kepada orang tersebut: Ta’awwudzlah kepada Allah dari setan.(HR. Bukhari: 3282)

4. Ketika hendak masuk WC, bedasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia mengatakan, “Apabila Nabi shallallahu alaihi wasallam hendak masuk WC beliau mengucapkan:

اللهم إني أَعُوذُ بِكَ من الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

‘Ya, Allah aku berlindung kepada-mu dari keburukan setan laki-laki dan setan perempuan.'” (HR. Bukhari: 142, Muslim: 375)

5. Ketika singgah di suatu tempat. Dari Khaulah binti Hakim radhiyallahu anha, ia menuturkan: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ نَزَلَ مَنْـزِلاً فَقَالَ: أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْحَلَ مِنْ مًنْـزِلِهِ ذَلِكَ  

“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat, lalu ia berdo’a mengucapkan: ‘Audzu bikalimatillahit tammati min syarri ma khalaq.’ (Aku berlindung dengan kalam Allah yang maha sempurna dari kejahatan semua mahluk yang Ia ciptakan). Maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakan dirinya sampai dia beranjak dari tempatnya itu.” (HR. Muslim: 2708)

6. Saat mendengar gonggongan anjing dan ringkikan keledai, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

  إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلَابِ وَنُهَاقَ الْحَمِيرِ مِنْ اللَّيْلِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا تَرَى مَا لَا تَرَوْنَ

“Jika kalian mendengar gonggongan anjing dan ringkikan keledai pada malam hari, berlindunglah kepada Allah karena hewan tersebut bisa melihat apa yang tidak kalian lihat.” (HR. Ahmad: 13765)

7. Ketika meruqyah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia pernah menuturkan:

كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَيَقُولُ: إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ ، أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca bacaan untuk perlindungan Al-Hasan dan al-Husain beliau bersabda: “Sesungguhnya bapak kalian berdua (nabi Ibrahim) sesantiasa membaca bacaan untuk perlindungan Ismail dan Ishaq, bacaannya adalah: “‘Audzu bikalimatillahit  tammati min kulli syaithanin wa hammatih wa min kulli ‘ainin lammah. (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang yang beracun dan dari setiap mata yang menyakitkan).” (HR. Bukhari: 3371)

8. Ketika datang was-was setan, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ

“Setan senantiasa mendatangi salah seorang dari kalian seraya berkata; siapa yang menciptakan ini dan siapa yang menciptakan itu hingga akhirnya dia bertanya ‘Lantas siapa yang menciptakan Tuhanmu?. Bila sudah sampai seperti itu maka hendaklah dia meminta perlindungan kepada Allah dan menghentikannya.”  (HR. Bukhari: 3276)

Dari ‘Utsman bin Abu Al ‘Ash, bahwa ia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya; “Ya, Rasulullah! Aku sering diganggu setan dalam shalat, sehingga bacaanku menjadi kacau karenanya. Bagaimana itu?” Maka bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا قَالَ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّي

“Ya, yang demikian itu memang gangguan setan yang dinamakan Khanzab. Karena itu bila engkau diganggunya, maka segeralah mohon perlindungan kepada Allah dari godaannya, sesudah itu meludah ke sebelah kirimu tiga kali!” (HR. Muslim: 2203)

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !