TETAPLAH DAN JANGAN BERUBAH (Art.Refleksi Hikmah)

Hari berganti, siang dan malam berselang-seling. Satu pelajaran berharga untuk kita manusia bahwa hidup itu tak selamanya tetap, semuanya berubah dan perubahan itulah sebuah ketetapan.

Sekarang kita bahagia, maka syukurilah dan sadar bahwa nanti akan datang saatnya bersedih. Supaya kita tidak lupa diri.

Sekarang kita bersedih, bumi terasa sempit, yakinlah bahwa kebahagiaan akan datang, kusut akan selesai keruh akan jernih, akan ada jalan keluarnya. Agar kita tidak berputus asa. Allah berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ .لّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-Hadid: 22-23)

USTADZ YANG MALANG

“Uang terkadang bisa membutakan,” itu yang sering kita dengar dari nasehat orang tua-tua kita. Nyinyir mereka, sampai kita pun bosan mendengar. Namun ternyata itu benar.

Ustadz yang malang ini ditipu oleh sahabatnya. Sama-sama ustadz juga. Dibohongi dari awal kerjasama. Jasa travel haji dan umroh yang menjajikan keuntungan besar, apalagi jika ditambah dengan seiris penipuan, telah membuat banyak orang buta. Bukan matanya tapi hatinya.

Hilang semua rasa malu. Tidak peduli lagi persahabatan dan harga diri. Uang bisa membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Singkatnya, ustadz yang malang ini harus mengganti rugi uang jamaah yang beliau daftarkan ke travel sahabatnya itu. Tidak banyak, hanya dua orang saja. Tapi, satu orangnya 25 juta. Sehingga genaplah siustadz harus menganti 50 juta.

Bagi Anda yang punya kelapangan rezeki, kelas menengah atas, tentu jumlah demikian tidak terlalu besar. Namun bagi ustadz, jumlah itu adalah jumlah yang sangat besar. Butuh bertahun-tahun untuk mengumpulkan uang sebanyak itu.

Kemana hendak dicari uang sebanyak itu?! jadilah ustadz tadi tungang langgang kesana kemari untuk mencari pinjaman.

Sekarang, semua telah berlalu. Kelapangan hadir tanpa diduga-duga. Dengan mantap ia bertutur kepada kami, sebagai nasehat:

“Musibah yang menimpa saya, meski berat tapi banyak mengandung pelajaran. Salah satunya yaitu jika kalian meminta sesuatu maka mintalah kepada Allah. Saya sudah berusaha mencari pinjaman dari beberapa orang yang saya kenal, tapi mereka tidak ada yang menyanggupi.

Saat seperti itu, saya serahkan diri kepada Allah saya meminta kepada-Nya dan teryata Allah memberikan jalan. Ada orang yang mau meminjami saya uang, padahal orang itu sama sekali tidak saya kenal dan diapun tidak mengenal saya. Oleh sebab itu, mintalah segala sesuatunya kepada Allah.”

WASIAT RASULULLAH

Apa yang disampaikan oleh ustadz tadi adalah bagian dari petuah Rasulullah untuk kita. Beliau pernah bersabda kepada Abdullah bin Abbas:

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi: 2516, Shahih al-Jami’: 7957)

Mintalah kepada Allah! Semuanya. Sampai-sampai Rasulullah bersabda:

 لِيَسْأَلْ أَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا حَتَّى يَسْأَلَ شِسْعَ نَعْلِهِ إِذَا انْقَطَعَ

“Hendaklah setiap kalian meminta kepada Rabbnya semua kebutuhannya, sampai-sampai tali sandalnya putus.” (HR. Ibnu Hibban:894, Tirmidzi: 8/3604, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Misykah: 29)

Kenapa? Karena Allah Maha Kaya sedangkan makhluk miskin. Allah berfirman:

وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنتُمُ الْفُقَرَاءُ ۚ

Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kalian adalah orang-orang fakir. (QS. Muhammad: 38)

MASIH TERBUKA

Begitulah kehidupan, berputar seiring dengan berputarnya jarum jam. Kembali harus kita sadari bahwa perubahan adalah sebuah ketetapan.

Jika telah tiba saatnya kita berada di bagian bawah dari kehidupan itu, dihimpit oleh kesusahan, dunia terara sempit. Tidak ada tempat mengadu, hilang semua, sonder saudara dan kerabat. Tertutup semua jalan.

Pada saat itu, ketahuilah bahwa jika memang semua jalan di dunia telah tertutup, akan tetapi jalan ke langit senantiasa terbuka.

Mengadulah kepada Allah, mintalah semua kepada-Nya. Dia yang Maha Kaya dan Maha Pengasih. Jangan khawatir dengan seringnya kita merengek meminta kepada-Nya. Karena Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Seorang penyair mengatakan:

وَاللهُ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ
  وَبُنَيَّ آدَمَ حِينَ يُسْأَلُ يَغْضَبُ

“Allah marah saat engkau tidak meminta kepada-Nya. Sedangkan anak Adam akan marah jika sering diminta.” (Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah: 2/695)

Ini benar, karena Rasulullah pernah bersabda:

 إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya barang siapa yang enggan meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi: 3373, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’: 2418)

TETAP MENJADI ORANG BAIK

Kembali ke cerita ustadz kita tadi, pelajaran juga bagi kita bahwa:
Tetaplah menjadi orang baik. Meskipun kenyataannya orang baik itu lebih sering ditipu. Kenapa? Karena ia selalu memandang orang lain tulus seperti dirinya. Tak sedikit pun menyisakan prasangka buruk. Ia lebih mengutamakan husnuzhan ketimbang beburuk sangka.

Demikianlah kehidupan, harus sabar memang. Dalam bermasyarakat hal seperti itu tidak bisa dielakkan. Tapi, jangan bersedih moga-moga kita masuk dalam sabda Nabi:

الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ  الَّذِي لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ

“Seorang mukmin yang tetap bergaul dengan manusia serta sabar terhadap gangguan mereka lebih utama daripada yang tidak mau bergaul dan tidak sabar terhadap gangguan mereka.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah 2/652)

Maka, meski kehidupan berubah, namun ada kalanya kita dituntut untuk tetap dan tidak berubah. Tetaplah bersemangat menjalani kehidupan jangan berputus asa. Tetaplah meminta kepada Allah jangan tinggalkan. Tetaplah bergaul dengan manusia dan tetaplah menjadi orang baik. Tetaplah dan jangan berubah. Semoga bermanfaat. Wallahul muwaffiq.

Jatimurni, 10 Muharram 1439 H

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !